NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7 Les privat

KAMPUS (KELAS)

"Sebentar lagi ujian. Setelah ujian berakhir, kalian sudah harus mencari tempat untuk magang."

Pak Dosen menjelaskan sambil membagikan lembaran lembaran informasi mengenai perusahaan yang bisa mereka jadikan untuk tempat magang.

"Pilihlah perusahaan yang benar benar sesuai dengan minat dan kemampuan kalian. Jika seperti itu, sudah pasti kalian akan nyaman dan mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman saat magang nanti."

"Kalian mengerti?!"

"Mengerti pak."

"Bagus. Kalau begitu, hari ini sampai disini dulu. Sampai jumpa minggu depan."

"Baik pak."

Pak Dosen pun meninggalkan ruang kelas. Mahasiswa pun tampak saling berdiskusi untuk menentukan kemana mereka akan magang. Tidak ketinggalan the lucky geng juga ikut diskusi.

"Bisa gak sih, kita berlima magang di perusahaan yang sama?" Tanya Obi.

"Bisa. Tapi perusahaan itu harus milik bokap lu." jawab Timo emosi.

"Maksimal perusahaan hanya menerima tiga orang saja."

"Ya sudah, kalau begitu, Obi, Dinda sama gue magang di perusahaan yang sama." Ujar Timo semangat.

"Lah, kok kita gak di ajak?" Protes Inne.

"AdIn couple magang berdua aja sana. Kalian itu kan sepaket, selalu lengket seperti lem."

"Obi!" Teriak Dinda marah.

Dinda selalu tidak suka saat Obi dan Timo menggoda Inne sama Adit. Dinda khawatir mereka akan berkecil hati dan merasa terasing di geng hanya karena mereka saling mencintai.

"Biarin aja Dinda. Tunggu Obi punya pacar, aku gangguin juga. Ingat itu." ancam Adit.

"Idih seram." ledek Obi dan Timo yang disenyumi saja oleh Adit.

"Guys, aku duluan ya." pamit Inne.

"Kemana In, buru buru amat?"

"Ke sekolah bunda."

"Ya udah yok, aku antar."

Inne mengangguk saat Adit menawarkan diri untuk mengantarnya.

"Kita duluan ya."

"Hati hati, In. Kalau Adit macem macem, telpon kita ya." goda Timo sama Obi lagi.

Adit memperlihatkan kepalan tangannya kepada dua sahabatnya itu yang tidak henti henti menggoda.

"Obi sama Timo, makin cerewet. Lama lama kesal juga aku sama mereka." Rutuk Adit.

"Biarin ajalah. Mereka itu menghibur diri sendiri, secara mereka kan jomblo." Inne menghibur Adit, agar moodnya kembali baik.

Adit hanya merespon dengan mengangkat kedua bahunya. Lalu dia melajukan mobil, mengantar Inne sampai di depan SMA yang bersebelahan dengan gedung SMP tempat bunda mengajar.

"In, aku masih kangen kamu." Rengek Adit yang masih bergelendotan di lengan Inne.

"Dit, nanti kita telponan ya. Aku harus temui bunda. Katanya ada hal penting yang mau dibicarakan."

"Ya udah, tapi cium dulu." menunjuk pipinya.

Inne tersenyum gemas, lalu dia mencium tangannya sendiri kemudian ditempelkan bekas ciuman itu dipipi Adit.

"Langsung pulang atau mau main dulu?" Tanya Inne sebelum turun dari mobil.

"Pulang aja. Main game dirumah lebih seru."

"Ya sudah, pulang sana. Jangan ngebut."

"Siap ibu guru Inne."

"Bye..."

Inne turun dari mobil dan melambaikan tangan mengiringi kepergian Adit.

Saat Inne hendak melangkah menuju gedung sekolah bunda, tidak sengaja dia berpapasan dengan empat orang siswa SMA, dua diantara mereka masih merupakan murid yang mengikuti les dengannya.

"Ratih, Susan!" Sapa Inne ramah.

"Kak Inne. Selamat siang, jak."

"Kalian sudah pulang sekolah ya?"

"Belum kak. Kita izin keluar, mau foto copy tugas."

"Oh gitu."

"Eh tapi, kalau kakak boleh tau, kenapa ya kalian sudah dua minggu ini gak ikut kelas?" Tanya Inne.

"Hmm..." Susan dan Ratih tampak saling senggol. Mereka gugup sambil berusaha menyembunyikan judul buku yang mereka pegang.

Inne melirik kearah sampul buku yang ternyata itu buku tutor les lain. Inne pun mencoba untuk tetap tersenyum dihadapan dua gadis itu.

"Maaf kak Inne, minggu kemaren kita sibuk mempersiapkan ujian akademik." jawab Susan yang dianggukkan oleh Ratih.

"O gitu. Ya sudah gak apa apa. Tapi, minggu depan bisa ikut kelas lagi, kan?"

Lagi lagi dua siswa itu saling senggol yang seakan takut menjawab ajakan Inne.

"Baik kak." sahut mereka serentak.

Inne pun tersenyum lega, karena mengira mereka benaran akan ikut les dengannya lagi.

"Kami duluan ya kak."

"Iya, silahkan."

Inne pun hendak melanjutkan langkahnya, tapi kembali terhenti saat dua orang siswa itu memanggilnya.

"Kak Inne."

"Maaf ya kak, sepertinya kita tidak akan ikut kelas les sama kak Inne lagi."

"O gitu. Ya sudah tidak apa apa."

"Maaf ya kak."

"Iya. Kalian yang semangat belajarnya ya."

"Terimakasih kak Inne."

Setelah mengatakan itu, mereka pun pergi. Inne pun hanya bisa tersenyum getir.

"Bulan ini cukup melelahkan." gumamnya sambil melanjutkan langkah.

Inne sudah kehilangan enam orang dari empat belas orang muridnya. Itu artinya pemasukan bulanannya juga otomatis berkurang. Entah apa yang salah Inne juga tidak tahu. Secara, les dengannya tidak perlu membayar mahal, bisa diangsur dan pasti mendapatkan pelajaran yang bagus. Tapi, tetap saja Inne masih kalah saing.

Inne tiba di sekolah bunda. Dia menunggu bunda di ruang tunggu lantai dua. Tidak berselang lama bunda pun menghampirinya.

"Inne, sudah lama, nak?"

"Baru sampai kok, bun."

"Kamu pasti lelah, lapar juga kan?"

"Iya sih bun. Lapar banget."

"Tunggu sebentar lagi ya. Direktur masih ada rapat."

"Direktur? Kenapa dengan Direktur, bun?"

"Karena pak Direktur yang mau ketemu kamu."

"Untuk apa, bunda?"

"Tunggu nanti saja ya. Sabar."

"Iya deh, bunda."

Tidak berselang lama, direktur yang dimaksud pun tiba.

"Nah itu pak Direktur."

Bunda mengajak Inne menyapa pak direktur.

"Selamat siang, pak." sapa Inne dan bunda.

"Siang juga bu Dahlia. Ini putri buk Dahlia yang tutor les itu?"

"Iya pak. Ini anak saya. Kenalin nama kamu, nak."

"Saya Inne Aprilia, pak."

"Oke, halo Inne."

"Iya pak."

"Jadi, gini. Saya punya anak satu, sudah kelas tiga SMA. Tapi bandel dan suka main game. Jadi, saya mau Inne memberikan les khusus untuk anak saya."

"Mau kamu, Inne?"

"Tentu mau, pak."

"Bagus kalau begitu. Soal bayaran kamu tidak perlu khawatir. Saya akan membayar mahal, jika kamu bisa membantu menaikkan nilainya di semester akhir kali ini, saya akan menambahkan bonus."

"Terimaksih pak. Saya akan mengajar dengan lebih giat dan membantu menaikkan nilainya." Jawab Inne semangat.

Beberapa saat kemudian, datanglah seorang siswa SMA yang sangat dikenal oleh Inne.

"Selamat siang buk, kak." sapa siswa itu.

"Kamu?!" Inne yakin mengenal bocah dihadapannya saat ini.

"Kalian sudah saling kenal? Bagus itu, jadi kalian tidak akan gugup saat mengajar dan belajar." lanjut pak direktur.

"Halo kak Inne. Aku Brian. Dan ramalanku benar. Kita pasti akan ketemu lagi." Ucapnya bangga pada dirinya sendiri.

Inne pun hanya bisa menghela napas dalam dalam. Mengingat Brian akan menjadi muridnya saja dia malas. Nah ini malah disuruh mengajar les privat di rumah.

Apa yang akan terjadi pada Inne dan Brian si bocah sombong dan angkuh itu nantinya???

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!