Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Empat bulan berlalu...
Kini, bayi Zahwa menjadi hiburan tersendiri untuk keluarga Arga. Dina memang memutuskan untuk tetap berada di desa.
di kota sana tidak ada yang membatunya merawat Zahwa Walaupun suaminya bisa menyewa jasa suster. Dirinya yang kurang percaya jika anaknya di rawat oleh orang asing. Memilih untuk tetap tinggal di tempat kelahirannya.
Dirinya lebih suka Zahwa di rawat bersama dengan saudara saudaranya.
Rendra seorang yatim piatu, Meskipun keluarga pamannya yaitu ayah dari Khaira mengajukan pendapat untuk ikut mengasuh Zahwa.
Dina sangat menentang keras hal tersebut. Sebab, dirinya tidak ingin terjadi sesuatu di kemudian hari. Baik itu pembahasan tentang balas budi atau segala macam hal.
Arga pulang dari kebun, dirinya memantau penimbangan kopi milik warga yang di jual kepadanya hari ini. Dan juga mengecek gudang penyimpanan stok pupuknya. Baik yang untuk di jual maupun di pakainya sendiri.
Melewati meja makan Arga melihat istrinya sedang makan. Tidak salah kah?
Sudah terpantau olehnya dua hari ini nafsu makan istrinya meningkat berkali lipat.
Barusan mereka baru saja makan siang di kebun. Sebab, Amira yang menemani mbak Susi mengirim nasi untuk para pekerja.
Dan sekarang belum sampai satu jam istrinya sudah makan lagi. Itu pun dengan porsi yang tidak bisa di bilang sedikit.
"Sudah pulang mas?" dengan mulutnya yang penuh Amira bertanya.
Arga tidak menjawab, namun menghampiri istrinya. dirinya mendelik mendapati istrinya ternyata sudah menghabiskan dua piring nasi.
"Kamu baik baik saja kan sayang?" Amira mengangguk sambil tersenyum dengan mulut penuh.
"Kenapa memang?" setelah meminum air satu gelas Amira bertanya.
"Bukannya tadi di kebun kamu juga sudah makan banyak, sekarang pun kamu sudah habis dua piring. Perut kamu tidak sakit kan makan sebanyak itu!" entah mengapa, mendengar penuturan suaminya matanya jadi berkaca kaca.
"Jadi, menurut mas aku tidak boleh makan banyak gitu, apa mas malu kalau sampai nanti Mira gendut!" merajuk lah dia.
Haaaiishhh.... Sudah salah mulut ini bicara.
"Bukan begitu sayang mas han_" tidak menunggu penjelasan suaminya.
Amira segera pergi dari sana, jangan di lupakan hentakan kakinya yang sudah macam anak kecil sedang merajuk.
Arga meraup kasar wajahnya. Istrinya benar benar di luar perkiraannya sekarang.
mbak Susi datang menghampiri Arga dan mengatakan kalau ada Rani beserta suaminya datang bertamu.
Alhamdulillah, tepat sekali. ada obat untuk meluluhkan hati istrinya. Arga segera menyuruh mbak Susi untuk menyiapkan minum untuk sahabat istrinya itu.
Dirinya mendatangi sang istri yang sedang merajuk.
Di lihatnya Amira yang sedang duduk di sofa sambil memajukan mulutnya beberapa senti. Terlihat menggemaskan bagi Arga, apalagi pipi yang sekarang gembul itu, rasanya ingin mencubit dan menciuminya.
Arga menghampiri. dan duduk di samping istrinya.
"Sayang...jangan marah lagi ya!" Amira melengos tidak mau menjawab.
"Apa kamu tidak ingin bertemu orang spesial?" Amira yang sedang cemberut langsung memutar otak berfikir
Siapa orang spesial yang di sebutkan suaminya. Lalu Arga berbisik tepat di telinga istrinya
"Ada Rani dan Abdul sayang, mereka berada di ruang tamu sekarang!" Mata Amira berbinar.
Apa? Rani?...
Dirinya sangat merindukan sahabatnya itu. Ingin menceritakan semua hal yang di alaminya selama menjadi istri Arga.
Baik susah, senang, kesal semua ingin dia ceritakan. Rani memang memutuskan untuk ikut suaminya ke kota. Walaupun mereka masih mengontrak di sana, Abdul yang tidak bisa kalau harus terus wira wiri desa ke kota. Jadi, memutuskan untuk memboyong istri beserta anaknya ke kota.
Amira berjalan cepat menuju ruang tamu. Sampai pada netranya bertemu dengan sosok Rani dirinya langsung memeluk sahabatnya itu.
Rani yang tiba tiba menerima pelukan dari Amira hanya bisa tertawa geli dengan kelakuan sahabatnya.
setelah berbasa basi menanyakan kabar dan segala macam hal. Amira juga menyempatkan menyapa Zahir dan bercengkrama sedikit dengan bocah tampan itu.
sementara Abdul dan Arga terlibat pembicaraan serius di teras depan. Mereka membicarakan niat Abdul yang meminta Arga untuk mencarikan sebidang sawah untuk di belinya.
Alhamdulillah semenjak bekerja di kantor Rendra, walaupun hanya sebagai tukang bersih bersih, dirinya bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit rupiah untuk bisa dirinya jadikan masa depan Zahir nanti.
.
.
***
Di kampus, anak bungsu bapak Sulaiman itu sedang ada kelas.
Pak lek Tomo tetap setia menunggu adik dari Arga itu. Dirinya duduk di dekat mobil Arga dengan menyeruput kopi cup yang di belinya. Menurut kaca mata pal lek Tomo mungkin Arga tidak memperbolehkan adik bungsunya untuk ngekos di kota karena si bungsu itu lain dari pada yang lain.
Lebih bar bar walau kelihatannya pendiam lebih seenaknya sendiri. Di tegur pun pasti akan melancong mulutnya kesana kemari. Tidak menjawab, hanya saja menirukan si penegur dengan meleyot leyotkan mulutnya.
setelah kelas usai, Silvi yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya di hampiri oleh para sahabatnya.
Mereka mengajak Silvi untuk menonton karena hari ini adalah hari ulang tahun Fita.
"Bagaimana ya...aku harus pulang, kalau telat nanti pasti mas Arga menghukumku!" Silvi merasa tidak enak dengan yang lain. Karena selalu menolak ajakan teman temannya.
"Ayolah Sil, sekali ini saja. Hari ini ulang tahun Fita lho!" bujuk Novi pada Silvi.
Masa sih tidak boleh lagi, inikan acara ulang tahun bukan yang untuk kita biasanya memang ingin jalan jalan. Batin Novi
"Tapi bagaimana ya...!" adduhh...pusing sudah Silvi, di lain sisi dia takut pada kakanya. Di sisi lain dia tidak enak sudah menolak ajakan temannya untuk nonton dan makan gratis karena ulang tahun Fita hari ini.
"Di mana tempatnya?" Bertanya sajalah. Nanti dirinya akan mengelabuhi pak lek Tomo.
Teman Silvi menyebut nama sebuah Mall yang terdapat bioskop di dalamnya mereka juga akan makan di sana.
Silvi mengangguk dan mengatakan akan ke sana setelah meminta ijin terlebih dahulu.
Mereka sudah janjian untuk ketemuan di mall tersebut.
.
.
Silvi sedang memantau keadaan. Di lihatnya pak lek Tomo yang masih menunggu dengan sesekali melihat ponselnya.
dan saat pak lek Tomo menunduk sibuk dengan ponsel. Silvi segera berlari menjauh dari area parkir.
Dirinya terus berlari kencang supaya terhindar dari pengawasan pak lek Tomo, sampai.
BRUK...
Silvi hampir terjatuh kalau saja pingangnya tidak di tahan oleh seseorang yang di tabrak nya.
Dirinya mendongak
DEG...
Wah...matahari saja kalah dengan glowing nya wajah om tampan ini. Siapakah gerangan!
Saat melihat ke samping
haissh...kenapa malah bertemu dengan dosen satu ini sih.
Silvi bukan lagi fokus dengan seseorang yang di tabraknya. Melainkan fokus pada seseorang di sebelahnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah dosen tua killer.
"Eekheeem..."
Pak Bakri nama dosen tua itu berdehem keras. Karena Silvi tidak mau menyingkir dan malah tetap memegangi lengan kekar pria tampan di sampingnya ini. padahal Rega nama pria tampan di sampingnya ini sudah dari tadi melepas tangannya dari pinggang Silvi.
Silvi yang masih bengong, akhirnya melepaskan tangannya yang masih bertengger di lengan kekar om tampan itu.
Pak Bakri hanya geleng geleng kepala jengah dengan tingkah anak kampusnya ini.
Tidak mau memberikan kesan buruk terhadap Rega, Pak Bakri segera menyuruh Silvi untuk pergi supaya dirinya dan juga Rega bisa melanjutkan perjalanan mereka menuju ruangan meeting kampus.
gadis itu...! Batin Rega.
dua bab untuk hari ini...🤩🤩
Jangan lupa untuk like dan komennya ya sayang...!!!🥰🥰