Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak semua kancing bisa digunakan pada satu baju yang sama. [1]
✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA SETIAP TANGGAL, HARI, DAN WAKTU DENGAN BAIK
✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA
✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN MUNDUR)
^^^Minggu, 01 Oktober 2023 (19.55)^^^
Lampu kelap-kelip di luar restoran, pernak-pernik beragam warna, di hiasi nuansa mewah dan berkelas. Alunan melodi bergemulai santai ikut menari. Ramai orang yang berlalu-lalang, juga asik tertawa dan mengobrol.
Mereka saling berbagi cerita di meja masing-masing, bergaduh dengan kebisingan decisan minyak bertemu daging. Bel pesanan terus berbunyi, silih berganti dengan banyaknya pengunjung.
Saat itu tawa seorang wanita paru baya terdengar di salah satu meja, satu-satunya hal yang mampu menarik perhatian Natha. Senyum gummy smile dengan deretan gigi rapi. Walau terlihat ada beberapa kerutan dan garis senyum yang ketara saat tertawa.
Dia adalah wanita yang membuat hati Natha hangat dan dingin sekaligus secara bersamaan.
^^^Minggu, 01 Oktober 2023 (18.02)^^^
“ Ibu! “ Seseorang bersuara, rupanya dari insan yang berada di belakang Natha, menjadikan kepala wanita berumur itu lekas menoleh memandang di balik tubuh Natha.
Insan yang bersuara berlari menghampiri, tiba-tiba memegangi tangan wanita itu dan membuang donat yang kotor, tampak sangat khawatir membenahi tubuh bertempelkan pasir-pasir dari wanita berpakaian lusuh tersebut.
Dia rupanya Olivia, matanya berkaca-kaca dipenuhi kekhawatiran sambil membersihkan seluruh tubuh manusia yang dia panggil dengan sebutan ibu.
“ Ibu ngga papa? Apa ada yang sakit? “ Olivia memastikan ulang, matanya naik turun mengecek raga ibu.
Di balas dengan senyuman manis dari bibir wanita berumur tersebut, dia melepaskan tangan Olivia yang mengenggam terlalu khawatir. “ Ibu ngga papa… Kamu ngga usah khawatir gitu. “ Masih ibu tersenyum gigi dengan tulus.
Natha yang ikut bangkit menonton kemesraan kedua anak-beranak itu, matanya berkaca-kaca melihat, lurus memandangi raut wajah wanita yang terlihat berkerut dan tak terurus di bahu Olivia, usai di peluk Olivia sambil menahan tanggisnya.
Ibu hanya tertawa menanggapi interaksi anaknya, menepuk pelan bahu Olivia, hingga sekilas melihat Natha dan menyadari keberadaan gadis itu di sisi lain.
Dia melirik tubuh Natha yang masih bertempelkan bercak pasir pada beberapa bagian baju, sadar kalau gadis ini adalah anak yang bertabrakan dengannya barusan.
“ Ya ampun, kamu ngga papa nak? “ Ibu memandangi penampilan wajah Natha.
Gadis itu terkejut di ajak bicara, dia tidak menyadari keadaan tubuhnya karena terlalu panik untuk membantu ibu memunguti donat semula. “ A-eumm, a-aku ngga papa bu. “ Reflek untuk membersihkan tubuhnya sendiri.
“ Maaf ya Natha, aku ngga akan lari lagi dari kamu. “ Olivia bersuara pelan memindahkan tubuhnya ke arah Natha, tapi tidak mau memandangi wajah gadis tersebut, dia menyatukan kedua tangannya di genggaman bawah karena merasa bersalah.
Ibu kaget, dia sedikit mencerna omongan anaknya. “ Loh, kamu sama anak ini rupanya temenan ya, Olivia? “ Dia berbalik bertanya pada sang anak di dataran samping.
“ Ah-i-iya ngga papa Olivia. Aku juga minta maaf gara-gara maksa buat ketemu kamu. “ Raut Natha tak enak menyahut.
Olivia mengangguk untuk balasan pertanyaan dari ibu. Membuat ibu mengerti, wanita itu menatap Olivia dengan raut kesal. “ Olivia, kamu ngga boleh gitu, nak. Temen kamu datang, bukannya di bawa ke rumah, kamu malah kabur. “
“ Iya bu, maafin Olivia ya. “ Olivia memegangi lagi tangan ibu, mencoba meminta belas kasihan dengah raut merasa bersalah.
Di sini malah Natha yang menjadi tak enak hati. Insiden ini terjadi karena ulah Natha yang datang untuk menghampiri Olivia, dia tidak seharusnya memaksa jika gadis itu memang tidak mau bertemu dengan dirinya tadi.
“ Eee… ini bukan salah Olivia bu. Dia ngga salah, saya yang salah udah maksa dia bu. Trus saya juga yang udah ngerusakin kue yang ibu bawa. “ Natha melirik kotak donat yang penyok di beberapa sisinya dalam genggaman ibu.
“ Eum… gimana kalau saya ganti rugi makanan ibu yang jatuh. Tapi ibu sama Olivia ikut saya buat belinya, saya ngga tau toko donat di sekitaran tempat ini. “
Sengaja Natha beralasan. Padahal sesungguhnya dia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan wanita paru baya, yang baru di temuinya sore ini.
Sesungguhnya Natha cukup tau beberapa tempat atau toko yang ada di sekitaran lingkungan ini, terutama toko donat yang ibu beli.
Jika harus tahu juga, sebenarnya wanita yang berada di hadapan Natha saat ini adalah ibunya, jelas dengan semua raga, kemiripan, suara, cara berbicara dan hal lain yang menunjukan jiwa manusia yang di panggil ibu oleh Olivia adalah sungguh ibu Natha.
Sayang wanita itu tidak mengenali Natha, dan malah menjadi ibu dari Olivia di dalam dunia novel. Harus Natha terima jika dia bukanlah ibu Natha di novel ini, tapi batinnya terus berteriak, mengutuk penulis mengapa harus memasukan ibu juga ke dalam dunia buatan tersebut.
Kenapa harus dengan semua kemiripan, kesamaan latar rumah Natha, bahkan ilustrasi dunia yang sama persis dengan tempat di kota Natha tinggal aslinya.
Makanya sekarang Natha hendak beralasan untuk menganti rugi makanan ibu, memang kewajiban dia untuk menganti ulang, tapi di baliknya ada niatan Natha yang di sengaja.
Dia hanya ingin lebih tau, menghabiskan waktu lebih banyak bersama wanita itu, sekedar untuk melepas rindu belaka yang Natha rasakan selama ini, setelah hari pertengkaran terjadi.
Untungnya Natha membawa sejumlah uang, nominal yang dia peroleh di amplop yang selalu di selipkan persekian minggu di tempat tidur Natha oleh seseorang.
Entah Natha hanya berfikir ini dunia novel dan mungkin uang itu memang di berikan untuk karakter Natha dalam kisah. Makanya dia berani untuk kemudian menggunakan uang tersebut.
^^^Jumat, 29 September 2023 (10.48)^^^
Samar-samar suara teriakan siswi terus bertebaran. Bersemangat memberi dukungan, di bawah teriknya sinar mentari hari terakhir.
Hari ini adalah hari perlombaan penentu, setelah usai menyelenggarakan selama satu minggu penuh, menyelesaikan beberapa bidang seperti bola basket, lompat jauh, renang, bulu tangkis, bola tennis, bola kaki, sampai beberapa ajang perlombaan lain yang menyeluruh.
Tersisalah satu perlombaan terakhir di jumat ini, menjadi lomba penutup dan penentu. Komulatif pemenang sudah di beberkan pada seluruh siswa, sebenarnya kelas Aslan dan Baron secara kebetulan bernasib seri.
Tentu ada upaya Baron yang curang di balik beberapa kemenangan mereka, sementara kelas 12-A-IPA-[89] memang dari tahun ke tahun terdahulu sering menjadi pemenang. Jadi wajar di tahun ini juga hampir merebut kejayaan lagi.
Banyak siswa yang sangat berantusias pagi ini, menanti perlombaan lari estafet pria terakhir, yang sengaja di selenggarakan di ujung, sebab kemenangan dari lomba ini terlihat mutlak, sekaligus bisa di langsungkan dengan beberapa kelas lainnya.
Jadi pemenang dari lomba inilah yang akan menjadi penentu kemenangan umum Pekan Raya Olahraga Sekolah Menengah Atas Jaya Pura Tahun 2023.
Sayangnya tidak sama hal dengan seorang gadis yang duduk termenung di jendela kelas, tapi masih cukup menjangkau pemandangan lomba itu dari lapangan tengah jarak jauh.
Mata gadis itu memang mengarah ke sana, tapi pandangannya buram, pikiran dia melayang-layang, berterbangan entah kemana.
Natha masih memikirkan perihal novel yang dia alami sekarang, belum berani untuk membaca kisah lanjutannya.
Entahlah dia terlalu kalut dan tidak mudah untuk percaya, jika benar Natha berada di dalam novel. Maka adakah cara agar dia bisa keluar dari novel ini, Natha tidak seharunya berada di sini.
“ Natha! “ Lagi-lagi ada seorang gadis yang menyadarkan lamunan Natha, dia berasal dari bibir tipis dan merah muda pucat milik Olivia, yang sudah berjalan duduk di kursi tempat Iefan berada biasanya.
Bedanya kaki gadis itu sudah jauh membaik untuk melangkah hari ini, Aslan yang sering membantu mengobati dan mengecek ulang luka Olivia dengan telaten.
“ Huff… lagi-lagi kamu sendirian. Kamu lagi mikirin apa si Natha? “ Olivia menatap khawatir. Rautnya tetap panik dan gundah seperti biasanya, sangat peduli terhadap orang lain di banding dirinya sendiri.
Natha menoleh memandangi Olivia. “ Ah, engga. Gue ngga kenapa-kenapa kok. “ Dia baru ingat sering menjauh lagi dari Olivia maupun ketiga siswa tersebut di minggu-minggu terakhir. Ingat kalau Olivia juga sangat peka terhadap gerak-gerik teman sekitarnya.
“ Eum… kaki lu udah baikan? Lu kenapa ngga nontonin perlombaan di lapangan. Bukannya hari ini terakhir ya. “ Sengaja Natha mengalihkan dengan mencari topik pembicaraan lain.
Lagi Olivia menghembus sebelum menjawab, rautnya cemberut sekarang. “ Ngga tau Natha, anak-anak lagi pada bingung sekarang. “
“ Bingung? “ Kedua alis Natha menyatu heran. “ Bingung kenapa? “
“ Andri ngga bisa ikut lomba hari ini, dia tiba-tiba aja di tabrak sama orang waktu pulang sekolah kemarin. Jadi anak-anak juga pada bingung, buat gantiin posisi Andri atau kosongin aja. “ Bibir tipis Olivia menurun sedih, ikut khawatir memikirkan kondisi teman kelasnya. Secara Olivia juga ketua kelas, jadi dia yang harus membantu teman-teman lain dan mengurus mereka.
Sontak Natha terkejut mendengar tuturan Olivia. Dia sekilas terdiam, mencerna pasti kecelakaan Andri teman kelasnya juga merupakan ulah Baron. Terakhir di lapangan basket penuh pasang mata manusia saja Baron berani berbuat curang, apalagi sekarang. “ Trus siapa yang gantiin dia? “
“ Aku kurang tau Natha, tapi… dari yang aku dengar si… Aslan. “ Ragu-ragu Olivia buka suara. Takut Natha juga akan terkejut.
Seketika Natha membelalakkan mata, dia memang sangat terkejut kali ini. “ Lah, kok bisa dia! “ Merasa kesal kenapa laki-laki itu begitu nekat untuk ikut di pertandingan dan memenangkan banyak perlombaan.
“ Ngga tau, soalnya temen-temen kelas kita banyak yang ngga masuk dan sakit. Bahkan temen-temen yang udah di tentuin jadi cadangan kelas buat lomba, juga banyak yang mendadak ngga bisa ikut hari ini. “
Tampak raut Olivia bingung, namun juga tidak bisa berbuat banyak. Semua perihal sudah terjadi, tidak mungkin dia berfikir untuk memaksa para teman-teman kelasnya yang sakit ataupun tidak mampu ikut untuk tetap bertanding.
“ Dimana mereka sekarang? “
Olivia mengulum bibir. “ Dia ada di depan kamu waktu kamu ngeliat ke lapangan. “ Cukup terkejut atas pertanyaan Natha masa ini.
Natha segera sadar dengan perkataan Olivia. Dia menoleh ke arah jendela, benar saja sudah ada Aslan yang berdiri di tengah lintasan di luar sana.
Natha kaget melihatnya, tapi sempat di sela kemunculan seorang siswa yang di dorong ke tengah lintasan membuat Natha tertarik. Dia memerhatikan lama gerak-gerik lelaki itu, sampai gerakan tangan di dekat saku celana laki-laki itu membuat Natha tersadar.
Lelaki itu telah menebar sesuatu di lintasan diam-diam. Tidak jauh juga ada keberadaan Baron yang menjadi pelaku pendorongan sebelumnya, tentu anak laki-laki yang semula itu memiliki hubungan dengan Baron, entah sebagai kawan, atau pesuruh untuk berbuat kecurangan.
Pasti mereka ingin melakukan kecurangan lagi, terpampang karena rencana Baron yang mengerjai teman-teman kelas Natha agar tidak bisa mengikuti perlombaan lari pria hari ini gagal total. Malahan Aslan yang suka relawan menjadi penggantinya.
Natha segera berlari ke lapangan karena hal itu, sempat merasakan sekilas nyeri di kaki kanan yang memang tidak di obati dari tempo lalu, tapi memilih tidak peduli dan secepat mungkin lari untuk mencapai keberadaan Aslan.
Olivia yang bingung juga mengikuti dari belakang, dia tidak sempat bertanya, jadi memilih mengikuti Natha. Mereka mencoba menerobos kerumunan di bibir lapangan, tapi terlalu sulit untuk dilakukan, hingga Natha saja yang berhasil masuk.
Natha masih berusaha untuk membawa Olivia masuk melewati gerombolan, keramaian di sana semakin tidak memungkinkan, juga Natha yang sudah mendengar wasit menyuruh para peserta untuk bersiap.
Dia panik dan di kekang waktu, tidak punya pilihan lagi Natha akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Olivia. Siswi-siswi di sana terlalu banyak, mereka sangat egois dan ribut untuk membuat Natha berhasil mencapai posisi depan.
Beruang kali gadis itu mencoba memanggil Aslan, dia harus mengatakan kecurangan Baron kepadannya. Sebelum peluit di mulai dan terlambat. Tapi sayang, waktu tidak mengasihani usaha gadis itu.
Pruittt!!!!!
Peluit wasit terlanjur di bunyikan, peserta di garis pertama sudah mulai berlari satu persatu. Natha semakin panik, dia kehabisan waktu, akhirnya memilih lari ke ujung lintasan bagian garis finish.
Berpacu dengan waktu dan lajunya lari dari peserta laki-laki di garis awal. Pergelangan kaki Natha semakin memburuk di tengah berlari, dia benar-benar terkilir parah di waktu yang tidak tepat, membuat Natha hampir terjungkal.
Beruntung ada Iefan yang berada di dekat Natha berada, dia sigap menahan tubuh Natha, sebelum membentur tanah langsung.
Natha senang karena masih ada Iefan yang membantunya, sempat mengatakan terimakasih kepada Iefan secara sekilas, lalu pergi lari lagi, memaksakan kakinya tetap berkocar-kacir.
Menyisakan Iefan seribu kebingungan, dia belum sempat untuk bertanya, tapi Natha sudah berlari dengan cepat meninggalkan.
Kaki Iefan yang cedera bekas perlombaan membuatnya hanya bisa memerhatikan Natha dari jauh, juga menonton Aslan di bibir lapangan.
Cedera gadis itu kian memburuk dan membuat nyeri di setiap langkahnya, tapi Natha paksakan walau harus meringkus beberapa kali menahan sakit.
Hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan saat itu, untuk menolong Aslan. Dia tidak bisa menghentikan perlombaan atau meminta Aslan batal bertanding, peluit sudah terlanjut di bunyikan, ditambah jika di perlombaan ini Aslan kalah atau diskualifikasi, maka mungkin saja akan berpengaruh terhadap kemenangan kelas mereka.
Yang nantinya juga akan menjadi penentu taruhan Natha dan Baron, jika kelas Natha kalah hari ini, maka Olivia dan kedua siswa itu akan terus di terror dan di ganggu oleh Baron.
Usaha Natha rupannya cukup membuahkan hasil, dia sampai di garis finish. Cepat bergerak sedikit ke tengah agar mendapat perhatian Aslan. Beruntung Aslan kebetulan berada di posisi paling tepi dan paling akhir.
Jadi laki-laki itu masih memiliki kesempatan memperhatikan Natha dan menyadari keberadaan gadis tersebut ujung lintasan.
Raut Aslan sejenak membentuk ekspresi bingung, seolah bertanya-tanya mengapa Natha tiba-tiba mendekat ke lintasan yang tidak seharusnya. Namun Natha tidak memperdulikan dan sudah bertindak memberikan kode gerakan tangan untuk menyuruh Aslan memerhatikan apa yang dia simulasikan.
Walau tidak mengerti dan sudah terlanjut berlari, Aslan tetap mencoba memperhatikan dan memahami apa yang gadis itu maksud.
Satu persatu Natha memberi arahan, dia memberikan gerakan menyilang, menunjuk ke arah lintasan, lalu bergelayutkan tangan ke kanan dan kekiri. Aslan tak mengerti hal itu, tapi dia mengikuti arah gelayutan tangan Natha, mencoba menyimpulkan jika gadis itu menyuruhnya berbelok ke kanan dan kekiri.
Siapapun yang ada di lapangan sana juga akan melihat keberadaan Natha, meski tidak menjadikan tubuhnya di tengah lintasan dan menganggu perlombaan, tapi posisi dan gerakan Natha cukup mencolok perhatian.
Iefan dan Baron juga melihat hal tersebut, kemarahan membeludak di hati Baron, tapi wajah bingung malah terus terpancar di raut Iefan. Baron tidak terima karena jebakan yang dia buat, malah berhasil di lewati mulus oleh Aslan, dengan Natha sebagai arahan dan pemandu.
Dipupuki kemampuan Aslan, meski sempat tertinggal ketika berbelok dan memerhatikan Natha, tetapi ketika gadis itu memberikan arahan untuk boleh maju dan lurus terus, maka disitulah Aslan mulai menambah kecepatannya.
Dia menyadari posisi tertinggalnya dengan peserta lain, cepat menambah kecepatan sekuat tenaga ketika hampir tiba di garis finish. Baron yang melihat semakin risau, dia bingung harus berbuat curang apa lagi. Sampai keberadaan Natha di bibir lintasan tiba-tiba memberi dia sebuah ide.
Baron diam-diam mendekat, dia tersenyum melihat ketidaksadaran Natha, gadis itu terlalu fokus memperhatikan lomba. Lalu di menit terakhir Baron benar-benar menjalankan aksinya.
Mendorong Natha ke tengah lapangan, hingga masuk ke lintasan Aslan sepenuhnya. Dia berfikir Aslan akan menahan kecepatannya untuk tidak menabrak Natha.
Sayang rencana mendesak Baron gagal, jarak Aslan dan Natha sudah terlalu dekat, jadi tidak memungkinkan untuk berhenti atau menghindar, juga termasuk Natha. Tabrakan antara Aslan dan Natha yang sama-sama kaget tidak terhindarkan, mereka jatuh bersama.
Pita-pita kemenangan di ledakan, otomatis bertindak karena tali finish sudah putus dan di lewati peserta. Meski begitu tetap Aslan yang memenangkan lomba. Dia berhasil mencapai garis finish terlebih dahulu, tapi naas harus bertabrakan dengan raga munggil milik Natha.
Suasana riuh berubah senyap, membeku setiap insan yang melihat, tidak gaduh atau heboh dengan kemenangan yang di capai.
Karena kala itu sebuah ketidaksengajaan membuat posisi dua insan berbeda jenis kelamin seakan menyatu.
Aslan siggap memegangi pinggang Natha dan menahan kepala gadis itu dengan tangan kanannya sebagai bantalan, dia sudah bersiap agar Natha tidak membentur tanah, tapi tidak dengan posisi mereka.
Terlihat Aslan menatap lurus ke wajah Natha, gadis itu sempat memejamkan mata reflek, sudah bersiap akan benturan yang dia terima. Namun, siapa sangka raganya malah tak merasakan apapun, hanya meraba keberadaan datar permukaan lintasan, juga dua buah telapak tangan yang bertengger di pinggangnya.
Menjadikan kelompak mata gadis itu perlahan terbuka bingung, tidak menyangka jika di depannya sepasang mata tajam dengan alis yang lebat sudah menunggu dalam jarak dekat.
Mata Natha hampir keluar karena kaget. Aslan telah berada di atas tubuhnya, dalam posisi Natha terlentang dan Aslan yang tiarap di atasnya.
Sementara Olivia yang baru mendapat kesempatan melihat lapangan setelah berjuang mengubak kerumunan menjadi membeku, dia terpatung melihat Natha dan Aslan di tengan lintasan lari estafet.
Tak ada satu orang yang luput tanpa keterkejutan di sana, termasuk Iefan, tapi dia juga sempat menyadari keberadaan Olivia sisi sebelah yang agak jauh, segera mendatangi dan menutupi mata gadis tersebut.
Aslan dan Natha bergegas bangun, saling membenahi diri, terlihat Natha yang begitu canggung dan salah tingkah.
Semua gadis yang melihat kejadian itu marah, mereka pergi dalam emosi kesal. Bahkan ada yang menangis tidak terima, kecewa melihat pria idola mereka malah seakan beradegan mesra di depan umum dengan gadis lain.
Perlahan semua siswa yang menonton pergi, menyisakan Olivia dan Iefan di tepi lapangan. Posisi mereka masih sama, tapi perlahan berubah saat Olivia menurunkan tangan Iefan dari matanya.
Terlihat ciaran sudah menggenang di kedua kelopak bawah mata Olivia, penuh gelora kecewa, dia tersenyum kecut sekilas, lalu memilih pergi begitu saja. Iefan cepat mengejar Olivia, kaki cederanya cukup menyulitkan untuk berlari.
Sementara di sisi lain, Baron yang merupakan pelaku sempat memperhatikan raut kecewa gadis pujaan dia seberang sana. Dia ikut pergi menyisakan Natha dan Aslan di seorang, ada sebuah ide lain yang tiba-tiba terpikirkan di raut Baron.
Kedua insan itu tak luput sadar dengan keberadaan Olivia bibir lapangan. Natha juga sempat terkejut usai melihat, komplikasi ingatan tentang ucapan Olivia yang menyukai Aslan dan bagaimana perhatian Olivia kepada laki-laki, menghujam jati diri Natha.
Dia langsung berubah sangat merasa bersalah kepada Olivia, kejadian hari ini tak seharusnya terjadi, Natha hanya mencoba untuk membantu Aslan semula.
Tapi rencananya tidak terlalu berjalan mulus, ada seseorang yang sengaja mendorong Natha tadi, dan menghadiahkan kondisi sekarang antara dirinya dan Aslan.
Tubuh gadis itu hendak bangun menyusul, dia harus menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi, tapi seketika nyeri di kaki Natha mencuat. Natha terduduk kembali, dia mengerang kecil memegangi kakinya, pasti rasa nyeri itu juga diperparah langsung akibat benturan saat dia dan Aslan bertabrakan sebelumnya.
Berhadiahkan cedera yang awal menjadi semakin parah. Aslan mendengar rintihan Natha, dia cepat menghampiri, akhirnya melihat pergelangan kaki Natha yang sudah membiru. Sekilas Aslan terkejut, lelaki itu hendak mengendong Natha untuk di bawa ke Unit Kesehatan Sekolah.
Tapi Natha menangkal dan menyuruh Aslan untuk mengejar Olivia sekarang. Sayangnya Aslan juga menolak mentah-mentah perintah Natha. Ada yang lebih penting di banding mencoba menjelaskan kepada Olivia perihal kesalahpahaman tadi.
Tanpa peduli Aslan langsung menggendong raga mungil gadis itu untuk di bawa ke Unit Kesehatan Sekolah, dalam posisi brydal style, mengejutkan langsung jantung Natha, bersama pandangan siswa-siswi tersisa di sana yang semakin parah.
^^^Minggu, 01 Oktober 2023 (19.56)^^^
“ Eum… ibu mau cuci tangan dulu ya. “ Seorang wanita buka suara, insan yang sejak tadi Natha perhatikan dalam diam.
Makanan dan topik bercanda mereka sudah habis, jadi ibu hendak mencuci tangan untuk menyudahi acara makan malam ini.
Setelah sempat menolak dan pertimbangan, ibu akhirnya mau menerima niatan Natha tadi sore. Dia ikut berbelanja bersama Natha dan Olivia sang anak dalam novel.
Mereka menghabiskan cukup waktu di petang akhir pekan tersebut, sengaja Natha juga mengajak ibu dan Olivia untuk makan malam bersama, sebagai alibi mereka juga sudah tiba di jam malam waktunya makan.
Natha senang dalam tatapannya ketika memandangi wajah ibu yang asik mengunyah makanan, ini kali pertama dia bisa mengajak ibu untuk makan di luar terlebih dalam restoran mewah, walau hanya mampu di dalam dunia novel, tapi cukup memberi Natha kepuasan dan kebahagiaan sejenak.
Olivia di sebelah menyahut dengan mengangguk. Dia membantu ibu untuk turun dari kursi. Sempat melihat cela Olivia yang tidak ikut mengantar ibu, memberikan Natha sebuah inisiatif, dia sengaja juga beralasan untuk mencuci tangan. Berjalan diam-diam di belakang ibu.
Kali ini Natha benar-benar tiba di depan wastafel, menemukan ibu di sisi wastafel sebelahnya. Terlihat wanita berumur itu masih diam di depan keran, tangan dan lantai keran itu bahkan masih kering. Jelas jika ibu kesulitan untuk menggunakan peralatan canggih di restaurant mahal seperti sekarang.
Natha juga sudah memperhatikan sejak makan tadi, dia banyak kesulitan dan ragu mau menggunakan sendok dan garpu mana.
Sama halnya dengan Natha di awal kehidupan novel, namun setelah beberapa kali makan dan berteman dengan Aslan juga Iefan yang sering mengajak mereka untuk makan di tempat mahal, menjadikan Natha terbiasa, dia mempelajari diam-diam tentang table manner.
Berbeda dengan ibu, dia tidak tahu tapi tidak sok tau, wanita itu mencoba memerhatikan sebelum memulai atau mencoba makan dengan sewajarnya.
Sangat pandai dan cerdas, seharusnya sangat di sayangkan jika ibu hanya menjadi seorang pekerja sebagai Asisten Rumah Tangga saja dengan sifat cepat tanggap dan kecerdasan yang dimiliki. Jika ibu besungguh-sungguh sekolah mungkin dia akan menjadi wanita karir yang terpandang dan sukses.
Sekilas memberikan Natha beberapa ingatan betapa ibunya dahulu sangat tidak ingin membuat Natha merasa malu dan di kucilkan, berlatar belakangkan ibu yang sebatas buruh dalam keadaan ekonomi yang tidak memadai layaknya orang tua lain.
Waktu acara perpisahan kelas acara informal Sekolah Menengah Atas, Natha pernah mengajak ibu untuk ikut perpisahan dan makan bersama di sebuah restaurant bergabung antara siswa lain dengan orang tua mereka dari masing-masing teman Natha, yang memang di biayai dari uang kas yang wajib di kumpulkan perminggu sebelumnya.
Uang itu semula diniatkan untuk dijadikan sebagai pegangan kelas ketika mau mengadakan acara atau membeli peralatan lain jikalau kelas membutuhkan, tapi beriring jalannya waktu uang tersebut tidak terlalu banyak dipergunakan, jadi memilik cukup tabungan lebih yang kemudian digunakan untuk acara perpisahan pribadi kelas Natha.
Mereka mengusulkan untuk membuat acara makan-makan di restaurant mewah menggunakan uang tersebut, jadi peraturannya masing-masing siswa hanya perlu membawa satu orang tua mereka untuk ikut merayakan, tanpa perlu membayar ulang karena sudah terbayarkan melalui uang kas yang di kumpulkan bersama ketika di kelas.
Otak Natha sempat terfikirkan untuk tidak ikut, dan meminta uang miliknya di kembalikan saja, mengingat keluarganya lebih membutuhkan di banding foya-foya dengan makan di tempat mahal.
Sayangnya hal itu tak bisa terjadi, uang kelas sudah terlanjur di bayarkan ke restaurant yang bersangkutan.
Ibu juga tidak memarahi Natha kala itu, sudah sewajarnya jika sang anak ikut menikmati masa perpisahan terakhir yang bahagia di bangku sekolah, setelah cukup lama berhemat di masa-masa sebelumnya.
Selain itu hanya ini yang mampu ibu bantu berikan sebagai kesenangan kecil untuk Natha, gadis malang itu itu sudah cukup menderita selama menempuh hari-hari sekolahnya.
Wajar saja dengan acara kecil ini tidak membuat ibu menentang, terlebih mereka tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan lagi. Hanya perlu datang, untuk ikut merayakan serta makan bersama.
Hari yang ditentukan tiba, Natha datang bersama ibunya, pakaian meraka tidak mewah, tapi cukup sopan dan rapi, terlihat beberapa teman lelaki di kelas Natha sempat tertegun melihat penampilan tak biasa gadis itu.
Langsung mereka duduk sebagaimana seharusnya di kursi yang tersedia, banyak orang tua yang berpakain glamor dan modis di meja itu, tapi tidak menutup aura ibu yang sangat cantik dan terlihat cukup berkelas walau hanya berpenampilan biasa.
Ibu berdandan seadanya, tidak menor tapi sangat cantik, mungkin orang yang melihat sekilas tidak akan mengira jika ibu hanya bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga.
Dia juga cerdas ketika makan, tidak gegabah dan sangat sopan sebagaimana seharusnya, semenjak itu juga Natha yakin ibu pasti akan menjadi wanita yang sukses jika dia tidak meninggalkan sekolahnya.
Cepat Natha yang sekarang membantu ibu untuk menghidupkan keran wastafel, mereka mencuci tangan bersama di keran yang bersebelahan.
Tampak ibu berbincang sejenak dengan Natha di masa singkat tapi sangat berarti dan menyenangkan bagi Natha, tengah gemercak air dari dua pasang tangan bawah guyuran air di malam itu.
~Bersambung~
✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA
✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA ILMU BAGI AKU