NovelToon NovelToon
Find 10 Fragments

Find 10 Fragments

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Kultivasi Modern
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: GM Tyrann

Season 2 dari I Don't Have Magic In Another World

Ikki adalah seorang pria yang memiliki kekuatan luar biasa, namun terpecah menjadi 10 bagian yang tersebar di berbagai dunia atau bahkan alam yang sangat jauh. Dia harus menemukan kembali pecahan-pecahan kekuatannya, sebelum entitas atau makhluk yang tidak menginginkan keberadaanya muncul dan melenyapkan dirinya sepenuhnya.

Akankah dia berhasil menyatukan kembali pecahan kekuatannya, dan mengungkap rahasia di balik kekuatan dan juga ingatan yang sebenarnya? Nantikan ceritanya di sini.

up? kalo ada mood dan cerita aje, kalo g ada ya hiatus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GM Tyrann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 23 - Ujian peringkat selesai

Aku terus berjalan di malam hari, di bawah sinar rembulan yang samar-samar menerangi jalan. Bayangan-bayangan panjang dari pepohonan bergoyang seiring angin malam yang dingin. Sejak lama, aku terus saja diikuti oleh murid lain, tidak ada niat menyerang, mereka sudah mengikuti dari sore hari.

Aku tahu bahwa mereka adalah ancaman serius. Poin mereka masing-masing berada di atas 4000, menandakan bahwa mereka telah mengalahkan banyak monster dan mungkin beberapa murid lainnya. Aku berjalan dengan hati-hati, mencari tempat yang strategis untuk menghadapi mereka. Akhirnya, aku menemukan sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan besar, tempat yang sempurna untuk mengatur serangan dan pertahanan.

Tanpa memberi mereka waktu untuk berpikir, aku meluncurkan serangan sihir pertama. Bola api besar meledak di tempat mereka berdiri, memaksa ketiga murid itu untuk menghindar dengan cepat. Mereka menyebar, menunjukkan ketangkasan dan pengalaman mereka dalam pertempuran.

Melihat bahwa aku berusaha mengakhiri pertempuran dengan cepat, ketiga murid tersebut memutuskan untuk tidak menahan diri lagi. Mereka berubah ke wujud asli mereka. Murid dari ras naga berubah menjadi seekor naga besar berwarna merah dengan sisik yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Dua murid dari ras iblis berubah menjadi bentuk iblis yang mengerikan, dengan tubuh besar yang memancarkan energi demonic penghancur.

Aku merasa frustrasi. "Kenapa tidak ada aturan yang melarang ras lain menggunakan wujud asli mereka?" tanyaku. Namun, aku tidak punya waktu untuk merenung lebih lama. Iblis pertama menyerang dengan cakarnya yang tajam, sementara naga menghembuskan napas api yang membakar tanah di sekitarnya.

Aku menghindari serangan mereka dengan lincah, menggunakan sihir angin untuk mempercepat gerakan. Aku tahu bahwa aku harus menggunakan segala kemampuan yang aku miliki untuk melawan mereka. Aku memutuskan untuk menggunakan skill Fighting Spirit.

Energi besar memancar dari tubuhku, menciptakan aura merah yang mempengaruhi musuh-musuh yang berada disekitar. Statistik mereka berkurang 30% karena mereka lebih lemah dariku, bahkan dalam wujud asli mereka. Mereka merasakan ketakutan saat aura merah menyelimuti tubuhku, membuat mereka ragu sejenak.

Pertarungan dimulai dengan intensitas yang luar biasa. Iblis pertama melompat ke arahku, mencoba menghancurkan perlindungan sihirku dengan cakar-cakarnya. Aku menangkis serangan itu dengan pedang, menciptakan percikan api di udara. Dengan gerakan cepat, aku melompat ke samping dan menyerang balik dengan serangan sihir es yang membekukan kaki iblis tersebut.

'Kenapa mereka tidak menggunakan sihir?' Aku bingung saat iblis terus menyerang ku dari jarak dekat.

Namun, naga merah tidak tinggal diam. Dengan satu kibasan ekornya yang besar, dia mencoba menghantam ku. Aku melompat tinggi, menghindari serangan itu, dan mengeluarkan serangan sihir petir yang mengarah ke naga. Petir menghantam sisik naga, menciptakan ledakan kecil, tetapi tidak cukup untuk melukai naga tersebut.

Iblis kedua menggunakan sihir demonic yang kuat, mengirimkan gelombang energi gelap ke arah ku. Aku membalas dengan sihir pelindung, tetapi gelombang energi itu tetap menghantam ku, membuatku terlempar ke belakang. Dengan cepat, aku bangkit kembali, napasku terengah-engah.

'Ternyata satu iblis menyerangku jarak dekat dan satu lagi jarak jauh, sangat menyenangkan.' Aku tersenyum.

Pertarungan berlangsung selama berjam-jam. Aku menggunakan kombinasi sihir dan pedang dengan keahlian luar biasa, tetapi lawan-lawan juga tidak kalah kuat. Iblis pertama terus menyerangnya dengan serangan fisik yang brutal, sementara yang kedua menggunakan sihir demonic untuk mencoba menghancurkan pertahananku. Naga merah terus menghembuskan napas api dan menggunakan cakar serta ekornya untuk menyerang.

Aku merasakan tubuhku mulai lelah. Aku menggunakan sihir untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan pedangku. Aku melompat ke arah naga merah, menghindari serangan ekornya, dan dengan satu tebasan kuat, aku memotong salah satu sayapnya. Naga itu mengaum kesakitan, tetapi belum menyerah.

Sementara itu, dua iblis mencoba mengepungku. Aku berputar, menghindari serangan mereka, dan dengan serangan kilat yang mematikan, aku menusuk iblis pertama dengan pedang. Iblis itu menghilang, kembali ke dunia nyata. Satu iblis lagi dan naga merah yang harus aku hadapi.

Aku membuat lingkaran sihir yang sangat besar, serangan sihir api yang kuat menyembur keluar membakar iblis kedua, membuatnya menghilang seperti rekannya. Kini tinggal naga merah, yang meskipun terluka, masih merupakan ancaman besar.

Aku menyerang dengan semua yang aku miliki untuk menembus sisik naga. Dengan serangan sihir yang kuat, aku melumpuhkan sayap naga yang satunya. Naga itu mengaum marah, mengeluarkan napas api untuk terakhir kali. Aku melompat ke depan, menghindari api, dan dengan satu tebasan terakhir yang penuh energi sihir, aku menebas leher naga itu. Naga merah menghilang dalam sekejap, kembali ke dunia nyata.

Aku bernapas berat saat sudah mendarat ditanah, pertarungan yang sulit melawan murid-murid yang bekerja sama. Namun aku puas karena mendapatkan poin yang mereka kumpulkan sejak lama. Total poin yang aku miliki saat ini adalah 16.664 poin.

Aku merasa aman, bahkan jika aku tidak melakukan apapun peringkat 100 besar akan jadi milikku. Sekarang poin murid lain sudah berada di atas 20.000 dengan cepat dan milik naga hitam berada di atas 35.000 poin.

"Mereka gila," kataku dengan senyuman.

Besok jam 10 pagi para murid akan kembali ke dunia nyata, jadi aku bisa santai dengan peringkat yang sudah aku dapatkan. Aku berada di peringkat 50 besar, memang lebih tinggi dari keinginan ku yang hanya ingin berada pada 100 besar. Namun murid lain sangat bersemangat dan peringkat ku akan turun dengan sendirinya.

Aku yang selesai bertarung dengan naga merah dan dua iblis, kini mencari tempat yang aman untuk bermalam. Poin yang aku miliki sudah lebih dari cukup, sehingga aku memutuskan untuk tidak melanjutkan perburuan. Dalam perjalanan, aku menemukan sebuah goa yang tampak tenang dan aman. Setelah memastikan tidak ada ancaman di dalamnya, aku duduk di lantai goa yang dingin dan mulai memproyeksikan layar biru transparan di depan mataku. Layar ini adalah salah satu modifikasi yang aku lakukan pada formasi dunia buatan, memungkinkan aku untuk melihat pergerakan murid lain tanpa terdeteksi oleh instruktur di ruang kendali.

Di layar itu, aku melihat seorang murid bernama Zayan, berasal dari ras naga hitam. Zayan saat ini berada di peringkat satu dengan poin mencapai 40.000, jauh melebihi murid lain. Aku melihat dengan penuh minat saat Zayan berhadapan dengan tiga murid lain, dua dari ras naga merah dan satu dari ras naga hitam. Tiga naga itu menyerbu Zayan dengan serangan yang terkoordinasi, jelas mereka telah merencanakan ini dengan baik.

"Bukannya salah satu dari mereka berasal dari ras yang sama dengan Zayan?" tanyaku saat melihat ada ras naga hitam menyerang Zayan. Aku pikir Zayan bisa membuat kelompok dengan ras naga hitam yang lainnya namun tidak.

Pertarungan dimulai dengan intensitas tinggi. Zayan, yang awalnya dalam wujud manusia, melawan dengan seluruh kekuatannya. Ia menghindari serangan-serangan mematikan dari tiga naga itu dengan kelincahan yang luar biasa, menangkis serangan-serangan mereka dengan pedang besar yang berkilauan di bawah sinar bulan. Naga merah pertama menyerang dengan cakarnya yang besar, mencoba menghancurkan Zayan dengan satu pukulan kuat. Zayan melompat ke samping, menghindari serangan itu, dan membalas dengan tebasan cepat yang melukai kaki naga tersebut.

Naga merah kedua tidak tinggal diam. Ia membuka mulutnya, mengeluarkan hembusan napas api yang membakar udara di sekitarnya. Zayan mengerahkan sihir pelindung untuk melindungi dirinya dari api, tetapi panasnya tetap terasa membakar kulitnya. Dengan gerakan cepat, ia menyerang balik, menusuk naga itu di perutnya, membuatnya mengaum kesakitan.

Naga hitam yang terakhir berubah menjadi wujud aslinya, seekor naga besar dengan sisik hitam berkilauan. Ia mengangkat Zayan dengan cakarnya dan melemparkannya ke udara. Zayan, yang masih dalam wujud manusia, berputar di udara, mencoba mengatur posisinya. Saat itu, dia memutuskan untuk berubah menjadi wujud aslinya juga.

Di langit malam yang dipenuhi bintang, Zayan berubah menjadi seekor naga hitam besar dengan sayap lebar yang menutupi bulan. Pertarungan di langit pun dimulai, dengan naga-naga yang terbang dan berkelahi dengan kekuatan penuh. Api dan petir meledak di udara, menciptakan pemandangan yang epik dan mengerikan. Zayan menggunakan napas petirnya untuk menyerang naga merah pertama, melukai sayapnya dan membuatnya jatuh ke tanah dengan suara berdebam.

Naga merah kedua berusaha menyerang Zayan dari belakang, tapi Zayan dengan cepat membalikkan tubuhnya dan menyerangnya dengan cakarnya yang kuat, merobek sisik merah naga itu dan membuatnya mengeluarkan darah berwarna merah menyala. Pertarungan semakin sengit saat naga hitam terakhir menyerang Zayan dengan napas api merah kehitaman yang lebih dahsyat. Zayan, dengan gerakan yang luar biasa cepat, menghindari serangan itu dan menyerang balik dengan kekuatan penuh.

Dua naga merah yang tersisa jatuh ke tanah, tidak mampu lagi melanjutkan pertempuran. Naga hitam terakhir, meskipun terluka parah, tetap berdiri dengan angkuh. Zayan, dengan tubuh penuh luka dan napas terengah-engah, melancarkan serangan terakhirnya. Dengan cakarnya yang kuat, ia mencengkeram leher naga hitam itu dan menundukkan nya ke tanah. Dengan satu gigitan terakhir, pertarungan berakhir.

Zayan berdiri di tengah medan pertempuran, tubuhnya penuh luka tetapi matanya masih memancarkan kegigihan. Wujud naga hitamnya terlihat berwibawa, meskipun jelas ia telah mengalami pertarungan yang sangat berat. Aku, yang menyaksikan seluruh pertarungan dari goa, merasa kagum dan terhibur. Aku menepuk tangan, memberi penghormatan kepada Zayan yang berhasil memenangkan pertarungan yang sangat epik ini.

"Pertarungan yang luar biasa," kataku sambil tersenyum.

\*

Setelah selesai bermeditasi dan merevitalisasi tubuh serta pikiran, aku melangkah keluar dari goa. Udara pagi yang segar menyapa, dan sinar matahari lembut mulai menembus dedaunan, menciptakan pemandangan yang tenang dan damai. Aku berjalan menuju tepi sungai yang jernih, tempat aku memutuskan untuk menunggu waktu kembali ke dunia nyata.

Sekitar tiga jam setelah selesai bermeditasi, aku memeriksa peringkat. Aku bisa melihat peringkat ini karena modifikasi pada formasi dunia buatan yang telah aku lakukan, memungkinkan aku mengakses informasi yang hanya dapat dilihat oleh para instruktur. Aku berada di peringkat 78, sebuah peringkat yang mengejutkannya mengingat usaha yang tidak cukup keras. Ternyata murid-murid lain sangat bersemangat, melakukan perburuan tanpa henti bahkan di malam hari untuk mendapatkan poin sebanyak mungkin.

"Sudah aku duga peringkat ku akan turun."

Sambil duduk di tepi sungai, aku menyaksikan pemandangan alam yang tenang dan mendengarkan gemericik air yang mengalir.

Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Para murid yang berhasil bertahan hidup selama tiga hari mulai kembali ke dunia nyata. Proses teleportasi dimulai, dan aku merasakan sensasi aneh saat tubuhku ditarik dari dunia buatan dan kembali ke dunia nyata. Dalam sekejap mata, aku kembali berdiri di aula akademi, bersama murid-murid lainnya.

'Aku benci teleportasi milik akademi ini.'

Aku melihat sebuah layar proyeksi besar menunjukan nama murid dan poin yang didapat. Aku berada di peringkat 88 setelah kembali ke dunia nyata. Sementara itu, Zayan, seperti yang diharapkan, berada di peringkat pertama dengan poin yang melebihi 50.000, sebuah pencapaian yang luar biasa.

1
Vemas Ardian
njirr ngelunjak 😭😭
Ibrahim Rusli
sejauh ini keren sih Thor ...lanjut 🤘🏻🤪
Dhewa Shaied
cukup menarik hanya saja ad bbrpa bab yg paragraf nya berulang
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
GM Tyrann
Kalo kalian udah mulai baca terus ada nama MC dibagain sudut pandangnya padahal seharusnya Aku. Itu kesalahan penulisan, karena udah banyak jadi malas ganti, ada banyak sih pas sudut pandang MC seharusnya pake Aku dan Kami, tapi malah pake, nama MC, Dia dan Mereka.

Kalo dari sudut pandang karakter lain nama MC, y pake nama MC. Apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!