NovelToon NovelToon
GLOW UP PADA WAKTUNYA

GLOW UP PADA WAKTUNYA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:811.7k
Nilai: 4.6
Nama Author: Savana Alifa

"Gak tahu malu! Lo gak ngaca? Lo itu jelek, gendut, item lagi! Bisa-bisanya mimpi mau jadi pacar Alder."

Suara sumbang itu terus terlontar dari banyaknya murid yang mengelilinginya, melemparnya dengan kertas bahkan dengan botol air mineral kosong.

Dimana letak kesalahannya? Gadis bernama Jasmine itu hanya mencoba menyatakan perasaannya pada pemuda bernama Alder, tapi ternyata di situ lah awal kehancurannya.

Mendapat perlakuan buruk dan bullying dari teman-teman sekolahnya, tak lantas membuat Jasmine menyerah. Meski nyaris tak waras, ia berhasil merubah dirinya. Dari seekor itik, menjadi angsa cantik!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Alifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERDEBAT

"Syukurlah, Nak. Mama ikut bahagia. Hati-hati di sana, apalagi kamu tinggal sendiri, kalau kemana-mana bawa KTP kamu," Dahlia memberikan petuah. Ia ikut bahagia saat Jasmine memperlihatkan seisi apartemen yang menjadi tempat tinggalnya.

"KTP?" Ulang Jasmine, bukannya zaman sekarang ponsel adalah benda paling penting yang tak boleh ketinggalan yah? Kenapa Mamanya justru membahas KTP?

"Iya, KTP. Itu penting loh, sayang. Amit-amit misalnya ada kejadian yang kurang enak, KTP itu akan sangat berguna supaya orang lain tahu alamat kamu. Duh gimana Mama jelasinnya? Pokonya KTP itu penting, jangan di tinggal-tinggal! Kamu tuh kalau ganti tas isinya suka gak di pindahin, sekarang kamu tinggal sendiri, gak ada Mama yang selalu nyiapin dan ngingetin kamu," panjang kali lebar Dahlia mengingatkan Jasmine, putrinya itu kadang-kadang memang sembrono.

Jasmine nyengir, kebiasannya memang seperti itu. Jika ia ganti memakai tas, isinya kerap ia tinggalkan. Apalagi Jasmine tipikal orang yang jarang menggunakan dompet atau membawa-bawa dompet. Uang saja ia simpan begitu saja di dalam tas, tak pernah ia masukan ke dalam dompet. Begitu pun dengan benda-benda penting lainnya seperti KTP dan SIM-nya.

"Iya, Ma. Lagian aku gak bawa tas banyak kok, cuma Dua. Yang lainnya aku tinggal di sana," jawabnya.

"Sama saja, pokonya, KTP gak boleh kamu tinggal-tinggal!"

"Iya-iya Mama sayang, aku tutup dulu yah, aku mau belanja keperluan dapur, kulkasnya masih melompong."

"Ya sudah, hati-hati ya nak. Ingat KTP!" Dahlia tertawa saat Jasmine memberengut, baru kali ini mereka tinggal terpisah, wajar saja jika Dahlia sedikit berlebihan.

Jasmine memasukan ponselnya ke dalam tas, lalu memastikan KTP miliknya sudah ia bawa. Gadis itu tertawa kecil mengingat petuah Mamanya, namun dalam hati mengakui bahwa yang Mamanya katakan memang benar.

Berjalan riang ke arah pintu, ia lalu membuka benda persegi panjang itu. Matanya membulat saat mendapati seseorang tengah berdiri di luar pintu.

"Pak? Anda di sini?" Tanya Jasmine, tentu ia terkejut, ada kepentingan apa Alder di sana? Padahal ini masih jam kerja, apa pria itu tak mempunyai pekerjaan lain? "Haccciiiih.."

"Iya, memangnya kenapa? Ini juga apartemen saya kan? Apa saya tidak boleh datang ke apartemen saya sendiri?" Alder mengangkat sebelah alisnya, menatap Jasmine seraya menyeringai. "Kenapa setiap dekat dengan saya kamu bersin? Kamu gak biasa mencium wangi parfum mahal?"

Jasmine tersenyum kikuk, menyelipkan beberapa helai rambut panjangnya ke belakang telinga, "Bu-bukan seperti itu pak. Emmm saya alergi mungkin. Ah, kalau ini apartemen bapak, saya bisa kok pindah ke tempat lain. Saya ngontrak saja," ucapnya. Padahal dalam hati ia berdoa, agar Alder membiarkannya tinggal di sana.

Gadis itu jadi bingung, sebenarnya apartemen ini milik Alder atau perusahaan?

"Apartemen ini memang Fasilitas perusahaan, tapi perusahaan itu milik saya. Bukankah itu artinya apartemen ini juga milik saya?" Kata Alder yang seperti sudah bisa menebak jalan pikiran Jasmine.

Jasmine tergagap, sepertinya selain CEO, Alder juga seorang cenayang. Pria itu bisa tahu apa yang ia pikirkan.

"Iya Pak, saya mengerti. Kalau begitu, saya ngontrak di tempat lain saja."

Alder berdecak, pria itu berkacak pinggang, "Ngontrak? Kamu pikir saya akan membiarkan sekretaris saya ngontrak?"

"Bu-bukan begitu Pak, saya..."

"Ah sudahlah, kamu mau kemana?"

Jasmine berdehem, kemudian mengusap-usap hidungnya. Ia tak tahan ingin bersin.

“Saya mau ke pasar pak, haccciiiih ..”

Alder memundurkan kepalanya, tak ingin terkena semburan dari bersin Jasmine.

“Maaf, Pak. Mungkin hidung saya sedang bermasalah,” kata Jasmine, ia menunduk saat Alder terus menatapnya, berdoa semoga pria itu tak menyadari bahwa itu Jasmine.

“Kamu tuh aneh,” kata Alder. “Ngapain ke pasar? Di bawah ada supermarket yang komplit, kenapa susah-susah pergi ke pasar?”

Jasmine meremas tali tas yang tersampir di bahunya, terlalu lama dekat dengan pria itu membuat perasaannya tak karuan. Lalu bagaimana nanti? Sebagai sekretaris Alder, tentu intensitas pertemuannya dengan pria itu akan semakin sering. Apakah ia akan baik-baik saja?

“Di pasar harganya lebih murah, Pak. Saya terbiasa belanja di pasar. Maaf pak, saya permisi,” kata Jasmine.

“Heh, tidak sopan kamu!” Alder menarik tali tas Jasmine, membuat gadis itu mundur kembali.

“Hacciiiiih,” Jasmine menutup hidungnya, sepertinya ia harus selalu mengenakan masker nanti. Atau ia harus segera memeriksakan dirinya ke dokter, penyakit anehnya ini kembali kambuh saat berdekatan dengan Alder. Padahal beberapa tahun ini ia tak pernah lagi bersin-bersin aneh macam itu.

Alder berdecak, menatap Jasmine dengan tajam, “Bersin kamu itu membuat saya gak percaya diri, Nara! Saya ini wangi, belum pernah ada yang bersin-bersin di dekat saya, kecuali …”

“Pak, eeeemmmm, kayanya saya kelaparan. Saya harus segera pergi, saya belum makan dari tadi, ini sudah siang,” potong Jasmine. Tak memperdulikan panggilan dari Alder, ia berjalan tergesa memasuki lift. Akhirnya ia bisa bernafas lega, “Ya Tuhan, apa keputusan aku ini salah? Kayanya aku mau mundur aja, tapi gimana sama kontrak kerjanya? Bisa-bisa aku kena denda,” Jasmine menggigit bibir bawahnya, menyesali keputusannya telah menerima tawaran Alder untuk menjadi sekretarisnya.

Harusnya, setelah ia mengetahui CEO perusahannya ternyata Alder, Jasmine mundur dan kembali ke Surabaya saja. Biarkan saja gaji yang ia dapatkan di Surabaya tak sebesar yang Alder tawarkan, asal hatinya tenang, hidupnya juga tenang. Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur, tak ada jalan lain selain menjalaninya. Jika tidak, bukan untung yang akan ia dapatkan, tapi buntung.

“Aku pasti bisa, kenapa semuanya jadi runyam? Padahal harusnya aku benci dia, tapi hati aku gak bisa di bohongi, aku merindukannya. Dia tetap Alder yang dulu, Alder yang mampu membuat fokusku hanya padanya, Alder yang bisa mengalihkan seluruh duniaku hanya berpusat padanya.”

Atas sikap yang Jasmine dapatkan dari Alder dulu, harusnya Jasmine memang membenci pria itu. Tapi setelah bertemu, nyatanya rasa rindu itu semakin nyata. Jasmine meyakinkan diri, bahwa apa yang Alder lakukan padanya dulu adalah bukti bahwa pria itu tak pantas mendapatkan cinta yang besar darinya.

“Sadar Jasmine, kembali ke tujuan awal kamu! Uang, kamu hanya butuh uang, bukan laki-laki seperti dia!”

Suara ponsel berdering membuatnya terkejut, ia lalu merogoh tas, mengeluarkan benda pipih itu dari dalam sana.

"Dion? Ya Tuhan, aku lupa mengabarinya, dia pasti nungguin," gumam Jasmine sebelum akhirnya menggeser ikon berwarna hijau yang tampak bergerak-gerak.

"Halo, Dion. Maaf aku belum sempat ngabarin kamu," kata Jasmine setelah panggilannya tersambung.

"Halo juga sayang, iya gak papa. Aku ngerti kok, kamu pasti capek kan? Gimana disana? Pertemuan dengan CEO-nya lancar kan?"

Jasmine menghela nafas panjang, ia sedikit risih saat Dion memanggilnya sayang. Mungkin karena belum terbiasa, atau karena ia sudah bertemu dengan Alder kembali?

"Lancar, ini aku udah di apartemen, tapi mau keluar lagi buat belanja keperluan dapur," jawab Jasmine dengan jujur.

"Syukurlah, aku ikut seneng. Oiya, tadi kamu bilang apartemen? Kamu tinggal di apartemen?"

Jasmine mengangguk meski Dion tak mungkin melihatnya, "Iya, fasilitas kantor. Deket juga dari kantor."

"Apartemen fasilitas kantor?" Dion merasa ada yang aneh, apa fasilitas kantor bisa semewah itu? Karena biasanya hanya di berikan rumah sederhana seperti kontrakan, atau tinggal di Mess perusahaan.

"Heem, aku di tempatkan sebagai sekretaris CEO," kata Jasmine lagi. Tentu Dion semakin terkejut, karena yang ia tahu, Jasmine mendapat promosi jabatan sebagai Manager Pemasaran.

"Sekretaris? Bukannya Manager Pemasaran? Kok bisa melenceng?" Selidik Dion, entah mengapa ia mulai tak tenang. Apa bisa ia menjalani hubungan jarak jauh tanpa rasa curiga dan memberikan kepercayaan penuh pada Jasmine? Sementara Jasmine adalah gadis cantik yang nyaris sempurna, pasti banyak pria yang menginginkannya, bahkan mungkin CEO perusahannya.

"Aku juga gak tahu, aku di kasih dua pilihan. Sekretaris atau Manager Pemasaran," ujar Jasmine.

"Dan kamu milih sekretaris yang jelas-jelas bukan background kamu?" Potong Dion.

"Ya karena gaji yang di tawarkan juga lebih besar, karier aku juga bisa semakin bagus kalau aku kerja terhubung langsung dengan CEO-nya. Kamu tahu sendiri kalau aku sangat ingin karier aku maju, jadi aku pilih sekretaris."

Dion berdecak, ia mulai di kuasai kecurigaan dan kecemburuan, "Harusnya kamu minta pendapat aku dulu, gak tahu kenapa aku punya feeling gak enak," kata Dion.

"Minta pendapat kamu? Dion, kamu itu bukan suami aku. Kenapa aku ngerasa kamu mulai ngatur?"

"Gak gitu, Sayang. Jangan salah faham, aku cuma merasa aneh aja. Aku cemburu, aku takut di sana banyak yang suka sama kamu. Aku emang bukan suami kamu, tapi seenggaknya hargai aku sebagai pacar kamu. Meski pun kamu mungkin gak pernah anggap aku pacar."

Jasmine menghela nafas panjang, jika di teruskan, sepertinya mereka akan terlibat pertengkaran. Lebih baik Jasmine mengakhiri panggilan telpon itu. Ia tak mau menambah kekacauan dalam hatinya.

"Aku tutup dulu telponnya!" Tak menunggu jawaban dari Dion, Jasmine pun mengakhiri panggilan telpon itu, kemudian merubah mode ponselnya menjadi silent. Ia yakin Dion pasti akan mencoba menghubunginya kembali.

1
RJ 💜🐑
kasihan banget Jasmine 😢
Nadira Alexa
Luar biasa
Feybe Sanger
thor apakah iyaaaa...
gak reamistis sih ni cerita 🤣🤣
apakah kurang ide amoe dilama2in
Feybe Sanger
lah kenapa juga ceritanya di panjang2in tapi gak masuk akal....
kita juga bacanya pake quota lohhh...
Violeta
🤣🤣🤣🤣
Violeta
😅🤣🤣🤣
Filza Fatim
dan aku juga pernah di bully di sekolah menengah waktu itu aku gak tahu kalau kakel aku naksir sama aku dia termasuk mostwanted sekolah. aku yang tidak tahu apa" di bully hampir satu sekolah. tp akhirnya semuanya minta maaf setelah kakaksepupu ku mendatangi sekolah dan mengadukanya pada pihak sekolah. itu pengalaman terburuk sepanjang sekolah
Anonymous
[
Talnis Marsy
lha Dion nya gak salah.jelaslah marah. di kasih duit mau..tapi cintanya gak mau.aneh.harusnya klo gak cinta jangan mau di kasih uang Jasmin...naraaaa...
RJ 💜🐑: iya betul banget aku jadi kasihan sama dion, Jasmine tu cape" cantik dan melupakan lukanya di masa lalu tapi pacaran dengan orang yang bikin luka
total 1 replies
Eka Yuni
Luar biasa
Henny Dai
Buruk
susy lawati
Luar biasa,bagus cerita nya
#ayu.kurniaa_
.
Sari Ramly
Plat
Motor Cross
Kecewa
Motor Cross
Buruk
Naturelight
dasar keras kpala kau😄
Naturelight
gk suka klo jasmine ma si padi huaaa....
Lala Al Fadholi
si oryza ma Jasmine PD konyol...harusnya dr awal jgn nikah udah tau kedepannya akan susah bahagia aplg perkosaan itu ga ada itu namanya masing2 PD nyakitin diri sendiri
Lala Al Fadholi
lah enak amat oryza udah belajar duren baru d lepas...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!