Pengawal Tampan

Sore hari waktu menunjukkan pukul 4 sore, Cindy dan Varel sedang mengendarai sebuah mobil menuju ke suatu tempat.

"Varel, apa kamu menyukai kakakku?" tanya Cindy di dalam mobil.

"Untuk apa kamu menanyakan hal itu?" tanya balik Varel sambil fokus mengemudikan mobilnya.

"Tentu saja aku perlu tahu, kakakku selama ini tidak pernah dekat dengan seorang pria manapun dan tidak pernah jatuh cinta, tapi ketika dia berada di dekatmu tadi, aku langsung bisa menebaknya dengan mudah, bahwa dia tertarik denganmu," ujar Cindy.

"Jadi bagaimana, apa kamu juga menyukai dia?" tanya Cindy.

Varel hanya senyam-senyum mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Cindy.

"Apa kamu ragu dengan kakakku, kamu memang tampan, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu sangat bodoh," ujar Cindy.

"Kakakku begitu sangat cantik, banyak di luar sana lelaki yang mengejarnya," sambung Cindy.

"Kamu ribut sekali dari tadi, aku memang suka kepada kakakmu, puas kan," balas Varel.

"Huh sudah kuduga, tidak mungkin kamu tidak tertarik dengan kakakku," ujar Cindy.

"Ingat, jika kamu sampai berani menyakitinya, aku akan membunuhmu," sambung Cindy.

"Tenang saja soal itu," balas Varel.

Sementara itu di depan pintu masuk sebuah ktv terlihat seorang pria dan dua orang wanita sedang berdiri di sana.

Si pria bernama Rio dan dua orang wanita itu bernama Lidia dan Ratna. Mereka bertiga merupakan teman satu kampus dari Cindy. Sedangkan Rio seorang pria yang sedang mengejar Cindy dan sangat menyukai Cindy.

"Kenapa Cindy belum juga sampai ya?" tanya Lidia.

"Tenang saja, dia pasti akan datang," jawab Ratna.

"Rio, semua orang tahu bahwa kamu sedang mengejar Cindy, atau jangan-jangan kamu mengundang kami datang ke sini karena memiliki rencana," ujar Lidia.

"Ya, kalian berdua adalah teman baik Cindy, aku ingin kalian menjadi saksi, hari ini aku akan menembak Cindy," balas Rio.

"Wah, aku yakin Cindy pasti akan menerimamu," ujar Ratna.

Rio tersenyum puas, harus di akui Rio lumayan tampan dan cukup populer di kelas. Apalagi Rio merupakan putra tunggal dari keluarga Irianto. Keluarga Irianto sendiri merupakan keluarga kelas dua di kota itu dengan nilai perusahaan mencapai belasan miliar.

Sesaat kemudian Cindy dan Varel telah tiba dan berjalan menghampiri mereka.

"Maaf, aku sedikit terlambat," ujar Cindy.

"Tidak apa, hanya beberapa menit saja," balas Ratna.

Rio sendiri langsung bersemangat melihat Cindy yang telah tiba. Cindy terlihat begitu sangat cantik dan sempurna.

"Cindy, aku senang sekali kamu bisa datang," ujar Rio.

"Tentu saja, aku pasti datang," balas Cindy.

Cindy sendiri juga memiliki sedikit rasa kepada Rio. Cindy juga tahu bahwa selama ini Rio terus saja mengejarnya, namun dirinya masih belum memberikan jawaban karena ingin melihat perjuangan Rio terlebih dahulu.

Namun tanpa di sadari Rio dan Cindy, Ratna dan Lidia justru fokus terhadap sosok pria yang berada di belakang Cindy, yaitu Varel.

"Cindy, siapa pria di belakangmu, dia tampan sekali," ujar Lidia.

"Benar, aku belum pernah bertemu dengan pria sempurna seperti ini," sambung Ratna.

Rio sendiri juga menoleh ke Varel dan seketika wajahnya menjadi masam.

"Siapa pria ini?" pikir Rio.

"Ini Varel, dia pengawal kakakku," jelas Cindy.

"Aku memintanya untuk menemaniku," sambung Cindy.

"Wah, kalau setampan ini pengawalnya, aku mau terus di jaga olehnya," ujar Lidia.

"Aku juga mau," ujar Ratna.

"Kalian jangan sembarangan, pengawal ini punya kakak ku," ujar Cindy.

Rio sedikit tenang ternyata pria tampan itu tidak memiliki hubungan dengan Cindy, hanya saja Rio masih kesal karena sekarang para gadis-gadis justru terpesona dengan pria itu dan bukan dengan dirinya.

"Sudah ayo kita masuk, aku sudah memesan ruangan khusus untuk kita," ujar Rio.

Mereka mulai masuk kedalam ktv dan menuju ke salah satu ruangan yang sudah di pesan.

Di dalam ruangan Ratna dan Lidia mulai bernyanyi sambil berduet. Suasana di sana begitu menyenangkan dan mengasikan. Hingga kemudian Rio mulai berdiri mengambil mikropon.

"Baik, hari ini adalah salah satu yang terbaik dalam hidupku," ujar Rio.

"Aku akan menyanyikan sebuah lagu, dan lagu ini aku persembahkan khusus untuk Cindy," sambung Rio sambil tersenyum kepada Cindy.

"Rio kamu benar-benar romantis," ujar Ratna.

"Aku menjadi iri kepada Cindy," ujar Lidia.

Sementara itu Cindy hanya tersenyum saja, Cindy juga semakin tertarik kepada Rio.

"Lagu ini berjudul WANITA PUJAANKU," ujar Rio.

Rio mulai bernyanyi, harus di akui suara Rio cukup merdu, sehingga membuat mereka sangat menikmati lagunya.

Varel sendiri dari tadi hanya diam saja sambil sesekali minum. Varel cukup terkejut ternyata Rio bisa begitu romantis kepada wanita, dan berbanding terbalik dengan dirinya.

Satu jam kemudian mereka telah selesai bernyanyi, dan kini sudah berada di parkiran mobil.

Tiba-tiba saja Rio langsung berlutut di hadapan Cindy dan mengeluarkan setangkai bunga yang dia bawa sebelumnya.

"Cindy sudah lama aku menyukaimu, hari ini aku memberanikan diri untuk mengatakannya kepadamu," ujar Rio.

"Apakah kamu mau menjadi pacarku?" tanya Rio sambil menyodorkan bunganya.

"Terima, Cindy ayo terima saja!" ujar Ratna dan Lidia.

Cindy juga mulai tersenyum, Cindy sendiri juga lumayan telah tertarik kepada Rio. Walaupun Rio tidak setampan varel, tapi Rio selalu baik di depannya.

Namun tiba-tiba saja seseorang mengambil bunga dari tangan Rio secara tiba-tiba.

"Hei, apa yang kamu lakukan," seketika Rio langsung marah dan tidak terima.

Di lihatnya sekitar lima orang pria bertato dan berbadan besar sudah berada di sekeliling mereka.

"Kamu mau apa?" tanya pria yang mengambil bunga itu yang bernama James.

"Eh, anu... bisakah kamu mengembalikan bunganya?" Rio terlihat langsung menciut.

"Haha, kalian hanya sekumpulan orang kaya yang tidak bisa apa-apa," ujar James.

"Cepat ambil barang berharga mereka!" perintah James kepada empat anak buahnya.

Seketika ke empat orang itu mulai mendekati mereka dan membuat Lidia dan Ratna ketakutan.

"Rio, lakukan sesuatu!" ujar Ratna dan Lidia.

"Tuan, melakukan perampokan di tempat umum sangat berbahaya, apa anda tidak takut polisi?" ujar Rio.

Bukannya takut, James justru menghampiri Rio dan langsung memukulkannya.

"Buk," wajah Rio tinju oleh James.

Seketika Rio jatuh ke jalan, darah keluar dari sudut bibirnya. Rio segera bangkit, namun bukannya melawan Rio justru dengan sangat cepat berlari menyelamatkan diri dari sana.

Sontak saja hal itu membuat Cindy dan yang lainnya menjadi sangat kaget. Bagaimana mungkin Rio berlari meninggalkan tiga orang wanita dalam bahaya pikir mereka.

"Rio, mau kemana?" teriak Lidia.

"Rio, tolong kami," teriak Ratna.

Rio terus berlari dengan kencang tanpa menengok ke belakang. Hal itu membuat semua rasa ketertarikan Cindy kepada Rio hancur sudah.

"Haha, sungguh pria menyedihkan," ujar James.

Kemudian bawahan jame mulai mengancam Ratna dan Lidia untuk memberikan barang berharga milik mereka. Mereka berdua juga tidak bisa apa-apa dan hanya bisa memberikannya.

"Cepat berikan kalung di lehermu!" ujar salah seorang bawahan James kepada Cindy.

"Tidak, aku tidak akan memberikannya," Cindy segera menggenggam kalungnya dengan sangat erat.

Kalung itu adalah peninggalan dari ibunya dan tidak ternilai baginya.

Karena Cindy menolak, maka pria itu hendak merampasnya secara paksa, namun Varel langsung menangkap tangan orang itu.

Cindy dan yang lainnya lupa bahwa ada Varel di sana, mereka terlalu fokus terhadap Rio yang sedang mengungkapkan perasaannya.