"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.
Kakak kandungku mengusir aku yang datang menemui bapak dan ibu kandungku, tapi bapak dan ibuku hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Inilah kisahku. Kisah seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga. Memaksa diriku yang masih kecil berpikir dewasa sebelum waktunya.
Aku berusaha menjalani hidup sebaik yang aku bisa dan melakukan apapun semampuku. Selalu berusaha berpikir positif dalam setiap masalah yang menderaku. Berjuang keras menahan semua penderitaan dalam hidupku. Berusaha tetap tegar meskipun semua yang aku hadapi tidak lah mudah.
Bagaimana caraku, menghadapi kemelut dalam keluargaku yang berpengaruh besar dalam hidupku?
Yuk, ikuti ceritaku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Menyebalkan
"Ha..ha..ha.. Lucu sekali dia..Ha..ha..ha..."
Suara tawa yang menyebalkan itu terdengar saat aku terjatuh.
Astagaa..di saat seperti ini kenapa...
Ya, Allah...apes sekali nasibku. Aku malah terpeleset dan jatuh di area parkiran.
"Hei, kamu nggak apa-apa?" suara itu terdengar mendekat ke arahku. Sedangkan aku masih meringis menahan sakit di pantatt ku karena mendarat cantik dan mulus di lantai semen. Ini namanya sakitnya tak seberapa, tapi malunya tidak terkira. Nasib...
"Kamu ini aneh, Den. Jelas-jelas dia jatuh. Mana mungkin baik-baik saja. Ya, sakit, lah! Ha..ha..ha.." celetuk suara yang aku yakin adalah teman Denny yang kembali menertawakan aku.
"Diem, lu," sergah Denny.
Tak berapa lama kemudian Denny sudah ada di depan ku.
"Yuk, bangun!" ucap Denny mengulurkan tangannya padaku seperti waktu itu.
"Terima kasih. Tapi, tanganku kotor," ucap ku tak enak hati menyambut uluran tangannya karena tanganku memang kotor dan.. aku nggak lupa dengan kapalan di tanganku yang tebalnya setebal harapan dan kerasnya sekeras batu karang,
Haisshh.. malunya aku..
"Apa tangan kamu terluka?" tanya Denny yang malah menegang lenganku, lalu menarik aku untuk membantu aku berdiri.
Aku menatap telapak tanganku yang terlihat memerah. Sepertinya terkena butiran pasir saat jatuh tadi. Memang tidak berdarah, apalagi terluka parah, tapi aku yakin akan perih saat terkena air nanti.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih," ucapku tulus. Ternyata selain ganteng, Denny ini baik hati dan peduli pada orang lain. Ah, cowok idaman banget. Sayangnya cuma bisa aku kagumi tanpa bisa aku miliki.
"Kamu.. kamu yang tabrakan sama aku di pintu perpustakaan kemarin, ya?" tanya Denny menatap aku seperti sedang mencoba mengingat aku.
"I..iya," sahut ku tergagap. Ternyata dia ingat sama aku.
Aku tahu, jika kita mudah diingat orang lain itu karena ada tiga alasan. Satu karena terlalu cantik, dua karena terlalu jelek dan ke tiga karena lain dari pada yang lain, alias punya ciri khas sendiri yang menonjol.
Lalu, aku masuk dalam kategori yang mana? Aku rasa aku masuk ke dalam kategori yang ke tiga, yaitu lain dari pada yang lain.
Wajah standar, kulit kusam sampai bisa dipake buat nulis, tangan kapalan setebal harapan, sekeras batu karang, rambut merah seperti jagung tanpa perlu pergi ke salon dan yang terakhir.. memakai sepeda butut. Aiiiyahhh.. Sungguh-sungguh membagongkan, bukan?
"Eh, aku pernah lihat kamu beberapa kali berdiri di depan ruang band. Jangan-jangan kamu jadi penguntit, alias stalker, ya? Siapa yang kamu intip? Jangan-jangan kamu pengagum rahasia Denny. Buktinya kamu juga pernah ketemu Denny di perpus. Sekarang malah ketemu di sini. Tadi aku juga lihat kamu lihatin Denny," tuduh siswa yang tag name-nya adalah Parjono itu.
"Si..siapa yang menguntit? A..aku cuma suka lihat orang latihan band. Karena aku suka musik. Bahkan aku ikut ekskul karawitan karena aku suka musik apapun. Aku hafal banyak lagu pop, meskipun suaraku nggak bagus. Soal di perpus, aku memang sering ke perpus buat baca atau pinjam buku untuk dibawa pulang. Terus aku pulang jam segini juga karena dari ekskul," sanggah ku tergagap.
Aku nggak nyangka kalau ada orang yang memergoki aku mengintip di ruangan band. Aku tidak ingin ketahuan kalau aku menjadi penguntit, alias stalker. Aku juga tidak ingin membuat Denny merasa tidak nyaman, jika tahu aku menguntit dia.
"Alahhh..ngaku aja! Kamu menguntit Denny, 'kan? Kamu suka sama Denny, 'kan?" ujar Parjono memojokkan aku. Ya Allah..anak ini benar-benar membuat aku sebel setengah mati.
"Ada apa ini?" tanya seorang yang suaranya sangat aku kenal. Aku langsung menoleh dan menghampiri siswa yang tidak lain adalah Hendro. Namun ternyata pantattku terasa sakit banget saat di pakai berjalan.
"Ndro, ini si Parjo nuduh aku menguntit, karena aku sering lihat latihan band dan pernah tabrakan sama Denny di perpus. Aku suka lagu pop dan juga suka ke perpus dari dulu. Iya, 'kan, Ndro? Dia juga menuduh aku pulang jam segini karena menguntit Denny," ucap ku mencari pembelaan dari Hendro.
"Indah sebenarnya pengen bisa main gitar. Tapi karena nggak bisa sama sekali, jadi dia urung belajar. Dia suka nulis lirik lagu-lagu baru dan emang sering ke perpus. Dia pulang jam segini karena dia ikut ekskul. Jadi jangan menuduh teman sekelas aku sembarangan, Jon," ujar Hendro membelaku.
Aihh.. Suhendro memang ketua kelas ter the best. Nggak sia-sia aku dulu memberikan suaraku buat milih dia.
"Jon, minta maaf sana, gih, sama Indah," ujar Denny yang sedari tadi mendengarkan kami berargumen.
"Iya, tuh, minta maaf, gih, sama Indah. Indah ini teman aku yang nggak banyak tingkah dan rajin sekolah. Nggak kayak kamu yang suka ngilang di jam pelajaran terakhir. Kamu malah ngomongin Indah sembarangan," ujar Suhendro kembali membela aku.
"Iya..iyaa..aku minta maaf," sahut Parjono nampak tidak ikhlas.
"Yang ikhlas, dong, minta maafnya," ujar Hendro.
"Kruk..kruk..kruk..."
Suara perut yang terdengar keroncong ini membuat semua orang menatap ke arah ku. Oh, astagaa.. Memalukan sekali. Kenapa harus bunyi segala, sih? Apa masih belum cukup.membuat aku malu hari ini?
"Ha..ha..ha . perutnya keroncongan. Emang seharian perut kamu nggak kamu isi apa? Sampai bunyi kayak gitu," ledek Parjono membuat aku sangat malu sekaligus geram pada Parjono. Pengen rasanya aku getok kepala anak yang nggak punya perasaan ini. Tadi aja minta maaf nggak ikhlas dan belum aku maafin, eh, sekarang malah menertawakan aku lagi. Menyebalkan!
"A..aku pulang duluan.." ucap ku bergegas meninggalkan tiga orang siswa itu dengan muka yang memerah serta menahan rasa sakit di pantatt ku. Aku tidak ingin lebih malu lagi jika terus berada di sini.
"Woi.. kalau pulang cepetan makan, ya! Jangan biarkan cacing di perut kamu itu pada demo. Ha .ha..ha.."
Suara Parjono itu benar-benar membuat aku semakin geram. Pengen rasanya aku timpuk mulut yang nggak punya sopan santun itu. Dasar Parjono sialan!
"Aduh! Kenapa kamu menginjak kakiku, Ndro? Sakit tahu!" pekik Parjono dengan suara tawa yang langsung terhenti.
"Jaga mulut kamu kalau ngomong. Mulut kamu itu benar-benar nggak tahu adab," ucap Suhendro tidak terlalu kuat, tapi masih bisa aku dengar. Dari suaranya aku bisa mendengar kalau Hendro geram pada Parjono.
Suhendro sepertinya mengerti perasaanku. Dia memang ketua kelas ter the best. Dia benar-benar melindungi dan menghormati kami yang sekelas dengan dia.
Sepertinya mulai hari ini aku tidak bisa lagi mengintip Denny di ruangan band. Aku tidak ingin semakin banyak orang yang tahu kalau aku mengintip Denny. Aku tidak mau di sebut stalker, alias penguntit.
Ini namanya untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak artinya kehidupan didepan kita adalah rahasia Allah, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka.
...🌟...
...Ada sebagian orang yang senang saat kita ditimpa musibah, ada yang simpati, ada pula yang tak peduli. Inilah reality yang tidak bisa kita pungkiri. ...
...Namun apapun yang terjadi, andalkan lah dirimu sendiri dalam menghadapi segala situasi dan kondisi....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
trus kabarbindah yg dijodohkan dan udah nikah bagaimana ??
apa akan di lanjutkan di cerita indah yg sudah dewasa nanti ??
terimakasih author.ditunggu karya berikutnya