Takdir Indah

Takdir Indah

1. Meresahkan

Aku terbangun tengah malam. Ku tengkurapkan tubuhku, ku tutup kepalaku dengan bantal, ku sumbat telingaku dengan kedua tanganku. Namun suara itu benar-benar...

"Sudah.. "

"Sebentar lagi..."

"Sakit.."

"Dikit lagi.."

"Besok aja lagi.."

"Sekarang aja.. nanggung.."

"Sakit..sakit banget.."

"Tahan bentar..nanti nggak sakit lagi..."

Oh astoge.. Telingaku benar-benar tercemar, ternoda, kena polisi udara, eh kena polusi udara. Aku anak gadis yang baru berusia lima belas tahun ini harus mendengar suara meresahkan dari kamar sepasang pengantin baru yang lagi.. Lagi unboxing...

"Sial!"

Hanya itulah yang bisa aku katakan.

Beginilah nasib kalau bersebelahan kamar dengan pengantin baru. Kamar yang hanya di sekat dinding papan setinggi dua setengah meter. Boro-boro kamar kedap suara. Bahkan kalau aku mau, aku bisa mengintip dari celah-celah papan. Untung saja otakku masih waras dan polos, jadi nggak ada niat sama sekali buat ngintip...wk..wk..wk..

Padahal nggak bisa tidur gara-gara suara meresahkan dari sepasang pengantin baru di kamar sebelah. Nasib..oh, nasib..

Meskipun usiaku baru 15 tahun dan sekarang duduk di kelas sembilan, tapi aku memahami ilmu biologi yang di ajarkan guru di sekolah. Aku tahu mereka sedang melakukan.. melakukan kegiatan berkembang biak untuk mendapatkan keturunan.wk..wk wk..aku pinter, 'kan? he..he..he..

Aisshh.. memalukan.

Pernikahan kakak sepupuku ini benar-benar memberikan kesan. Kesan yang sangat teramat mendalam dan.. tidak terlupakan. He..he...he..

Bagaimana aku bisa lupa?

Kemarin kakak sepupuku yang bernama Seruni menikah. Hari yang paling bersejarah bagi Kak Seruni dan juga bagi aku. Kok, bisa?

Ya bisa. Saat hari pernikahan Kak Seruni, sehari semalam rumah penuh oleh saudara, para tamu undangan dan juga orang-orang yang mengurus pernikahan.

Allahhu Akbar..penguasa alam semesta pengendali bumi, neraka, surgaaa...malam sudah semakin larut, tapi aku masih mendengar suara musik yang di putar keras dan juga suara orang-orang yang mengobrol dan juga tertawa bersama.

Hufff...sabarkan, kuatkan dan tabahkan hati hamba-Mu ini, Ya Allah.. Aku nggak bisa belajar sama sekali. Walaupun aku mencoba belajar, tetep nggak bisa masuk otakku yang IQ-nya standar. Padahal besok aku ujian akhir sekolah. Jangankan belajar, tidur pun nggak bisa karena suara musik dan juga orang-orang yang mengobrol dan tertawa.

Entah gimana ujian akhir sekolah ku esok hari. Musik baru berhenti dan orang-orang sudah tidak mengobrol lagi saat waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi.

"In..in..bangun! Mau sekolah, enggak?" panggil nenekku yang membuat aku mau tak mau bangun. Padahal baru satu jam aku terlelap, namun harus bangun lagi, karena sudah harus bersiap berangkat sekolah.

"Sarapan dulu sana!" ucap nenekku setelah aku selesai mandi dan memakai seragam lengkap.

Usai sarapan, aku langsung berangkat sekolah. Jangan tanya bagaimana kondisiku, kepalaku pusing karena kurang tidur.

Ku goes sepeda jadul yang merupakan alat transportasiku satu-satunya.

Jangan tanya bagaimana kondisi sepedaku. Sepeda yang umurnya sudah tujuh tahun dan setiap hari dipakai. Penampakannya sudah... Ah nggak usah di jelaskan. Yang pasti sudah sangat bersyukur pakai banget karena sepeda ini masih enak di kendarai dan remnya masih pakem.

Mengingat aku juga melewati jalan raya besar yang ramai oleh kendaraan kecil maupun besar, rem ku memang harus pakem.

Meskipun aku was-was kalau ban sepedaku yang sedang hamil besar ini melahirkan di tengah jalan. Ban bisa hamil ? He..he..he..

Ceritanya ban sepedaku sudah sangat teramat tipis sampai ban dalamnya kelihatan. Miris. Tapi juga nggak bakal berubah meskipun aku menangis.

Banku sudah melendung dan setiap saat bisa meledak karena ban luarnya lebih mulus dari wajahku yang sering.. eh bukan sering, tapi selalu di cumbu.. tunggu! Pikiran jangan ngeres, ya! Bukan di cumbu laki-laki, tapi di cumbu matahari he..he.. he.. karena pulang pergi sekolah naik sepeda dan hampir tiap hari pergi ke sawah.

Meskipun begitu, harus tetap bersyukur bukan? Karena masih ada orang di luar sana yang keadaannya lebih menyedihkan dariku.

Sampai di sekolah masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi dan aku gunakan untuk belajar di depan teras kelas.

Bel berbunyi dan aku duduk di bangkuku sesuai nomor absen ku. Jam pertama adalah soal agama.

Satu soal..dua soal..tiga soal.. hingga soal yang ke lima belas, mataku semakin lama semakin berat. Tulisan di soal ujian semakin lama semakin terlihat buram.

Oh, astagaa..aku benar-benar super super duper mengantuk. Suasana hening di kelas karena semua siswa fokus mengerjakan soal ujian mereka masing-masing semakin mendukung rasa kantukku.

Alhasil aku kesulitan mengerjakan soal ujian karena mengantuk. Setengah jam saat lembar jawaban akan dikumpulkan aku baru bisa konsentrasi mengerjakan soal ujian setelah sempat tertidur.

Tertidur? Yap, benar. Aku sempat tertidur dan sepertinya pengawas ujian tidak menyadari. Tertidur saat mengerjakan soal ujian kenaikan kelas. wk..wk.wk..benar-benar kejadian yang sangat teramat membagongkan dan tidak terlupakan bukan? Tapi memang inilah kenyataannya.

Itulah kejadian kemarin dan tadi pagi. Dan sekarang... di kamar sebelah...

Huff... aku hanya bisa berharap besok tidak ketiduran lagi di kelas saat mengerjakan soal ujian, karena malam ini sepertinya aku akan kesulitan tidur seperti kemarin malam, sebab di kamar sebelah...ah, sudahlah..

Oh, ya, biar aku kenalkan dulu siapa aku. Namaku Indah Pratiwi. Tapi..aku tak tahu apakah perjalanan hidup ku akan seindah namaku. Akan aku ceritakan kisah hidupku dari awal. Kisah hidup yang rasanya sudah seperti nano nano, manis, asem, asin, rame rasanya he.he.. permen kali..

Aku anak ke tiga dari lima bersaudara. Sejak kecil aku sudah dipisahkan dari kedua orang tua ku. Aku bahkan tidak ingat bagaimana wajah kedua orang tua ku dan juga wajah saudara-saudara ku.

Lalu, kenapa aku dipisahkan dengan kedua orang tua ku?

"Hari lahir kamu sama dengan hari lahir bapak mu. Kalau kamu tinggal satu rumah dengan bapakmu, nanti bapak kamu umurnya akan menjadi pendek. Cepet mati," itulah kata nenekku yang masih percaya dengan mitos.

Darimana rumusnya? Alasan yang konyol bukan? Benar-benar diluar Nurul dan tidak masuk Haikal. Huff..

Alasan kedua kenapa aku dipisahkan dari orang tuaku adalah..

"Nanti kalau nenek kangen sama ibu kamu gimana? Kalau kamu tinggal sama nenek dan paman kamu, nenek bisa mengobati rindu nenek pada ibumu dengan melihat kamu," ini alasan nenek yang nomor dua.

Kalau alasan yang ini agak masuk akal, karena nyatanya wajahku memang mirip ibuku. Cuma kalau kulit ibu hitam manis, kalau aku putih kayak bapak.

Lalu apa alasan nomor tiganya?

"Pamanmu sudah menikah selama sepuluh tahun, tapi belum punya anak juga. Kamu mau nenek jadikan pancingan supaya pamanmu bisa cepat punya anak,"

Pancingan? Astogee.. emangnya aku ini pelet ikan apa? Duh..aku manusia, tapi di jadikan pancingan. Gini amat ya, hidup ku? Amat aja nggak gini.

Aku tinggal di pulau Jawa, sedangkan kedua orang tuaku serta kakak dan adik-adik ku tinggal di Bengkulu. Orang tuaku mengadu nasib di sana sebagai transmigran, mengikuti program pemerintah untuk pemerataan penduduk. Orang tuaku ikut transmigrasi dengan harapan agar bisa hidup lebih baik.

Kalian tahu, 'kan, apa itu transmigrasi? Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Beda dengan arti transmigrasi dalam novel yang artinya adalah perpindahan tubuh, atau juga roh / jiwa, si MC (main character) atau pemeran utama ke dunia lain. Perpindahan yang ada tidak melibatkan proses terlahirnya kembali si MC. Namun roh atau juga tubuhnya mengalami pembaruan di dunia baru.

Misalnya tidak sengaja rohnya memasuki tubuh orang lain di isekai. Tiba-tiba bangun di tengah hutan dengan tubuh yang kembali jadi muda. Dan seterusnya..

Okey, balik lagi ke topik utama. Ibuku adalah bungsu dari empat bersaudara. Nenekku adalah petani dan pedagang kecil-kecilan.

Sedangkan bapakku adalah anak ke tiga dari dua belas bersaudara. Yap, benar sekali, dua belas bersaudara, kalian tidak salah baca.

Paman Supri yang belum memiliki keturunan ini adalah kakak ibuku yang nomor tiga. Paman Supri dan Bik Samiah tinggal di rumah sebelah yang satu dinding dengan rumah nenek. Aku tinggal bersama nenek dan kakak sepupu ku, Kak Seruni.

Kak Seruni adalah anak kedua dari istri kedua paman dari pihak ibu yang nomor satu. Btw, pamanku yang nomor satu ini punya tiga orang istri dan tiga orang anak. Setiap istrinya memiliki satu anak. Istri pertama cerai karena tidak mau ikut pamanku setelah menikah. Istri ke dua meninggal setelah melahirkan Kak Seruni dan istri ke tiga sepertinya akan menjadi istri terakhirnya. Karena itulah Kak Seruni di urus oleh nenekku.

...🌟...

...Banyak hal tak terduga dalam kehidupan nyata yang merupakan realita. ...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

𝗮𝗾 𝗺𝗮𝗺𝗽𝗶𝗿. 𝘀𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘁𝘆𝗽𝗼, 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘁𝗮𝗺𝗮 𝗻𝗮𝗺𝗮 𝘁𝗼𝗸𝗼𝗵 𝘆𝗴 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝘀𝗲𝗸𝗼𝗻𝘆𝗼𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝘆𝗼𝗻𝗴 𝗴𝗮𝗻𝘁𝗶, 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗻𝗮𝗺𝗮 𝘁𝗼𝗸𝗼𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗺𝗮𝗻𝗮, 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝘁𝗮𝘂.

2024-08-01

2

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

orang gila mana yg belum baca novelya tapi dah gelar silver fans coba tor...... emak nih.... menyala dirikuuuuu.... 😁😁😁😁😁

2024-07-22

2

Pelangi Senja

Pelangi Senja

mampir di cerita ku ya, judulnya
DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA. Terimakasih.

2024-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!