NovelToon NovelToon
Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cintapertama / Horror Thriller-Horror / Cinta Terlarang / Cinta Murni / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Pihak Ketiga / Psikopat itu cintaku
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Dokter Fikri adalah seorang psikiater dari kepolisian. Dokter Fikri adalah seorang profesional yang sering menangani kriminal yang mengalami gangguan kepribadian.

Namun kali ini, Dokter Fikri mendapatkan sebuah pasien yang unik, seorang gadis berusia 18 tahun yang mempunyai riwayat penyakit kepribadian ambang (borderline).

Gadis itu bernama Fanny dan diduga membunuh adik tiri perempuannya yang masih berumur 5 tahun.

Apakah Dokter Fikri biaa menguak rahasia dari Fanny?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Pelatihan

Aku selalu tahu bahwa aku menginginkan Reino. Sejak pertama kali aku melihatnya, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang membuatku merasa dia harus menjadi milikku, sepenuhnya. Dan ketika aku menginginkan sesuatu, aku tidak akan berhenti sampai mendapatkannya.

Tiara dan Rissa? Mereka bukan apa-apa bagiku. Mereka hanyalah serangga kecil yang dengan mudah bisa kusingkirkan. Dan aku melakukannya dengan cermat, memainkan perasaan mereka, menggoyahkan kepercayaan diri mereka, sampai akhirnya mereka jatuh ke dalam perangkap yang kusiapkan. Keduanya benar-benar naif, terlalu percaya diri bahwa mereka bisa berdiri di antara aku dan Reino. Mereka tidak lebih dari hama yang menganggu. Setelah mereka berdua hancur dengan semua strategiku, aku tinggal menangkap Reino, ah Reino sayangku, kamu adalah milikku.

"Aku butuh bantuanmu," kataku pada pria di ujung telepon. Dia adalah orang yang selalu bisa diandalkan untuk pekerjaan kotor semacam ini. Namanya tak penting, yang penting adalah hasilnya. "Aku ingin kau memberi pelajaran pada seseorang."

"Siapa targetnya?" tanyanya, suaranya datar tanpa emosi.

"Reino," jawabku singkat, tanpa sedikit pun keraguan. Aku bisa merasakan jantungku berdegup lebih cepat, bukan karena rasa takut, tapi karena antisipasi. Aku tahu ini adalah bagian penting dari rencanaku untuk bisa mengendalikan hidup Reino.

"Berapa parah?" Dia ingin tahu batasannya. Aku berpikir sejenak. Aku tak ingin Reino terluka parah, hanya cukup untuk membuatnya merasa lemah dan butuh bantuan.

"Cukup untuk membuatnya takut, tapi jangan sampai terlalu parah," aku menekankan. "Dan pastikan aku ada di sana ketika itu terjadi."

"Ceritakan detailnya, kirimkan semua hal tentang targetmu."

Aku tahu dia mengerti. Kami membuat janji, dan aku merasa lega ketika telepon ditutup. Semua akan berjalan sesuai rencana.

Hari itu tiba lebih cepat dari yang kuduga. Aku sudah memastikan semuanya. Reino akan pulang terlambat dari sekolah karena kegiatan ekstrakulikuler, dan dia selalu melewati jalan yang sama, aku memastikan dia sampai di bagian yang paling sepi. Aku sudah menunggu di dekat lokasi, memastikan diriku siap untuk memainkan peran sebagai penyelamat yang tak terduga.

Ketika aku mendengar suara pukulan dan geraman di kejauhan, aku tahu waktunya sudah tiba. Dengan cepat, aku berlari menuju tempat itu, memastikan ekspresi khawatir dan ketakutanku terlihat nyata.

"Reino!" Aku berteriak, suaraku terdengar panik. Pria-pria itu dua orang yang kupanggil segera menjauh darinya ketika melihatku mendekat. Aku bisa melihat Reino terjatuh di tanah, darah mengalir dari sudut bibirnya, wajahnya penuh rasa sakit dan kebingungan.

"Reino, apa yang terjadi?" Aku pura-pura tidak tahu, memeluknya erat seolah-olah aku adalah satu-satunya yang bisa melindunginya dari bahaya.

"Mereka... mereka memukulku... tanpa alasan," suaranya lemah, penuh dengan kebingungan dan ketakutan.

"Ssst, tenang," aku membisikkannya, menatapnya dengan mata penuh simpati. "Aku di sini sekarang. Aku akan menjagamu."

Aku bisa merasakan tubuhnya melemas dalam pelukanku, seperti anak kecil yang menemukan perlindungan dalam pelukan ibunya. Inilah yang aku inginkan, agar dia merasa tak berdaya, agar dia tahu bahwa hanya aku yang bisa menyelamatkannya.

Ketika aku membawanya ke mobilku, aku memastikan dia merasakan betapa pentingnya kehadiranku. Aku mengobati luka-lukanya, mengusap darah di wajahnya dengan penuh perhatian.

"Kamu gak perlu khawatir lagi, Reino," kataku sambil tersenyum lembut. "Aku akan selalu ada untukmu. Tak ada yang bisa menyakitimu selama aku ada di sini."

Dia menatapku, dan aku bisa melihat ada sesuatu yang berbeda di matanya. Mungkin itu rasa syukur, atau mungkin rasa ketergantungan yang mulai tumbuh. Tapi yang jelas, dia mulai menyadari bahwa dia membutuhkan aku.

Sejak hari itu, semuanya berubah. Reino menjadi lebih sering mencari aku, meminta pendapatku dalam banyak hal, seolah-olah dia tak bisa membuat keputusan tanpa aku. Dia menjadi lebih lemah, lebih rentan, dan itulah yang membuatku semakin kuat.

"Kak Laura, apa yang harus aku lakukan?" tanyanya suatu hari setelah dia selesai bekerja di rumahku,, suaranya penuh dengan kebingungan dan keputusasaan.

"Apa yang membuatmu khawatir?" tanyaku dengan nada yang penuh perhatian.

"Aku lemah, tidak bisa membela diriku sendiri. Aku ingin belajar bela diri," Reino menunduk menandakan, ketidakpercayaan dirinya. Gelora aneh menggerogoti hatiku, aku benar-benar merasa ini adalah momen terbaik dalam hidupku.

"Aku sabuk hitam taekwondo, kalau kamu mau belajar, aku bisa ngajarin kamu."

Aku bisa melihat ada harapan yang mulai tumbuh di matanya, harapan bahwa dia bisa menjadi lebih kuat, lebih mampu. Dan aku akan menjadi orang yang memberinya kekuatan itu atau setidaknya, memberinya ilusi tentang kekuatan itu.

“Kita mulai sekarang saja, ya?” tawarku, berdiri dari sofa dan menuntunnya ke halaman belakang, tempat yang cukup luas untuk latihan.

Kami berdiri berhadapan di tengah halaman. Udara sore yang sejuk membuat suasana semakin sempurna untuk apa yang akan kulakukan. Aku bisa merasakan jantungku berdegup sedikit lebih cepat, bukan karena gugup, tetapi karena kegembiraan. Aku hampir tak sabar untuk memulai.

“Pertama-tama, kita akan mulai dengan posisi dasar,” aku menjelaskan, memposisikan tubuhku dengan kaki sedikit terbuka, lutut sedikit ditekuk, dan tangan diangkat setinggi dada. “Ini adalah posisi siap. Dari sini, kamu bisa bergerak ke segala arah dengan cepat. Coba kamu tiru.”

Reino meniru gerakanku dengan patuh, meskipun aku bisa melihat dia masih sedikit kaku. Aku mendekat, merapikan posisi kakinya dan memastikan lututnya cukup ditekuk.

“Bagus, Reino,” pujiku dengan nada lembut. “Sekarang, kita akan belajar beberapa gerakan dasar. Mulai dari tendangan depan. Perhatikan aku.”

Aku menendang dengan satu kaki, memperlihatkan gerakan yang tajam dan cepat, lalu kembali ke posisi semula. Reino menatapku dengan serius, mencoba memahami setiap gerakan.

“Sekarang, kamu coba,” kataku sambil mundur selangkah, memberinya ruang untuk mencoba. Reino mengangkat kakinya dan mencoba menendang seperti yang kulakukan. Gerakannya masih kaku dan kurang bertenaga, tapi aku tahu itu wajar untuk pemula.

“Bagus,” kataku sambil tersenyum, meskipun gerakannya jauh dari sempurna. “Kita tinggal perlu melatihnya terus-menerus sampai kamu terbiasa.”

Kami melanjutkan latihan dengan beberapa gerakan dasar lainnya, seperti tendangan samping dan pukulan langsung. Aku memastikan untuk memberi arahan dengan penuh perhatian, memperbaiki setiap kesalahan kecil yang dia buat, dan memberinya pujian setiap kali dia berhasil.

Saat dia mulai kelelahan, aku menghentikan latihan dan mengajaknya duduk di bangku taman di sudut halaman. “Kamu sudah cukup bagus untuk seorang pemula,” kataku, memberinya botol air.

Reino meneguk air dengan cepat, wajahnya tampak lega tapi juga penuh kepuasan. Aku bisa melihat dia merasa lebih percaya diri, dan itu adalah bagian dari rencanaku. Aku ingin dia merasa nyaman dan aman bersamaku, lebih dari siapapun.

“Kamu benar-benar berbakat, Reino,” kataku lagi, kali ini dengan nada sedikit lebih lembut. “Aku senang bisa membantumu menjadi lebih kuat.”

Dia tersenyum, dan untuk pertama kalinya, aku melihat sesuatu yang lebih dari sekadar rasa syukur di matanya. Ada kepercayaan, dan mungkin, sedikit ketergantungan yang mulai tumbuh.

“Aku nggak tahu gimana bisa membalas semua ini, Kak,” katanya pelan, suaranya penuh dengan ketulusan yang naif.

Aku mengulurkan tangan, menyentuh bahunya dengan lembut. “Kamu nggak perlu membalas apa-apa, Reino. Aku tulus membantumu."

Kami tertawa bersama saat aku bercanda tentang betapa cepatnya dia belajar, dan aku bisa merasakan bahwa ikatan di antara kami semakin kuat. Setiap detik yang dihabiskan bersama Reino, setiap gerakan yang dia pelajari, semakin memperdalam ketergantungannya padaku.

Aku tahu, pada akhirnya, dia akan menjadi milikku sepenuhnya. Tidak ada yang akan bisa memisahkan kami, karena aku adalah segalanya baginya, pelindung, guru, dan, suatu hari nanti, satu-satunya orang yang dia percayai.

1
Livami
kak.. walaupun aku udah nikah tetep aja tersyphuu maluu pas baca last part episode ini/Awkward//Awkward//Awkward/
aarrrrgh~~~
Umi Asijah
masih bingung jalan ceritanya
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ
Novelku sendiri
Livami
orang kayak gitu baik fiksi ataupun nyata tuh bener2 bikin sebel dan ngerepotin banget
Livami
huh.. aku suka heran sama orang yang hobinya ngerebut punya orang... kayak gak ada objek lain buat jadi tujuannya...
Umi Asijah
bingung bacanya..😁
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Ada yang mau ditanyain kak?
total 1 replies
Livami
terkadang kita merasa kuat untuk menghadapi semua sendiri tapi ada kalanya kita juga butuh bantuan orang lain...
Livami
ending episode bikin ademmm
Livami
ok kok semangat thor
Livami
woo.. licik juga Tiara
semangat tulis ya Thor /Rose/
bagus ceritanya
Livami
bagus Lo Thor.. ditunggu up nya.. semangat/Determined//Determined//Determined/
LALA LISA
tidak tertebak...
Sutri Handayani
pffft
LALA LISA
ending yang menggantung tanpa ada penyelesaian,,lanjut thoor sampai happy ending
LALA LISA
benar2 tak terduga ..
LALA LISA
baru ini aku Nemu novel begini,istimewa thoorr/Rose/
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Terimakasiiih
total 1 replies
LALA LISA
cerita yg bagus dengan tema lain tidak melulu tentang CEO ..semangat thoorr/Rose/
Reynata
Ngeri ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!