"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terasa disidang
Disepanjang jalan Tian benar-benar merasakan firasat buruk, lantaran kedua orangtua Mentari yang tidak biasa memintanya datang, disaat mereka tahu jika hari esok bukanlah hari libur baginya.
Ada apa? apakah dia membuat kesalahan? tapi jika dia berbuat salah, bukankah mereka pasti mendatanginya langsung dan melabraknya, bukan seperti ini dia yang harus datang menemui mereka.
Tian berpikir seperti itu, karena jika dia marah pada seseorang dan menunggu orang yang salah datang padanya, hal itu selalu membuatnya pusing, alhasil dia yang selalu menghampiri orang yang berbuat salah padanya, terkecuali Pada Mentari yang kesalahannya hanya mengambil coklatnya tanpa izin.
Setelah selesai dengan pemikiran buruknya, kini Tian berusaha untuk berpikir positif, Namun sayang tidak satu pun pikiran positif terlintas dibenaknya, yang ada hanya pikiran negatif yang semakin menjadi.
Tian menghentikan sejenak motor kesayangannya, karena merasa harus menginginkan otaknya terlebih dulu dan kebetulan sudah masuk waktunya salat magrib.
Setelah selesai melaksanakan kewajibannya disalah satu masjid yang dia lewati, Tian yang melihat ponselnya kini berpikir apa mungkin mereka marah karena Mentari memberikannya ponsel yang sangat mahal untuknya.
Ah, rasanya itu tidak mungkin, lagi pula uang mereka banyak dan lagi bukan dia yang meminta, jadi pasti bukan karena hal itu dia dipanggil menghadap.
Rasanya sangat pusing sejak tadi menerka-nerka apa alasan dia yang disuruh datang menemui orangtua Mentari, dan karena hal itu Tian kini memilih untuk mempercepat laju motornya agar otaknya fokus kejalan saja, karena percuma juga dia terus menerka-nerka namun tidak mendapat jawaban yang pasti.
***
Tian tiba dikediaman orangtua Mentari tepat pukul sembilan malam, dan sungguh saat melihat Bayu yang pertama kali menghampiri dirinya, Tian merasa jika Bayu sedang marah padanya terbukti dengan tatapannya yang luar biasa tajam, sampai terasa menusuk hatinya.
"Ada apa,?" batin Tian dan semakin menjadi saja pirasat buruknya itu.
"Bayu, kalau boleh tahu ada keperluan apa orangtua mu pada ku, sampai aku disuruh datang kemari? apa aku sudah berbuat salah?" tanya Tian pada Bayu setelah dia duduk didekat Bayu.
"Menurutmu?" ucap Bayu ketus dan sungguh semakin jelas saja jika Bayu benar-benar marah padanya.
Dan karena hal itu Tian berkata lagi "Dan kamu kenapa? perasaan saat terakhir kita bertemu kamu tidak sedang marah padaku?"
"Sudahlah kau tidak salah, dalam hal ini aku yang salah, dan aku salah karena kamu" Ucap Bayu memberitahukan sedikit alasan kenapa dia diminta datang kerumah orangtuanya.
"Heh, memang apa yang sudah ku perbuat, rasa-rasanya aku tidak melakukan hal yang membuat oranglain akan marah" ucap Tian yang memang merasa jika dia tidak melakukan sesuatu yang akan membuat orang lain terlebih keluarganya marah.
"Sudalhlah lebih baik kau diam dan persiapkan mentalmu saat menghadapi kedua orangtuaku" ucap Bayu dan baru disadari Tian jika Bayu sudah tidak memanggilnya Om sejak dia bertemu lagi dengan Bayu.
Seperti yang disarankan Bayu Tian hanya diam dan dalam diamnya dia berdoa semoga semuanya baik-baik saja, tidak ada hal yang serius.
Kini kedua orangtua Mentari juga Bayu, sudah menghampiri Tian dan tidak seperti Bayu yang memasang wajah kesal pada Tian, orangtua Mentari malah tersenyum seperti sebelum-sebelumnya.
Dan hal yang dilakukan kedua orangtua Mentari membuat tian bingung, pasalnya Bayu menyuruhnya untuk menyiapkan mental, tapi kenapa sekarang Juna dan Anyelir malah tersenyum ramah padanya, tidak seperti banyangannya tadi.
"Sudah lama Dre?" ucap Juna setelah berjabat tangan dengan Tian yang memang selalu dipanggil Andre oleh Juna.
"Tidak, aku baru sampai" ucap Tian yang memang belum lama dia berada dirumah orangtua Mentari.
"Oh, ya sudah duduklah!!" ucap Juna dan diangguki Tian.
Mereka kini sudah duduk diruang tamu dan jujur entah mengapa suasana yang biasanya terasa hangat, kini terasa sangat menegangkan.
Menurut atian rasanya seperti saat dia akan disidang untuk sekripsinya dulu, menegangkan, membuat jantungnya berdegup sangat kencang, dan jujur dia juga tiba-tiba merasakan gelisah tapi entah karena apa.
Lama semua terdiam karena bingung harus mulai berbicara dari mana, sampai Juna akhirnya angkat suara dengan memanggil Tian.
"Dre!!"
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.