Psikopat Gila Jatuh Cinta

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit pesanan yang Barra pesan akhir datang yaitu ice cream tanpa susu.

Sungguh mengejutkan sekali apa yang Barra pesan sungguh sangat banyak dan itu membuat Arlleta tercengang.

"Barr Lo pesan ini semua buat gue apa nggak kebanyakan" tanya Arlleta

"Nggak Lo makan aja kalau nggak habis nanti gue yang habisin" sahut Barra sambil tersenyum.

Arlleta melihat sekeliling ternyata mereka menjadi perhatian semua orang di gerai ice cream itu. Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang memandang mereka dengan marah.

"Jangan di lihatin aja di makan gue udah traktir lo jadi jangan di sia-siakan" ucap Barra.

"Hmm.. Makasih ya Barra" ucap Arlleta

Sementara di luar gerai ice cream itu Sandra sedang marah sambil memukul-mukul stir mobilnya.

"Cewek miskin itu semakin ngelunjak" ucapnya dengan marah.

"Kalau gue nggak bisa dapatin Barra maka lo juga nggak boleh" Tekadnya.

"Lihat aja gue akan kasih pelajaran buat lo cewek miskin" Lanjut Sandra dengan seringai yang menakutkan.

Setelah berusaha keras menghabiskan ice cream nyatanya Arlleta tidak kuat untuk menghabiskan semua ice cream yang di pesan Barra.

Pada akhirnya Barra lah yang menghabiskan ice cream di atas meja itu. Tapi ada satu cup Ice cream dan satu porsi wafel yang di sisakan Arlleta membuat Barra penasaran.

"Untuk apa itu, kalau kau mau bawa pulang kita bisa pesan yang baru" ucap Barra

"Tidak ini bukan untukku Barra, tapi boleh kah aku memberikan ini semua pada anak kecil yang berjualan di depan gerai ice cream ini" ucap Arlleta menunjuk anak kecil yang sedang berjualan roti dengan keranjang di tangannya.

"Boleh, berikan saja" ucap Barra

"Sekali lagi terimakasih, aku akan kesana untuk memberikan pada anak kecil itu" ucap Arlleta berbinar-binar.

'Ternyata membuatnya senang hanya dengan sesederhana itu' gumam Barra dalam hatinya, sambil menatap kepergian Arlleta yang memberikan satu cup Ice cream dan sepotong wafel pada anak kecil pedagang roti.

Setelah Arlleta memberikan semua yang ia sisakan untuk anak kecil pedagang roti, Arlleta menuju ke motor sport milik Barra dimana Barra sudah menunggunya sambil bersandar di motornya.

"Sudah" ucap Barra

"Iya sudah, ayo kita pulang" sahut Arlleta

"Baiklah, ayo naik" Ucap Barra lebih dulu naik ke motor setelahnya ia merentangkan tangan kirinya agar Arlleta lebih mudah naik motor sportnya.

Sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan apapun lagi antara Arlleta dan Barra. Arlleta sempat kaget karena Barra mengetahui jalan menuju kontrakannya padahal ia tidak pernah memberitahu alamat kontrakannya.

"Lo tahu alamat dimana gue tinggal" tanya Arlleta

"Apa yang nggak gue tahu tentang lo" sahut Barra

"Hah maksud lo" tanya Arlleta kembali.

Dan yang Arlleta dapatkan hanya keheningan dan saat Barra sudah berhenti di depan kontrakannya Arlleta di buat benar-benar kebingungan pasalnya Barra benar-benar tahu alamatnya dengan benar.

"Udah sampai lo turun dan istirahat ini udah malam besok pagi gue jemput" ucap Barra.

"Tapi Barra"

"Tidak terima penolakan, besok pagi gue jemput" Sahut Barra sambil menghidupkan motornya dan berlalu pergi.

"Cowok gila... Tapi dia baik juga ternyata" gumam Arlleta melangkah masuk ke kontrakannya.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Keesokan Harinya • \=\=\=\=\=\=\=\=

Barra benar merealisasikan rencananya ia pagi-pagi sekali sudah ada di depan kontrakan Arlleta tapi ia tidak menggunakan motor sport miliknya kali ini. Ia menggunakan mobil sport kesayangannya untuk menjemput gadis incaran hatinya.

Arlleta yang baru saja keluar dari kontrakan terkejut melihat Barra yang sudah berada di depan kontrakannya.

"Barr ini baru jam 6 pagi dan lo udah disini" tanya Arlleta.

"Karena gue tahu lo bakalan datang lebih pagi tanpa sarapan makanya gue disini" sahut Barra.

'Lo mau menghindari gue itu tidak akan terjadi' ucap Barra dalam hatinya.

'Padahal biar gue nggak bareng sama lo barr kalau begini gue akan dalam masalah' ucap Arlleta dalam hatinya.

"Ayo naik kita cari sarapan dulu" ucap Barra.

"Hmm baiklah" sahut Arlleta.

Barra mengendarai mobil dengan pelan ia mencari sarapan yang sekiranya bisa ia makan sejujurnya Barra tidak biasa makan pagi tapi demi Arlleta ia kali ini akan makan pagi.

"Mau sarapan apa baby" ucap Barra

"Eh... Nggak usah deh Barra gue bawa roti jadi gue sarapan roti aja" sahut Arlleta.

"Kalau gitu Lo harus ikut gue, masih satu jam lagi sebelum jam 7 jadi kita bisa sarapan dulu" ucap Barra sambil menambah kecepatan mobilnya.

Barra tidak membawa Arlleta ke restoran ataupun rumah makan melainkan ia membawa Arlleta ke rumah pribadinya yang terletak di tengah hutan. Sebelumnya Barra sudah mengirimkan pesan pada maid di rumahnya untuk menyiapkan sarapan dan segelas jus, tanpa sepengetahuan Arlleta.

Arlleta yang melihat sekelilingnya hanya ada pepohonan menjadi khawatir dan berpikir yang tidak-tidak menatap Barra.

"Lo mau bawa gue kemana ini" ucap Arlleta

"Lo tenang aja bentar lagi kita sampai" sahut Barra.

Saat sampai di sebuah pagar yang menjulang tinggi Arlleta baru sadar ada bangunan rumah di tengah hutan.

"Ini rumah siapa Barra" tanya Arlleta

"Ayo turun dan masuk" ucap Barra

"Lo nggak jawab gue ini rumah siapa Barra"

"Masuk aja nggak usah banyak tanya, Lo mau sarapan atau lo akan telat ke sekolah nanti"

"Hmm dasar pemaksa" ucap Arlleta mengikuti Barra masuk ke dalam rumah besar itu.

Saat masuk Arlleta baru menyadari jika rumah yang ia masuki adalah rumah Barra saat ia melihat beberapa foto Barra terpajang di ruangan tamu rumah itu.

Barra langsung menarik tangan Arlleta menuju ruang makan dan hal ini membuat Arlleta tercengang sekaligus kaget.

"Tuan muda, sarapannya sudah siap"

"Oke, kalian bisa pergi sekarang"

"Baik tuan muda"

Dua orang yang berada di ruang makan itu pergi meninggalkan Arlleta dan Barra di meja makan sudah terhidang nasi goreng, mie goreng dan beberapa topping seperti telur mata sapi, ayam goreng, telur dadar,potongan timun dan kerupuk.

"Jangan di lihatin aja, ayo mulai sarapannya" ucap Barra

"Iya.. Iya maksa banget" ucap pelan Arlleta

"Jangan sungkan makan aja apa yang lo mau anggap rumah sendiri" ucap Barra

"Lo tinggal sendirian disini" tanya Arlleta disela makanya.

"Makan dulu nanti aja tanya-jawabnya" ucap Barra.

Arlleta lagi-lagi di buat tercengang oleh sikap dan tindakan Barra, Arlleta tidak menyangka jika orang yang terlihat cuek dan bengis itu punya sisi lain yang lebih baik jika mengenalnya lebih dalam lagi. Dan benar kata pepatah tidak boleh menilai orang lain hanya melihat covernya saja.

...****************...

...****************...

...****************...