NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Pukul dua belas siang, tepat saat matahari berada di puncaknya, kami akhirnya tiba di penginapan yang akan menjadi tempat kami menginap selama study tour. Dengan langkah-langkah yang penuh semangat, seluruh kelas sebelas beserta beberapa guru pendamping memasuki area penginapan yang menawarkan panorama alam yang memukau.

Setelah meletakkan barang bawaan di kamar-kamar yang telah disediakan, kami melanjutkan perjalanan kami sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Suara tawa dan cerita-cerita gembira melengkapi suasana di sekitar kami.

Tiba saatnya untuk menikmati santapan siang di kantin penginapan. Aroma harum dari hidangan khas daerah segera menyambut dan menggoda selera makan kami. Setelah menyantap hidangan lezat tersebut, kami bersiap-siap untuk melanjutkan ke jadwal selanjutnya.

Di bawah bimbingan guru dan pemandu study tour yang ahli, kami melangkah menuju Candi Borobudur, sebuah situs bersejarah yang memukau dengan keindahan arsitektur dan makna spiritual yang mendalam. Antusiasme dan rasa ingin tahu semua orang semakin memuncak, siap untuk menjelajahi setiap sudut candi yang mempesona dan mengagumkan.

“Ada apa? Apa kamu sakit?” Tanyaku, ketika melihat Nada yang terlihat gelisah setelah tiba di penginapan.

“Tidak, aku tidak apa!” Jawab Nada. “Hanya saja, entah kenapa aku merasakan firasat buruk.”

“Apa?” Tanyaku terkejut.

“Kenapa kamu berlebihan begitu? Bukankah itu hanya firasat?” Tanya Arvin.

“Yah, kamu benar. Tapi masalahnya, semua firasat buruk Nada selalu terjadi,” jawabku dengan kegelisahan.

“Eh? Apa kamu bisa meramal atau semacamnya?” Tanya Reno dengan polosnya.

“Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu. Hanya saja, ketika aku merasakan firasat buruk, hal buruk selalu saja terjadi. Tapi, waktu, tempat, dan apa hal buruknya aku tidak tahu,” jelas Nada.

“Hmm… mungkin kamu memiliki insting dan indera yang mirip dengan hewan? Yah, jika itu benar, lebih baik kita berhati-hati! Mungkin saja firasat burukmu itu berhubungan dengan HoJ,” jelas Arvin, memberikan saran.

Kami bertiga kemudian mengangguk setuju dengan saran Arvin itu. Kami melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang mungkin terjadi selama study tour kami.

Pukul empat sore, kelas kami dan beberapa kelas lainnya telah selesai, hanya tinggal dua kelas lagi.

“Waaaahhhh, siapa dia? Dia sangat cantik,” sorak beberapa laki-laki ketika melihat seorang wanita cantik dengan beberapa pengawal mengikuti di belakangnya.

“Apa dia artis?”

“Mungkin! Dia juga membawa beberapa pengawal mengikutinya.”

“Apa aku bisa minta nomor kontaknya gak ya?”

“Haha, gila lu.”

Seketika suasananya menjadi sangat ramai. Mereka semua terpesona dengan kecantikan dan keanggunan wanita itu, membuat semua tidak bisa berhenti meliriknya.

Aku sangat ingat dengan suasana ini. Ini sama persis dengan perlakuan mereka padaku sebelum aku dan Arvin terang-terangan bersama di kelas. Yah, bukan berarti itu hal yang buruk. Malah itu hal yang bagus bagiku. Karena, mereka semua sangat menyebalkan.

Alasan mengapa mereka berhenti bersikap seperti itu padaku adalah karena ada sebuah rumor yang mengatakan, siapapun yang mengganggu Arvin akan dibunuh oleh HoJ, sama seperti yang terjadi pada Alex dan kakak kelas sebelumnya.

“Ayo pergi!” Ujar Arvin sambil membalikkan badannya.

“Eh? Ah, ya!” Ucap Reno.

“Yah, ayo pergi! Lebih baik kita tidak terlibat dengannya,” ucap Nada.

“Eh? Kenapa?” Tanyaku.

“Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin tinggi ancaman terhadapnya. Jadi, lebih baik kita menjauh darinya, apalagi aku punya firasat buruk hari ini,” jelas Nada.

“Kalau begitu, kita semakin tidak boleh membiarkannya!” Ujarku.

“Aku tahu perasaanmu, Erina! Tapi, jika kita terlibat dengannya, kita juga akan berada dalam bahaya.”

“Tapi tetap saja, aku tidak bisa membiarkannya.”

Hening sejenak, aku tetap bersikeras ingin menolong wanita itu meskipun aku tidak tahu apakah dia benar-benar dalam bahaya atau tidak. Namun, aku tetap tidak bisa membiarkannya.

“Apa yang kalian ributkan?” Tanya Arvin dengan heran. “Apapun yang kalian pilih, kita tetap akan terlibat dengannya.”

“Eh?” Ucapku dan Nada serentak.

“Apa maksudmu?” Tanyaku.

“Wanita itu adalah pemilik penginapan tempat kita menginap. Jadi, mau tidak mau kita pasti akan terlibat dengannya,” jelas Arvin. “Ayo pergi! Aku sudah lapar nih!” Tambahnya dengan santai.

“Jadi, maksud dia menyuruh kita pergi tadi… untuk mencari makan?” Tanya Reno dengan keheranan.

“Yah, seharusnya kita tahu!” Ujarku dan Nada serentak sambil menghela nafas.

Nada dan Reno kemudian mengikuti Arvin. Aku sekilas melihat ke arah wanita itu, merasa bimbang sejenak. Namun, jika kita akan terlibat dengannya nanti, maka aku akan memintanya untuk berhati-hati.

Ya, itu seharusnya sudah cukup. Untuk sesaat aku lupa diri, kalau saat ini aku tidaklah sendirian. Jika aku membuat kesalahan, maka teman-temanku juga akan terlibat dalam bahaya.

Pukul delapan malam, saat ini semua murid dan guru berkumpul di kantin penginapan yang sangat luas ini.

“Halo semuanya, saya adalah orang yang bertanggung jawab dengan penginapan ini, nama saya Isabella,” sapa wanita cantik tadi dengan ramah. “Meskipun tidak seberapa, saya harap makanannya sesuai dengan anda semua.”

“Wah, gila! Ternyata kita satu penginapan dengannya.”

“Hehehe, mungkin aku akan mencoba ngobrol dengannya.”

“Haha, apa kau gila? Apa kau tidak lihat pengawalnya tadi? Kau bisa mampus jika berani macam-macam.”

Seketika suasananya kembali heboh seperti tadi siang. Namun, setelah ditenangkan oleh guru, akhirnya semua murid kembali tenang.

Suasana penuh keceriaan dan kebahagiaan mulai terasa, karena besok adalah waktu bebas, di mana semua murid bebas melakukan apa saja bersama kelompok masing-masing asalkan tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan.

Pukul dua belas malam, tepat ketika semua orang tertidur, aku sama sekali tidak bisa tidur. Aku melihat Nada dan dua siswi lainnya masih tertidur pulas. Lalu aku bangun dari tempat tidurku, pergi keluar kamar.

“Kemana?” Tanya Nada sambil mengucek-ngucek matanya.

“Toilet!” Jawabku singkat, lalu aku membuka pintu dan berjalan keluar.

Di sepanjang lorong penginapan ini sangat gelap, karena aku tidak tahu dimana saklar lampunya, dan aku juga lupa membawa ponselku, aku hanya bisa meraba-meraba dinding.

“Apa yang kamu lakukan?” Tanya seseorang sambil membawa senter dari arah belakang.

“Eh? Ah, aku ingin ke toilet,” jawabku dengan kaget, sambil membalikkan badanku, melihat kalau ternyata itu adalah wanita tadi yang bernama Isabella.

Aku dari tadi kepikiran kapan aku bisa berbicara dengannya, tapi tidak kusangka, aku bertemu dengannya secara kebetulan seperti ini.

“Ah, jadi begitu.”

Kak Isabella kemudian berjalan sekitar lima meter ke belakang, lalu dia menekan saklar lampu. Belum genap beberapa detik, lampu-lampu lorong penginapan mulai menyala, menyorot lorong yang sebelumnya sangat gelap.

“Te-terima kasih,” ucapku.

“Sama-sama,” balasnya sambil tersenyum. “Kalau begitu, aku permisi dulu.”

“Anu… apa aku boleh bertanya?”

“Ya? Apa itu?”

“Apa kakak benar-benar penanggung jawab penginapan ini?”

“Kenapa kamu menanyakan hal itu?”

“Tidak, hanya saja, aneh rasanya melihat penanggung jawab sebuah penginapan membawa beberapa pengawal bersamanya.”

“Ah, jadi begitu,” ucapnya. “Sebenarnya aku ingin berlibur kesini dengan dalih sebagai penanggung jawab penginapan sementara. Tapi keluargaku mengatakan kalau aku harus membawa pengawal bersama. Mereka bilang untuk berjaga-jaga saja. Tapi yah, aku tidak punya pilihan lain selain menerimanya,” jelasnya sambil tersenyum.

Aku terdiam sejenak, karena kakak ini membawa pengawal dengannya, aku pikir dia sama sekali tidak punya hubungannya dengan firasat Nada. Namun, untuk berjaga-jaga, aku harus memperingatinya.

“A-anu, kak! Tolong berhati-hatilah!” Ujarku dengan penuh perhatian.

Kak Isabella terdiam, belum genap beberapa detik, dia kemudian tersenyum, berterima kasih padaku dengan tulus, lalu pergi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!