"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Pembohong!
"Sialan!"
Adam dari lantai atas melihat semuanya. Ia sempat berpapasan dengan Leo sewaktu pria itu baru keluar dari lift. Adam mengepalkan erat tangannya. Namun seketika ia merasa heran, Apa ia mulai mencintai Bella?
Adam terkekeh sendiri. "Gak mungkin gue suka Bella. Ini pasti karena gue gak mau kalah sama lumpuh itu! Iya!"
Adam angguk-angguk sambil mondar-mandir. Hatinya tak bisa berbohong sangat resah.
"Bella!" geram Adam sambil meninju kaca transparan itu. Ia segera turun meski tertatih ke lantai bawah dengan dikuasai amarah.
Sedangkan, Bella di bawah masih bersama Leo. Melihat indahnya langit malam. Leo tak mau melepaskan genggamannya di tangan Bella.
"Kak lepaskan!"
"Biarkan seperti ini dahulu. Berapa usianya?"
Leo menyorot perut Bella. Sesuatu bagai kembang api bersemarak mengisi dada Leo. Ia tidak tahu euforia apa itu.
Intinya, Leo merasa sangat nyaman.
Bella menggeleng sembari menunduk. "Aku baru tahu hari ini, kak."
"Kau belum memeriksanya, berarti?"
"Belum ...," jawab Bella nyaris tak terdengar.
Leo mengusap rambut belakang Bella. "Besok ikut denganku, memeriksanya."
Bella kali ini menatap Leo. Menggeleng cepat. "Tidak perlu kak. Aku bisa sendiri nanti."
Mata Leo menajam seketika, tidak suka. Bella menunduk kali ini, karena takut pada tatapan pria itu.
"Kau jangan lupa, Bella. Dia adalah bagian dariku. Aku ayah biologisnya. Jadi, aku berhak mengetahui tubuh kembang anakku."
Sesak dada Bella mendengar perkataan Leo. Seandainya, mereka benar sepasang suami istri. Mungkin, Bella adalah wanita paling bahagia. Betapa Leo perhatian pada kehamilannya.
"Tapi, bukannya kakak dulu tidak akan mengakui anak ini? Bahkan mengancam ku berulang kali," ujar Bella mengingatkan tabiat Leo dahulu.
"Kak Leo tenang saja. Aku bisa menjaganya sendiri. Lebih baik kakak fokus dengan pernikahan kakak saja."
Bella menarik tangannya, wanita itu berdiri dari duduknya. Leo terus menatap wajah cantik Bella nan pucat. Ia tidak lagi menahan tangan Bella.
"Aku mohon, mulai sekarang kita jaga jarak kak. Aku janji akan merawat anak ini dengan baik. Aku juga tidak akan memberitahu siapapun, fakta tentang ayah sesungguhnya anakku."
"Anak kita," tegas Leo. "Kau tidak akan memilikinya, jika bukan karena ku, Bella."
Telinga Bella panas seketika. Terlintas adegan intim keduanya di kepala Bella. Bagaimana Leo mengeram dengan mata sayu sembari menatap penuh puja padanya. Pria itu benar-benar menikmati dosa yang mereka lakukan.
Hingga, membuahkan janin di perut Bella.
"Terserah kakak saja!"
Bella meninggalkan Leo sendirian. Pria itu terkekeh miris sembari memijit pelipisnya.
"Takdir macam apa ini? Adik iparku sekaligus wanita yang aku cintai tengah mengandung anakku, sedang aku sebentar lagi akan menikahi wanita lain."
Leo menarik napas panjang sambil menengadah. Kepala Leo rasanya akan pecah menampung semua beban dalam pikirannya. Leo tahu dan sadar Bella mencintainya.
"Malang sekali nasib anakku. Apa aku mampu jauh dari wanita bodoh itu? Beberapa hari saja, aku nyaris mati," gumam Leo kembali terkekeh.
Benar, Leo terus menyibukkan diri sepanjang hari selama jauh dari Bella. Bahkan, tak jarang Leo sampai tertidur di ruang kerjanya sendiri saat malam hari, itupun tiga jam saja setiap malam. Kanaya khawatir menegur tingkah Leo itu. Bella tak pernah lepas dari hati dan otaknya.
Bugh!
Leo tertoleh ke kanan mendapat bogem mentah dari kepalan tangan Adam. Pria itu sengaja muncul setelah Bella tidak berada disana.
"Gue ingatin sama Lo! Berhenti deketin Bella, bangsat!"
Leo tersenyum miring. Mengusap kasar sisi bibirnya. Alih-alih kesakitan, Leo biasa saja seakan rasa sakit itu tak berarti apa-apa.
"Tanpa aku dekati pun Bella akan selalu terikat padaku. Kau tahu? Karena istrimu itu mencintaiku. Aku punya hal yang tidak kau punya dengannya."
Leo menikmati wajah marah Adam. Keduanya saling memberikan tatapan membunuh.
"Apa maksud lo?" geram Adam.
Ia kembali akan melayangkan tinjunya namun Leo memelintir tangan Adam hingga pria itu mengaduh kesakitan.
"Maksudku, kau bodoh! Jika bukan karena tua bangka itu menyayangimu, sudah ku patahkan tangan tidak berguna mu ini. Hidup juga bisanya menyusahkan! Perlu kau ingat, sekali lagi, kau bersikap kasar pada Bella. Aku yang akan membunuhmu!"
Adam tersungkur di antara semak bunga. Beruntung duri mawar disana tidak menusuk matanya. Leo memutar kursi rodanya memasuki mansion. Salahkan, Adam yang selalu mengajaknya berdebat.
Pagi harinya.
"Lo mau kemana?"
Adam menaikan alisnya, memindai penampilan rapi Bella. Aneh saja menurut Adam, karena Bella di rumah biasanya jarang berdandan.
"Mas, aku izin keluar sebentar," kata Bella sambil menarik tas selempangnya di meja rias.
"Izin? Emang lo mau kemana? Dosa, Bella jika berbohong."
Adam melihat gelagat Bella seperti tidak nyaman.
"Oh, lo mau kencan dengan lumpuh itu lagi, iya? Nggak tahu diri lo ya. Gue gak ngizinin. Ganti baju!" titah Adam dengan tangannya.
Bella menggeleng. Ia mengatupkan kedua telapak nya. Memohon pada Adam. Bella sudah membuat janji dengan seseorang dan pastinya, bukan Leo. Meski semalam pria itu sudah mengatakan akan menemani Bella periksa kandungan.
"Mas sebentar saja."
"Gak, kata gue gak. Ganti baju! Atau gue robek baju lo itu!"
Bella mendesah. Terpaksa menurut, Ia membuka lemari pakaian lalu menuju walking closed. Adam bersandar di dinding sambil melipat tangannya menunggu Bella kembali.
"Bella, jawab jujur pertanyaan gue," ujar Adam setelah keduanya duduk bersisian di sofa.
Tapi, Bella terus memberi jarak hingga Adam harus merangkul Bella agar wanita itu tidak menghindarinya.
"Bisa diam gak? Gue mau ngomong!" sentak Adam.
Bella tetap melepaskan tangan Adam.
"Silahkan mas ngomong. Tapi, aku jangan di rangkul."
Rahang Adam mengetat kuat. "Sama gue lo gak mau di pegang. Tapi, dengan lumpuh itu suka rela. Lo pikir gue gak lihat kalian semalam. Lo cinta sama dia, Bella?!"
Gleg!
"Bu ...bukan gitu mas," balas Bella terbata-bata.
"Alah, mau ngeles apa lagi, hah? Jawab atau foto kalian semalam gue laporin papa."
Bella membeku. Foto mesranya bersama Leo benar ada di ponsel Adam. Bahkan disitu, posisi keduanya persis orang berciuman.
"Kamu dapat foto itu darimana mas? Aku dan kak Leo gak ada apa-apa."
"Oh, lo nantangin gue ya. Lo pikir gue, anak kecil bisa di kibulin!"
"Aku yang menantang mu!" ujar Leo di pintu kamar Adam dan Bella yang memang tidak terkunci. Pria itu masuk membawa sesuatu di pangkuannya.
Melihat kedatangan Leo, Adam berdiri kasar.
"Ngapain lo masuk ke sini, hah? Rindu lo sama istri gue? Berlagak nantangin lagi."
Leo terkekeh. "Rindu? Ya, aku memang merindukannya. Coba saja lapor. Agar aku juga tidak perlu susah-susah menikah. Atau aku bisa menikah dengan Bella."
"Lo!"
Bella menarik lengan Adam. "Mas udah, kak Leo. Aku mohon, kakak keluar saja jika ingin mencari keributan," tegur Bella.
Leo melempar stelan pakaian yang masih terbungkus plastik di atas meja, di hadapan Bella dan Adam.
"Pake itu," datar Leo. Sejujurnya, ia sangat cemburu melihat perhatian Bella pada Adam.
"Ini buat apa kak?" Bella memungutnya.
"Foto shoot keluarga."
Dahi Bella berkerut dalam. Merasa aneh, kenapa di adakan di rumah. Biasanya, mereka menyewa studio mewah.
"Dalam rangka menyambut pernikahanku," tambah Leo.
Berhasil membuat hati Bella kembali ngilu. Bella tidak berharap, Leo benar mengantarnya ke rumah sakit. Namun, ada setitik rasa kecewa, Leo tidak menepati janjinya.
Leo Devano Galaxy
Bella Samira
Adam Galaxy
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️