NovelToon NovelToon
Mencintai Dosen Beristri

Mencintai Dosen Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Harumi Akari

Sekar mengalami dilema karena didekati oleh Pak Faisal, yang merupakan dosennya sendiri. Hal itu membuat Sekar ketakutan, namun lama-kelamaan Sekar makin menyukai Pak Faisal karena beliau sering membantu Sekar saat ia sedang dibully di kampus.

Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, keseriusan mereka terhalang oleh Pak Faisal yang sudah memiliki istri dan tidak mudah untuk menceraikannya karena istrinya yang merupakan selebgram.

Akankah Sekar mendapatkan cintanya? Atau justru cinta mereka berdua akan kandas dan Sekar dicap sebagai pelakor?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harumi Akari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kencan Setelah Pulang Kuliah

Wanita dengan rambut pendek itu menggebrak meja tempat Sekar duduk. Membuat Sekar sedikit terkejut dan terlihat tidak nyaman saat Siska bersikap seperti itu. Sekar ingin sekali melawan tapi ia tidak punya keberanian sebesar itu, alhasil dia hanya diam saja.

"Gue kira lo udah pindah kampus karena gak punya muka. Ternyata cuma sakit doang ya?" ujar Siska.

Sekar hanya diam saja dan menundukkan kepalanya. Meskipun beberapa kali Siska meminta Sekar untuk mendongakkan kepalanya.

"Kalo diajak ngomong tu dilihat mata orang yang lagi ngomong! Bukan malah nunduk! Punya mata nggak sih?!!" bentak Siska dan membuat semua anak di kelas tidak berani menegur karena Siska terkenal galak dan anak yang berpengaruh di kampus.

Sekar berusaha sabar sampai Pak Faisal datang ke kelas. Ia yakin jika dosennya sebentar lagi datang.

"Ibu lo masih kerja haram? Gue lihat online shop nya masih ada tuh, malah rame banget. Pasti tabungan lo isinya haram semua ya?" bisik Siska.

Sekar sedikit takut jika teman-temannya dengar apa yang dibicarakan oleh Siska.

"Tolong jangan ganggu aku," ujar Sekar perlahan.

Siska yang mendengar hal itu tentu saja makin murka dan kesal. Wanita yang selama ini ia pojokkan berani membantah omongannnya? Hal itu tidak bisa dibiarkan. Siska menarik rambut Sekar hingga kepala Sekar tertarik ke belakang.

"Lo mulai berani sama gue ya? Kalo ga gara-gara ibu lo yang brengsek itu, gue ga bakal kehilangan 20 juta!! Gue juga ga bakal dimarahin sama papi! Sekali lagi lo berani lawan gue, gue nggak bakal—"

"Siska!!" hardik seorang pria yang masuk ke dalam kelas. Siska langsung terkejut bukan main saat yang masuk ke dalam kelas adalah Pak Faisal.

"Eh?! Pak, kapan masuk? Kok saya nggak denger?" ujar Siska sembari basa-basi, melepaskan tangannya dari kepala Sekar dan kembali ke kursinya. Pak Faisal nampak geram dengan apa yang dilakukan oleh Siska.

"Kamu mau saya laporin ke ayah kamu?!" ancam beliau.

"Eh! Jangan, Pak! Tolong jangan laporin ke papi! Sa–saya cuma bercanda aja kok!" jawab Siska dengan sedikit takut. Padahal ia biasanya menganggap itu hanyalah ancaman semata saja. Namun, jika Pak Faisal yang bicara semua terasa beda. Saat marah, ia benar-benar terlihat mengerikan.

"Lain kali, pertimbangkan dulu jika ingin melakukan sesuatu. Kamu juga bukan anak SMA lagi. Nanti setelah ini ke kantor saya, saya mau bicara!" Pak Faisal masih terlihat marah dan membuat semua orang ketakutan.

Sekar juga sedikit takut karena ia tidak pernah melihat sisi Pak Faisal yang seperti ini. Yang dia tahu, pria itu sangat baik dan penuh dengan perhatian.

Setelah dinasehati oleh Pak Faisal, mereka semua langsung terdiam terutama Siska. Namun, terlihat jelas raut wajahnya yang menyalahkan Sekar atas semua ini.

Kuliah di jam itu pun selesai, Siska diminta untuk ikut Pak Faisal, sedangkan Sekar sedikit penasaran dengan apa yang akan mereka katakan. Namun, dia tidak bisa mengikuti mereka atau mendengar pembicaraan mereka dengan mudah karena mereka bicara di ruang dosen. Alhasil, Sekar pun hanya bisa bertanya nanti saat ia akan bertemu dengan Pak Faisal.

Beberapa jam berlalu, hingga Sekar sudah selesai kuliah di jam 3. Pak Faisal juga menepati janjinya dan sudah menunggu Sekar di parkiran gedung belakang kampus, di mana jarang sekali orang parkir di sana karena tempatnya yang cukup jauh.

Sekar menengok ke kanan dan kiri, takut jika ada orang lain yang mengikuti, dan saat sudah dekat dengan mobil Pak Faisal, ia langsung masuk ke dalam mobil dan merasa lega.

"Kenapa ngos-ngosan gitu?" tanya Pak Faisal.

"Ya takut lah, Mas! Kalau ada yang ngikutin gimana?" ketus Sekar.

"Ha ha ha, kamu memang orangnya waspada sekali ya." Pak Faisal mengusap rambut Sekar dengan lembut.

"Oh iya. Kalian bicara apa tadi?!" tanya Sekar yang langsung penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Hmmm, ini percakapan pribadi antara dosen dan mahasiswa ya. Nggak mau saya kasih tahu," jawab Pak Faisal dengan raut wajah yang jahil. Ia sengaja membuat Sekar penasaran.

"Yah ... Mas mah gitu." Sekar menundukkan kepalanya dan terlihat kecewa.

Pak Faisal makin senang melihat hal itu, ia langsung menggenggam tangan Sekar.

"Saya cuma nyuruh dia buat nggak ganggu kamu lagi. Karena saya bakal ngawasin kamu dan sikapnya Siska," jawab Pak Faisal dengan nada bicara yang lembut dan senyumannya yang manis.

Mendengar hal itu, perasaan Sekar menjadi lebih baik. Jantungnya bahkan berdegup cukup kencang kala Pak Faisal berkata seperti itu. Perkataan yang sangat menenangkan hati.

"Semoga dia beneran nggak ganggu aku lagi ya, Mas. Jujur aku bingung banget dan nggak tahu harus gimana," jawab Sekar yang mulai bersedih dengan situasinya saat ini.

"Ya udah, kita makan dulu ya? Mau makan apa? Kamu sampai kelihatan kurus gini," ujar pria itu sembari melihat pipi Sekar yang terlihat makin kurus.

"Pengen nasi padang, Mas." Sekar tiba-tiba ingin makanan itu.

"Gass! Saya tahu di mana nasi padang yang enak!" Pria itu langsung bersiap untuk pergi dan mengenakan sabuk pengamannya dulu.

"Eh! Tapi mama bilang jam 4 udah harus di rumah, Mas!" Tiba-tiba Sekar mengingat wejangan mamanya.

"Nggak masalah, bisa diatur. Pokoknya kamu tenang aja. Paling jam 5 juga udah saya anter pulang kok," ujar Pak Faisal sembari memundurkan mobilnya dan bersiap pergi dari parkiran.

Mendengar hal itu, Sekar nampak bahagia dan berusaha menikmati waktunya bersama dengan Pak Faisal. Yang kini entah apa status mereka, namun saat ini yang bisa Sekar andalkan hanyalah Pak Faisal saja.

Pria itu membawa Sekar ke warung nasi padang yang cukup ramai. Sampai Sekar takut jika ada kenalan Pak Faisal makan di sini.

"Mas, yakin aman di sini?" tanya Sekar.

"Aman, udah kamu tinggal makan aja, setelah ini pulang kok," ujar pria itu.

Beberapa menit berlalu, makanan pun datang. Segala lauk pauk kini berada di hadapan Sekar. Ia mengira jika ia akan memilih menunya apabila pelayan sudah datang. Namun, ternyata ia harus memilih lauk yang ada di hadapannya.

Pantas saja tidak ada yang mau datang kemari, tempat ini cukup mahal untuk kalangan mahasiswa dan jarang ada dosen yang datang kemari jika hari biasa.

"Makan yang banyak ya, Sayang."

Panggilan itu kini sudah membuat Sekar tidak terkejut lagi, ia menikmati panggilan itu, sama seperti ia menikmati makanan yang ada di hadapannya sekarang. Meski ada banyak pilihan, Sekar berusaha untuk tidak serakah mengambilnya. Sembari makan, mereka pun bercerita tentang kejadian di kampus tadi, dan juga apa yang harus Sekar lakukan setelah ini di keluarganya.

Hingga terasa perut Sekar sudah penuh, mereka pun pergi dari resto itu dan kembali ke mobil.

"Udah kenyang? Nggak mau bawa lauk apa gitu?" tanya Pak Faisal.

"Nggak, Mas. Aku udah kenyang banget. Makasih banyak ya," ujar Sekar dengan senyuman.

"Iya, Sekar. Besok kita jalan lagi ya? Daripada di rumah, pasti kamu disuruh-suruh lagi sama mama kamu," tukas Pak Faisal sembari memasukkan beberapa lembar uang ke dalam dompetnya.

Sekar terus memperhatikan pria itu, dan dadanya rasanya panas, sampai ingin meleleh. Pak Faisal pun sadar jika sedari tadi ia diperhatikan oleh Sekar.

Dengan cepat, pria itu langsung mengecup bibir Sekar dengan lembut hingga membuat Sekar terbelalak kaget, lalu menutup bibirnya.

"Ih?! Mendadak banget, Mas!!" kejut Sekar sembari menjauhi pria itu.

"Kamu ngelihatin saya terus dari tadi kan? Saya pikir kamu minta kiss," tukas pria itu.

Sekar hanya bisa senyum-senyum sendiri mendengar hal itu.

Saat Sekar sedang salah tingkah, tiba-tiba ponselnya berdering. Terlihat di layar terdapat tulisan, "Mama"

"Mas! Tuhkan! Mama udah telpon! Gimana nih?!!" Sekar langsung panik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!