Di sebuah SMA ternama di kota kecil, siswa-siswi kelas 12 tengah bersiap menghadapi ujian akhir. Namun, rencana mereka terganggu ketika sekolah mengumumkan program perjodohan untuk menciptakan ikatan antar siswa. Setiap siswa akan dipasangkan dengan teman sekelasnya berdasarkan kesamaan minat dan nilai akademis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYANOKOUJI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
"Putri," kata Andi lembut, "Kalau dulu kamu bilang padaku bahwa kita akan berakhir seperti ini, aku mungkin tidak akan percaya."
Putri tersenyum, menyandarkan kepalanya di bahu Andi. "Maksudmu, tinggal di Berlin dengan seorang putri cantik hasil cinta kita?"
Andi tertawa kecil. "Ya, itu, dan juga semua yang telah kita lalui bersama. Perpisahan jarak jauh, perjuangan karir, pernikahan lintas budaya, dan sekarang menjadi orang tua. Kita telah melalui banyak hal, Putri."
"Dan kita masih punya banyak hal untuk dihadapi bersama," tambah Putri, mengangkat kepalanya untuk menatap Andi. "Apa mimpimu selanjutnya, sayang?"
Andi terdiam sejenak, memandang langit malam Berlin yang dipenuhi bintang. "Aku ingin Amira tumbuh menjadi wanita yang kuat dan bijaksana seperti ibunya. Aku ingin kita bisa memberikan yang terbaik untuknya, termasuk pendidikan dan kesempatan untuk mengenal dunia."
Putri mengangguk setuju. "Aku juga ingin kita bisa memberinya adik suatu hari nanti. Mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan?"
Mata Andi berbinar mendengar ide tersebut. "Itu ide yang bagus. Aku selalu ingin punya keluarga besar."
Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan malam dan kehangatan satu sama lain. Tiba-tiba, Putri teringat sesuatu.
"Oh iya, Andi. Minggu depan ada festival budaya internasional di kota. Bagaimana kalau kita ikut berpartisipasi? Kita bisa memperkenalkan budaya Indonesia kepada orang-orang di sini."
Andi tersenyum lebar. "Itu ide brilian! Kita bisa membuat stand makanan Indonesia. Aku akan memasak rendang, dan kamu bisa membuat gado-gado kesukaanmu."
"Dan kita bisa mengajak Amira untuk mengenakan baju adat," tambah Putri dengan antusias. "Dia pasti akan terlihat sangat cantik dengan kebaya kecil."
Mereka menghabiskan sisa malam itu dengan merencanakan partisipasi mereka dalam festival, berbagi ide dan impian untuk masa depan. Ketika akhirnya mereka memutuskan untuk tidur, Andi dan Putri merasa bersyukur atas kehidupan yang mereka miliki sekarang.
Keesokan paginya, mereka terbangun oleh suara tawa riang Amira yang sedang bermain di kamarnya. Andi dan Putri saling berpandangan, tersenyum, lalu bergegas menuju kamar putri mereka untuk memulai hari baru bersama.
Saat Andi menggendong Amira dan Putri merapikan rambut putri kecil mereka, keduanya menyadari bahwa inilah kebahagiaan yang sesungguhnya - kebahagiaan yang mereka bangun bersama, langkah demi langkah, dari dua budaya yang berbeda namun menyatu dalam cinta.
Dengan Amira di antara mereka, Andi dan Putri siap menghadapi apapun yang akan datang di masa depan. Mereka tahu bahwa selama mereka bersama, tidak ada tantangan yang tidak bisa mereka atasi. Dan begitulah, kisah cinta mereka terus berlanjut, kini dengan tambahan seorang putri kecil yang menjadi pusat dunia mereka.
Beberapa minggu berlalu, dan hari festival budaya internasional pun tiba. Andi, Putri, dan Amira berangkat pagi-pagi sekali ke lokasi festival di pusat kota Berlin. Mereka membawa berbagai perlengkapan untuk stand Indonesia mereka, termasuk bahan-bahan makanan dan dekorasi khas Tanah Air.
Amira, yang mengenakan kebaya kecil berwarna merah muda, menjadi pusat perhatian pengunjung festival. Banyak orang berhenti untuk mengagumi keimutannya dan bertanya tentang pakaian tradisional yang ia kenakan.
Andi sibuk memasak rendang di belakang stand, sementara Putri dengan cekatan menyiapkan gado-gado dan berbagai kudapan Indonesia lainnya. Aroma rempah-rempah yang khas mulai mengundang banyak pengunjung untuk mencicipi masakan mereka.
"Ini enak sekali!" seru seorang pengunjung Jerman setelah mencicipi rendang buatan Andi. "Apa rahasia rasanya yang begitu kaya?"
Andi tersenyum bangga. "Rahasia utamanya adalah kesabaran. Rendang harus dimasak dengan api kecil selama berjam-jam agar dagingnya empuk dan bumbunya meresap sempurna."
Sementara itu, Putri sibuk menjelaskan kepada pengunjung tentang berbagai aspek budaya Indonesia, dari batik hingga alat musik tradisional yang mereka pamerkan di stand.
Di sela-sela kesibukannya, Putri melihat Amira sedang bermain dengan seorang anak perempuan kecil berambut pirang. Meskipun mereka tidak berbicara bahasa yang sama, kedua anak itu tampak asyik bermain bersama, tertawa dan saling berbagi mainan.
"Lihat itu, Andi," bisik Putri pada suaminya. "Amira sudah mulai menjadi duta budaya kecil kita."
Andi mengangguk, matanya berkaca-kaca melihat pemandangan itu. "Dia tumbuh menjadi gadis yang luar biasa, Putri. Aku sangat bangga padanya... dan padamu."
Hari itu berlalu dengan cepat. Stand Indonesia mereka menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi. Banyak orang tertarik tidak hanya pada makanan, tetapi juga pada cerita Andi dan Putri tentang perjalanan cinta mereka yang melintasi benua.
Menjelang sore, seorang jurnalis lokal mendekati mereka untuk wawancara singkat. Ia tertarik dengan kisah mereka dan ingin menulis artikel tentang bagaimana cinta bisa menjembatani perbedaan budaya.
"Apa pesan yang ingin Anda sampaikan kepada pasangan lintas budaya lainnya?" tanya sang jurnalis.
Andi dan Putri saling berpandangan sejenak sebelum Putri menjawab, "Cinta memang bisa mengalahkan segala perbedaan, tapi dibutuhkan kerja keras, pengertian, dan kompromi dari kedua pihak. Yang terpenting adalah selalu menghargai dan belajar dari budaya satu sama lain."
Andi menambahkan, "Dan jangan lupa untuk selalu berkomunikasi. Banyak masalah bisa dihindari jika kita terbuka dan jujur satu sama lain."
Setelah festival usai, mereka pulang dengan perasaan lelah namun bahagia. Amira tertidur di gendongan Andi, kelelahan setelah seharian bermain dan berkenalan dengan banyak orang baru.