Hasrat Tertahan Presdir Tampan

Sejak kemarin Arneta disibukkan dengan fitting baju dan mencoba berbagai macam perhiasan ke sana ke mari.

Arneta diantar oleh Eca ke salon, bahkan gaun pengantin dan juga perhiasan semua sudah diatur sendiri oleh Eca.

Sevan sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Ia malah sering melewati Hari-harinya bersama dengan sang kekasih, bahkan ia juga jarang pulang ke rumah.

Sebenarnya ini adalah pernikahan Bu Eca, anakmu dan calon mantumu ini sama sekali tidak Menginginkan pernikahan ini, Bu. Apakah kamu tau? batin Neta.

.

Pukul tujuh, malam pernikahan.

Alunan musik indah dan syahdu mulai menggema dalam aula hotel mewah yang terkenal di kota tersebut.

Para tamu undangan satu per satu mulai berdiri, ketika pengantin wanita memasuki altar pernikahan.

Pengantin wanita terlihat sangat anggun dan mempesona, kebaya pengantin berwarna putih dengan ekor panjang terseret mengikuti setiap langkah kaki jenjang dan elegan itu.

Dibalik penampilannya yang bak bidadari itu, wajah cantiknya tertutup oleh tudung pengantin tidak ada yang pernah tahu bahwa hati gadis ini sangat hancur berkeping-keping.

Bahkan dia sangat enggan untuk mengembangkan senyumnya walaupun hanya seulas, wajahnya hanya datar dengan tatapan kosong melewati karpet merah yang terbentang indah di sana.

Pikirannya dipenuhi oleh malaikat pelindungnya, yaitu Arsen. Neta mengharapkan Arsen datang ke pernikahan ini dan membatalkan semuanya.

Janji suci terucap begitu lancar dan mudah, suara tepuk tangan para undangan terdengar hambar di telinga Arneta. Ia berusaha membendung air matanya agar tak terjatuh saat ini juga.

Bukan air mata bahagia, melainkan air mata penyesalan karena menjadikan pernikahan sebagai permainan belaka dan alat tawar menawar saja. Bahkan ia harus mengabaikan perasaannya demi melindungi orang yang dia sayang.

Jantung Arneta berdebar hebat saat Sevan membuka tudung pengantin yang menutupi wajah cantiknya itu.

Seketika rahang Sevan mengeras saat melihat wajah gadis bau kencur di depannya terpampang nyata.

Ia menundukkan setengah badannya lalu mendekatkan wajahnya ke arah Neta, kemudian ia menarik tengkuk gadis yang kini menjadi isterinya itu.

Dengan langkah cepat Arneta memejamkan mata sambil menolehkan wajahnya ke arah lain, ia tak ingin pria itu menciumnya. Alhasil, ternyata Arneta salah paham.

Sevan membisikkan sesuatu yang mematikan dan membekukan darah Arneta saat itu juga.

"Dasar bocah tengik! Apa kamu berharap mendapatkan ciuman dariku? Kita hanya sebatas pasangan di atas kertas. Ingat satu hal bahwa kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Kartika di hatiku. Seharusnya kamu melepas semua perhiasan yang menempel di tubuhmu, karena ini semua sama sekali tidak pantas untuk bocah tengik miskin sepertimu!" bisik Sevan tepat di telinga Neta.

Duarr!

Arneta membeku seketika dan tak bisa berkata-kata. Bukan masalah besar jika pria itu tak berminat menyentuhnya. Tapi Arneta sakit hati dengan kata-katanya yang sangat merendahkan dirinya itu.

'Ingat Arneta kamu sudah terbiasa dimaki. Mungkin memang benar, usia bukan menjadi patokan seseorang untuk bersikap dewasa. Terkadang mereka didewasakan oleh suatu keadaan. Kamu pernah berhasil melewati situasi sulit selama ini dan semua itu pasti akan dibayar dengan penuh luka dan kecewa... Ingat bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Kamu bisa Arneta!' Arneta menyemangati diri sendiri di dalam hati.

Beberapa saat kemudian, setelah para tamu memberikan selamat dan ada juga beberapa yang berfoto dengan pengantin itu.

Semua tamu undangan berhamburan meninggalkan aula hotel tersebut satu per satu. Bahkan Anang dan Ainun juga sudah pergi dari tempat itu.

Di sana hanya tinggal Toby, Eca, Sevan, Arneta dan juga beberapa pelayan hotel membersihkan tempat pesta itu.

Arneta melihat sosok wanita datang dan berlari kecil ke arah Sevan. Wanita itu langsung mendaratkan pelukan erat tanpa sungkan.

"Aku merindukanmu, Sayang," ucap Kartika.

"Aku juga merindukanmu, Sayang," balas Sevan sambil mendaratkan ciuman bertubi-tubi di wajah Kartika.

Arneta pura-pura tidak melihatnya, ia lebih memilih untuk memakan sisa-sisa kue untuk mengisi perut kosongnya, karena sejak siang tadi perut Neta belum terisi apa pun.

"Ehm ... jaga sikap kalian, bagaimana jika ada yang melihat kelakuan kalian?" celetuk Eca.

"Memang kenapa kalau ada yang lihat, bukankah kita sudah sepakat bahwa pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas. Bukankah setelah menikahi bocah tengik itu Mama bilang akan membebaskanku berhubungan dengan Kartika," timpal Sevan panjang lebar.

Toby tak bisa berkata-kata. Ia hanya memerhatikan perdebatan ibu dan anak itu dengan wajah datarnya.

.

Bersambung.....

Maaf baru up lagi, thor sibuk sama hajatan tetangga di dunia nyata Wkwkw.