Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Surgaku
Zahra terkesiap melihat suaminya itu keluar dari kamar mandi hotel dalam keadaan rambutnya masih basah.
Dadanya berdebar begitu kencang.
Apalagi sekarang lelaki itu tengah menatapnya sambil mengusap-usap air di rambutnya yang terlihat menetes ke bawah dagunya hingga mengenai selangkanya.
Tes
Sampai-sampai suara tetesannya terdengar menggema di telinga Zahra yang terasa berdenting mengikuti debaran jantungnya.
“Zahra….”
‘Allah, kenapa suaranya seperti bergaung panjang’
Lelaki itu kini menatap wajahnya begitu dekat.
Seketika nafasnya terhenti.
“Bagaimana? Apa menurutmu segini sudah cukup jelas?”
“Hah?” gumam Zahra masih belum sadar.
Terlihat suaminya itu tersenyum begitu menawan, sepertinya lelaki itu sedang bergerak dalam mode slow motion.
“Apa menurutmu jarak segini sudah cukup jelas untuk menatap ketampanan suamimu ini?”
“Ya,” gumam Zahra lirih tanpa sadar.
“Sepertinya kau harus dihukum karena terlalu menggemaskan,”
Lelaki itu tiba-tiba mengecup pipinya.
Zahra sontak tersadar dan terperanjat. Matanya melotot ketus ke arah suaminya.
“Apa kau mau aku mengembalikannya, baiklah!” ucap suaminya sambil hendak mengecup kembali pipi Zahra.
Zahra dengan sigap menutup pipinya dengan kedua tangannya.
Bukanya kapok melihat Zahra melirik sinis kepadanya, lelaki yang barusan terlihat tersenyum puas itu malah langsung mencium bibir Zahra tanpa permisi.
Mata Zahra membulat sempurna kemudian meringis kecut.
“Dasar mesum,” umpat Zahra.
Lelaki itu tertawa mendengarnya.
Zahra kembali melirik sinis ke arahnya, lalu merajuk dengan membalikkan badannya.
“Maaf, maaf,” ujar lelaki itu sambil membalikkan badan Zahra.
Zahra yang masih kesal membuang muka dari suaminya itu.
“Aku salah, aku benar-benar tak bisa menahan diri, tatapanmu membuatku tak bisa berpikir dengan baik,” jelas sang suami seraya memegang kedua bahu Zahra.
Zahra menggoyangkan bahunya hingga terlepaslah pegangan suaminya itu.
Ia kemudian mundur dan melipat tangannya.
Wajahnya berubah tegas.
“Ucapanmu begitu manis Gus, pantas banyak wanita yang mengincarmu?” sindir Zahra dengan sinis.
“Bukankah kau harusnya merasa sangat beruntung punya suami yang diidolakan banyak wanita,” ucap suaminya dengan nada begitu sombong.
“Oh! jadi Gus sangat menikmatinya ya?” seru Zahra kesal sambil melotot ke arahnya.
Bukannya mengelak, lelaki itu justru kembali menatapnya serius, “Kau terlihat seperti seorang istri sekarang.”
Zahra terperangah mendengar ucapan suaminya itu.
Keduanya saling bertatapan….
Albi ya albi….
Terdengar suara notifikasi telepon memanggil dari ponsel Zahra.
Ia segera mengambil ponsel itu dari dalam tas yang sedari tadi tergeletak di atas ranjang dan memperhatikan siapa penerimanya.
Mendadak perasaannya was-was.
Tertera nama Nayla di atas ikon telepon berdering di atas layar ponselnya tersebut.
“Aku angkat telepon dulu ya, Gus?”
Lelaki itu mengangguk.
Zahra keluar menuju balkon dan mulai menerima panggilan tersebut.
“Hallo! Assalamualaikum Nay,” sapa Zahra dengan lembut.
“................”
“Ada apa?”
“...............”
“ Ya—Aku lagi di—luar.” ucap Zahra ragu-ragu.
“..............”
“Aku lagi di…”
Belum selesai Zahra menjawab sahabat di seberang teleponnya itu, Tiba-tiba Gus Afkar menyabet ponsel itu dan mematikannya.
“Kenapa Gus mematikannya?” teriak Zahra kesal.
“Aku bukan hanya mematikan panggilannya, tapi aku akan mematikan ponselmu juga,” ucap lelaki itu sambil menatapnya tajam.
Tubuhnya yang lebih pendek dari suaminya, membuatnya kesulitan untuk mengambil kembali ponselnya tersebut yang sedang diangkat tinggi-tinggi oleh suaminya.
Lelaki itu kemudian mematikan ponsel Zahra yang masih diangkatnya itu, kemudian merangkulnya.
“Jangan coba menyalakannya malam ini, atau aku akan menghukummu,” ucap lelaki itu sambil mengakhiri kalimatnya dengan memonyongkan bibirnya.
Zahra sontak menutup mulutnya karena teringat kecupan sang suami tadi.
“Dasar pemaksa!” ucapnya jengkel sembari melirik suaminya dengan sinis.
******
Zahra termangu di balkon hotel. Pertanyaan Nayla kemarin membuatnya melamun, terus memikirkannya.
‘Apa jangan-jangan….”
“Zahra!”
Panggil suaminya itu membuyarkan lamunannya.
Ia segera memenuhi panggilan itu dan masuk kedalam sambil menyahut, “Iya, Gus. Ada apa?” tanya Zahra dari luar kamar mandi.
“Gus lupa ambil handuk, Apa kamu bisa mengambilkannya?” tanya lelaki itu meminta tolong.
“Ya Gus,” jawab Zahra sambil berjalan menuju lemari untuk mengambil handuk bersih.
Belum juga diambil handuk tersebut, terdengar lelaki itu kembali meminta yang lain.
“Sama ambilkan kaos warna krem di dalam koper ya.”
“Nggih Gus,” ucap Zahra sambil mengambil handuk di dalam lemari.
Ia kemudian berjalan menuju koper dan membukanya.
‘Ceroboh sekali suamiku ini!’ pikir Zahra yang menemukan dompet di atas tumpukan baju di dalam koper itu.
‘Suamiku’ Zahra keheranan, kenapa tiba-tiba ia memanggil lelaki itu dengan panggilan suami.
‘Ada apa denganmu, Zahra?’ tanya Zahra bingung pada dirinya sendiri.
“Ada tidak Zahra?”
Zahra yang kaget tiba-tiba menarik kaos cream yang ada di bawah dompet tersebut. Alhasil, dompet yang cuma ditelangkupkan itu terpental dan terbuka.
‘Gus’
Zahra tertegun melihat foto pernikahannya dan foto dirinya dalam balutan kebaya syar’i dalam dompet tersebut.
Ia mengeluarkan foto itu dari dompet.
“Zahra, apa tidak ada?”
Sontak foto itu terjatuh dari tangan Zahra saking terperanjatnya. Zahra hendak bangkit dari jongkoknya saat tanpa sengaja ia melihat tulisan di belakang foto dirinya yang jatuh terbalik itu.
Sebuah tulisan yang sungguh menyentuh perasaannya begitu dalam, “kaulah takdir surgaku.”
“Zahra!”
Panggil kembali lelaki itu, Zahra segera beranjak untuk memberikan kaos dan handuk itu pada suaminya sembari berpikir, “habis ini saja tak benahi.”
Zahra mengetuk pintu kamar mandi itu, kemudian membalikkan badannya membelakangi pintu.
Terdengar pintu itu terbuka dan tangan suaminya terlihat keluar.
Zahra menjulurkan tangannya ke belakang sambil berpaling ke arah lain.
“Aku tak bisa meraihnya, apa kamu bisa mendekat.”
Mendengar keluhan suaminya itu, Zahra bergeser sedikit mendekat.
“Masih terlalu jauh!”
Sekali lagi Zahra menggeser kakinya sedikit.
“Sedikit lagi, Please!”
Zahra menghela nafas panjang, kemudian menggeser badannya sedikit.
“Kurang sedikit lagi, Dek.”
Zahra terlihat sangat kesal, dan tanpa sadar menoleh ke arah suaminya yang belum berpakaian itu dan…
“Ah…….!!!!” teriak Zahra kaget, sontak melempar handuk dan kaos itu ke muka suaminya.
Terdengar juga suara pintu kamar mandi tertutup dengan keras setelahnya.
Sementara Zahra langsung berlari menuju ranjang dan menutupi wajahnya dengan selimut saking malunya.