apa jadinya jika pewaris tunggal keluarga konglomerat terobsesi kepada anak dari pembantu dirumahnya sendiri?
terbiasa bermain bersama dari kecil membuat Alvarez Abigail William mencintai diam diam anak seorang pembantu dirumahnya sendiri.
Viola Calista gadis cantik pemilik kornea mata berwarna biru itu sebenarnya selalu menolak saat berdekatan dengan sang tuan muda, karena sikap Alva sang tuan muda yang tak segan segan memaksanya untuk melakukan apapun yang Alva mau, tapi viola tidak bisa melakukan apapun karena statusnya hanya seorang pembantu.
akankah cinta Alva terbalaskan, ataukan viola akan pergi menjauh darinya karena perbedaan status sosial yang begitu tinggi diantara mereka?
yuk ikutin cinta penuh lika liku Alva dan viola
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Pagi ini seperti biasa Viola berangkat kesekolah dan dikawal oleh Alvarez, mereka melajukan motor mereka dengan kecepatan sedang karena hari masih pagi, jadi tidak terlalu terburu buru.
Wush...
Bruk...
"Awwwwshh" pekik Viola saat motornya sudah oleng akibat ada sebuah motor sport yang tidak tiba saja memotong jalannya hingga membuat dia kaget.
Alvarez yang tak kalah kaget segera membantu viola yang tertimpa body motor maticnya, dia membenarkan posisi motor viola dan selanjutnya menolong viola yang sudah berdarah darah.
viola hanya sedikit meringis tak menangis sedikitpun padahal lutut, dan sikunya robek akibat bergesekan dengan aspal jalan.
Alvarez langsung saja menggendong tubuh viola dan menaikkan ke motornya, selanjutnya viola dia bawa kerumah sakit terdekat.
Alvarez kembali menggendong tubuh viola menuju ruang IGD agar luka viola bisa segera diobati, dia menghubungi teman temannya untuk memberi kabar kalau dia tidak kayak sekolah karena.viola yang mengalami kecelakaan.
Dia juga sisha mengambil ponsel viola yang ada diatas milik viola dna mengirimkan pesan pada Lula, mengabari kalau viola tak masuk sekolah karena kecelakaan dan Lula bisa mengizinkan pada guru piket hari itu.
Viola sedikit meringis saat lukanya bertemu dengan kapas dan obat merah, Alvarez Tidak tega melihat viola yang seolah menahan tangisnya itu, padahal kalau dia mau dia bisa dan sangat boleh untuk mengeluarkan tangisnya, tapi viola sepertinya sudah terlalu tangguh jadi dia tidak dengan mudah menangis.
selesai diobati, viola masih rebahan diatas ranjang IGD, sedang Alvarez keluar sebentar untuk membelikan viola minuman hangat.
"gimana, sakit ya, makanya jangan pernah main main sama gue".
pesan yang dikirim oleh seseorang tanpa nama itu sendiri mengusik viola, tapi selanjutnya dia paham siapa pengirim pesan itu, dia pun dengan santai membalas,
"gini doank, payah...", ketik viola remeh.
Sungguh viola Tidka menyangka Melly bisa melakukan hal senekat ini, dia pasti menyuruh seseorang untuk mencelakainya seperti tadi pagi, apa dia sebegitu Tidak terimanya dan tidak sukanya terhadap viola sampai sampai dia nekat melakukan hal sperti itu.
padahal selama ini viola Tidak pernah sedikitpun menganggu Melly, jangankan menganggu bertegur sapa saja tidak pernah.
"masih sakit?", tanya Alvarez yang sudah duduk di kursi samping ranjang viola,
"enggak, motor gue gimana?", tanya viola,
"udah gue bawa ke bengkel", jawab Alvarez,
"pulang aja yuk",
"yakin, beneran udah gak apa apa?",
"iya, kan Udah diobatin juga",
"gue minta supir rumah kesini buat jemput",
"eeehh, gak usah Al, naik motor kamu aja",
"kaki loe sakit vio".
Akhirnya viola hanya bisa pasrah, dan tak lama sopir Alvarez datang menggunakan mobil yang biasa dipakai mama saras beraktivitas diluar.
Viola yang awalnya menolak untuk naik kursi roda kini berakhir pasrah dalam gendongan Alvarez kembali, sungguh Alvarez kalau soal viola dia akan sangat over protective.
mereka pun pulang kembali kerumah, kedua orang tua Alvarez masih kembali dari luar negeri esok hari, jadi hari ini rumah Alvarez hanya ada dirinya dan asisten rumah tangga saja.
Alvarez tidak membawa viola kerumah viola melainkan kerumahnya sendiri.
"Al, gue pulang keruang gue aja Al",pinta viola saat Alvarez menggendongnya masuk kerumah Alvarez,
"dirumah loe gak ada siapa siapa vi", kata Alvarez,
Neneknya viola yang kebetulan sedang didapur melihat viola digendong Alvarez dengan beberapa perban dibagian tubuhnya pun mendekati mereka.
"ya Allah vio, kamu kenapa nak?", tanya panik bik Sumi, neneknya viola,
"viola gak apa apa nek, tadi kurang hati hati aja pas berangkat sekolah jatuh dari motor", ucap viola,
"ya Allah nak, tapi gak ada luka Yang serius kan nak?",tanya bik Sumi lagi,
"enggak nek cuma lecet aja kok, Udah nenek gak usah hawatir",kata viola menenangkan sang nenek,
"nek viola Arez bawa ke kamar Arez aja ya, dirumah nenek juga gak ada siapa siapa", ucap Alvarez,
"iya tuan muda, tapi apa gak merepotkan tuan muda?", tanya bik Sumi Tidak enak,
"Tidak nek, nanti kalau bi Titin ingin melihat keadaan viola bisa kekamar Arez", ucap Alvarez,
Bik Sumi hanya bisa mengangguk pasrah, kerana sejak dulu Alvarez kalau soal viola apapun itu tidak ada yang bisa melarang atau mencegahnya, dan mereka pun percaya terhadap Alvarez karena selama ini pun Alvarez selalu menjaga viola dengan baik.
"harusnya gue pulang kerumah gue aja Al", ucap viola yang kini sudah duduk diranjang kamar Alvarez,
"disini juga sama saja vio", ucap Alvarez,
"tapi kan gak enak Al, gak sperti dikamar gue sendiri gue bisa leluasa", kekeh viola,
"udah, istirahat aja",
"loe gak balik ke sekolah?",
"gak, Udah izin", ucap Alvarez.
Dia mengganti baju seragamnya dengan baju santai, sedang viola duduk bersandar di dashboard ranjang sambil kakinya diselonjorkan.
Alvarez hendak keluar mengambilkan viola minum dan beberapa camilan agar anak itu bisa anteng, viola sedang asyik dengan ponselnya.
"jujur saya merasa tidak enak sama tuan dan nyonya buk, taun muda Alvarez terlalu baik pada vio Selama ini", ucap bi Titin ibunya Viola yang sudah berada diluar bersama bik Sumi,
"sebenarnya ibuk juga gitu tin tapi mau gimana lagi, keinginan tuan muda tidak ada yang bisa mencegah, bahkan nyonya dan tuan", kata bik Sumi,
"Titin cuma takut buk kalau mereka berdua akan memiliki rasa yang lebih dari sahabat, karena pastinya kelak perasaan itu akan menjadi bumerang buat mereka berdua, karena bagaimanapun mereka berdua jauh berbeda", ucap bik Titin lirih,
"kamu benar tin, apalagi sejak dulu tuan Hadi Wijaya Kusumo Tidka pernah menyukai kedekatan tuan muda dan viola, kalau sampai mereka berdua memiliki perasaan lebih, tuan Hadi pasti akan melakukan apapun untuk memisahkan mereka", ucap bik Sumi.
Obrolan kedua wanita itu didengar oleh Alvarez yang hendak kedapur, Alvarez tidak menyahuti apapun, dalam hati dia sudah bersumpah, apapun yang terjadi viola akan menjadi miliknya.
"tuan muda, anda ingin apa biar saya siapkan", ucap bi Titin saat melihat Alvarez datang kedapur,
"air putih dan cemilan", jawab Alvarez datar,
"baik tuan akan saya siapkan, taun kembali saja nanti saya antarkan" ucap bi Titin,
Alvarez pun melangkah meninggalkan dapur kembali kekamarnya,
"haduh buk apa tuan muda Tidka mendengar apa yang kita bicarakan tadi ya buk?", tanya bi Titin hawatir,
"sepertinya tidak tin, tuan muda baru saja turun sepertinya", jawab bik Sumi,
"ya sudah saya antarkan ini dulu ya Buk, sekalian mau lihat viola", kata bi Titin,
"iya, Udah sana, jangan sampai tuan muda menunggu terlalu lama", kata bik Sumi.
Bi Titin pun menuju kekamar Alvarez, membawa apa yang tadi sudah diminta Alvarez yang dia yakini adalah untuk viola anaknya, bi Titin sungguh merasa tidak enak terhadap Alvarez dan kedua orang tuanya, karena mereka terlalu baik terhadap anaknya, tapi kembali lagi Alvarez sangat pemaksa kalau soal viola, tidak ada yang bisa menghalangi kalau dia sudah bicara.
permasalahan d bikin panjang bukannya seru bacanya malah jenuh orang bacanya
lanjut thor
kenapa ga d persingkat bahwa kakeknya dalang dr semua yg menimpa viola
lama" jenuh setiap buka bab baru pasti itu lagi itu lagi masalahnya ..
berbelit belit