Nadiva, biasa di panggil Diva adalah gadis manis berusia dua puluh satu tahun yang saat ini masih menjadi mahasiswi semester enam sebuah universitas kesehatan di kota nya.
Kehidupan aman tentram Diva berubah menjadi lebih berwarna setelah memiliki tetangga seorang duda yang di tinggal meninggal istri nya saat melahirkan anak nya. Duda berusia tiga puluh tiga tahun itu bernama Randika Immanuel, memiliki seorang anak perempuan berusia enam tahun yang bernama Cinta.
Sejak awal bertemu Diva, Cinta sudah menyematkan kata Bunda sebagai panggilan kesayangan Cinta buat Diva.
Bagaimana kah kisah Diva dalam menghadapi aneka ulah Cinta yang selalu menginginkan Diva menjadi Ibu nya, sementara Diva sendiri tidak menyukai Ayah Cinta yang terkesan bersikap arogan?.
"Ayah hitung sampai tiga. Kalau ndak mau bangun Ayah gendong kaya karung beras nih!" Ancam Dika yang tak jua di tanggapi oleh Cinta. Hingga ....
"Cinta Oh Cinta ..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choco 33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Ghibah Di Depan Mata
"Ish mana ada. Ketauan Mas Dika itu kalau lewat depan rumah saya selalu melirik Saya sambil senyum plus di kasih kiss jauh".
Waduh, Diva meringis kecil mendengar kebohongan yang kini terucap oleh Tante Wina, yang seorang janda di tinggal kabur para mantan suami nya karena tidak tahan dengan kelakuan Tante Wina yang selalu tebar pesona kepada kaum hawa yang menurut versi Tante Wina itu ganteng. Kecuali Dika karena dia memang ganteng beneran, dan ini menurut versi nya Diva.
"Tapi kan pada akhir nya Neng Diva pemenang nya!". Diva tersenyum senang mendengar ucapan Bude Yayah, pemilik warung yang memang selama ini cukup dekat dan memiliki hubungan uang sangat baik dengan Diva dan keluarga nya.
Bahkan suami nya yang biasa Diva panggil Pakde Yanto itu adalah teman main catur Ayah Hasan saat Ayah Hasan libur menjaga material nya.
"Ck, gimana bisa dibilang Diva pemenang nya kalau Mas Dika sendiri aja terpaksa nikahi Diva".
Eeh, Diva mendelik tak percaya saat kalimat itu terucap oleh Bu Wita, yang sayang nya memiliki hubungan tetangga yang cukup dengan Bunda nya, karena mereka berdua sering mengikuti kajian setiap hari jumat di Masjid komplek.
"Lah. Kok Bu Wita malah ikutan mereka. Bukan nya selama ini Bu Wita dan Bu Tantri itu selalu bareng ikut kajian?". Pertanyaan Bude Yayah di balas Bu Wita dengan decakan kesal Bu Wita.
Kelima wanita itu masih tak menyadari kehadiran Diva yang memang sengaja bersembunyi di dekat rak yang berada tak jauh dari kelima wanita beda usia itu berghibah, yang sayang nya ghibah yang mereka lakukan di ketahui oleh Diva.
Benar benar definisi Ghibah Di Depan Mata.
"Jujur aja nih ya Bu Ibu. Saya tuh sebenarnya sebel sama Bu Tantri apalagi Diva yang sok kecakepan, gara gara tiap kali Devin bilang suka ke Diva selalu di tolak. Bu Tantri juga sama selalu saja bilang, lebih baik Devin fokus kuliah agar bisa cepet kelar kuliah". Sungut Bu Wita kesal.
"Lah bener toh apa yang Bu Tantri bilang, Bu Wita. Mas Devin itu lebih baik cepet kelarin kuliah nya, lah wong udah hampir tujuh tahun kuliah kok ndak kelar kelar".
Tawa Diva nyaris pecah mendengar ucapan benar Bude Yayah. Bahkan keempat teman h
gosip nya itu sendiri tampak menahan tawa melihat ekspresi Bu Wita yang merenggut kesal atas ucapan Bude Yayah.
"Nah, kalau Bu Yayuk sendiri, apa punya kekesalan seperti Bu Saroh, Bu Wita, Bu May juga Mbak Wina ndak?. Mumpung cuma kita kita aja yang denger nih!". Diva menghela nafas pelan saat mendengar pertanyaan Bude Yayah yang sengaja memancing seorang wanita yang usia nya lebih tua di bandingkan mereka, yang Diva kenal bernama Bu Yayuk, seorang janda yang tinggal nya tidak jauh dari Toko Material Ayah Hasan.
"Kalau Saya sebal dengan Pak Hasan. Dia terang terangan menolak permintaan Saya yang ingin di jadikan istri kedua nya tanpa ketahuan Bu Tantri juga Diva".
Diva mengumpat dalam hati nya saat akhirnya mengetahui siapa wanita yang sudah dengan tidak tahu malu nya menawarkan diri kepada Sang Ayah sebagai Istri kedua nya. Apa tadi Bu Yayuk bilang?. Meminta Ayah menikahi nya tanpa diketahui Bunda juga diri nya.
"Hahaha". Tawa Bude Yayah pun terdengar kencang dan lantang di ikuti tawa mengejek keempat kawan Ghibah Bu Yayuk.
"Mbok ya sadar diri toh Bu Yayuk. Bu Tantri itu cantik, ayu, penyabar, bahkan kalau bicara itu lembut nya minta ampun, masa mau di samain karo sampean. Mbok ya ngaca Bu. Pantas lah Pak Hasan nolak keras dan ngomeli sampean, lah wong sampean nya ndak tau diri. Bahkan kalau Mbak Wina yang menyodorkan diri jadi istri kedua nya Pak Hasan, saya yakin banget kalau bakalan di tolak mentah mentah juga. Mbok ya jadi perempuan itu harus punya malu Bu. Lagi pula mana mungkin Pak Hasan tergoda sama serpihan hebel kaya kalian berdua, kalau Bu Tantri nya aja udah kaya emas permata!".
Diva menahan tawa sambil memegang perut nya yang mulai nyeri karena menahan tawa, setelah Bude Yayah selesai berceloteh panjang.
Wajah Bu Yayuk semakin muram dan kesal karena keempat teman ghibah nya menertawai nya karena ucapan panjang Bude Yayah.
"Sayang!". Ketujuh wanita itu menoleh saat mendengar suara bariton yang sangat akrab di telinga mereka.
Wajah Wina sudah merona saat melihat siapa yang memanggil sayang dari depan warung. Senyum Wina langsung berubah saat pemilik suara itu justru sama sekali tak melihat kearah mereka, namun kearah sesosok wanita yang sontak saja membuat kelima wanita beda usia itu terkejut ketika melihat siapa orang yang di panggil sayang oleh Dika.
"Ngapain sembunyi di situ Yang?". Dika menghampiri Diva lalu merangkul mesra bahu Diva, dan dengan sengaja Diva merebahkan kepala nya di dada Dika.
"Bilang nya mau beli garam. Sampai setengah jam kamu nggak pulang, malah diem di sini. Ngapain?".
Diva menyunggingkan senyuman manis kepada Dika, namun senyuman manis itu berubah sinis saat mengalihkan pandangan nya kepada kelima wanita beda usia yang wajah nya sudah menahan malu juga ketakutan.
"Saya akan laporkan kepada Pak RT, kalau Ibu ibu berlima sudah menjelekkan Saya juga keluarga Saya. Apalagi ada yang terang terangan mengakui menggoda Ayah saya!". Diva berucap dingin sedingin tatapan nya kepada kelima wanita yang menunduk menahan malu, karena ketahuan tengah berghibah oleh orang tengah mereka ghibah kan.
Dika yang tak paham atas maksud ucapan Diva pun menatap kerena kepada Diva seraya berkata, "Kenapa, Yang?".
"Apa mereka menganggu Kamu?". Dika bertanya dengan lembut kepada Diva namun menatap tajam kepada kelima wanita yang kini semakin menundukkan kepala mereka ketakutan.
"Ada yang terang terang berbohong, kalau Mas suka memberikan perhatian kepada anak mereka. Bahkan ada yang mengaku sering mendapatkan kiss bye dari Mas. Ada juga yang kesal karena anak nya aku tolak dan Bunda meminta agar anak itu lebih baik menyelesaikan kuliah S1 nya selama lebih dari tujuh tahun. Dan yang lebih parah nya ada wanita yang sudah uzur menawarkan diri nya agar di jadikan istri kedua tanpa harus di ketahui oleh istri juga anak pria yang di minatinya!". Ucap Diva menatap kesal kelima wanita itu.
"Jangan seenaknya aja Kamu fitnah Diva!". Bu Wita yang memang selama ini kesal dengan Diva yang angkat bicara berusaha membalikkan tuduhan Diva.
"Saya nggak asal bicara, Bu Wita!".
Diva mengangkat HP nya dan mengarahkan HP yang masih menyala dengan mode merekam video hingga menit mendekati angka empat puluh menit.
"Kita akan lihat nanti siapa yang salah dan siapa yang benar, setelah kami melaporkan kepada Pak RT!".
Dika segera menarik tangan Diva hendak keluar dari warung Bude Yayah, namun langkah Dika terhenti saat Diva melepaskan tangan Dika dan berlari kecil kearah Bude Yayah.
"Bude, beli garam".
Dika menggelengkan kepala nya tak percaya dengan tingkah ajaib sang istri.
