Akibat mengintai sang ayah yang dicurigai selingkuh, Freya justru berakhir di kamar hotel bersama seorang Pria. Namun, siapa sangka jika semua ini hanya jebakan agar Freya menerima perjodohan bisnis dari keluarganya. Lantas, bagaimanakah Freya menjalani pernikahannya, sedangkan Freya sedang memperjuangkan teman satu kampusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonya Muda Pergi, Tuan.
"Selama Mama pergi, jaga diri baik-baik ya di rumah. Kalau Alex bikin ulah, segera lapor ke Mama, oke Sayang?" ucap Bertha saat berpamitan kepada Freya. Sementara Alexander hanya tersenyum tipis mendengar ucapan ibunya.
Siluet kekuningan terbentang di cakrawala. Sang mentari bahkan belum menampakkan diri. Akan tetapi, Bertha dan Wiratama sudah bersiap pergi menuju bandara. Mereka akan pergi ke Jerman untuk liburan sekaligus menemui kerabat Bertha. Mengingat, Ibunda Bertha merupakan wanita asli dari Jerman.
"Hati-hati di jalan, Ma. Jangan terlalu lama pergi. Aku takut jika tidak ada Mama di rumah ini," ucap Freya manja.
"Jangan khawatir, Sayang. Dia tidak akan berani berulah. Percayalah," ucap Bertha seraya melirik putranya.
Setelah berbincang beberapa menit, sepasang suami istri itu akhirnya berangkat. Bertha membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya ke arah Freya. Wanita paruh baya itu tersenyum manis sebelum menutup kembali kaca mobilnya.
"Siapkan sarapan sekarang," ucap Alexander sebelum berlalu dari sisi Freya.
Tanpa banyak bicara, Freya mengekor di belakang Alexander. Mereka berjalan menuju ruang makan. Beberapa menu telah tersaji di sana. "Kamu mau sarapan apa? Mau nasi atay roti?" tanya Freya.
"Roti selai kacang," jawab Alexander.
Ekspresi ceria tak terlihat lagi dari wajah cantik Freya. Beberapa hari ini dia murung setelah melihat pesan 'Leon' di handphone Alexander. Hatinya gundah karena terus menerka sesuatu yang belum pasti. Dia terlihat menjauh dan merasa risi jika ada di dekat Alexander.
"Freya," panggil Alexander dengan tatapan tajam, "jangan melamun. Cepat sarapan!" ujar Pria tiga puluh tahun itu.
"Aku—" Freya tak melanjutkan ucapannya setelah tatapan matanya beradu pandang dengan Alexander.
"Tolong ambilkan sosis itu!" tunjuk Alexander pada piring berisi sosis panggang yang ada di dekat Freya.
"Kamu suka sosis?" tanya Freya sambil memindah piring tersebut ke dekat Alexander.
"Ya. Maka dari itu sosis panggang selalu ada saat aku makan di rumah," jawab Alexander sambil menusuk sosis tersebut dengan garpu.
Freya memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan Alexander. Dia memejamkan mata tatkala melihat suaminya itu melahap sosis. Seketika pikirannya melayang jauh entah kemana. Rasa jijik tiba-tiba hadir dalam diri. "Ya Tuhan," batin Freya seraya membuka kelopak matanya. Dia segera menghabiskan rotinya karena sudah tidak sanggup berada di sana terlalu lama dengan Alexander.
"Apa kamu juga suka pisang? Karena aku pun sering melihat pisang di meja makan ini," tanya Freya setelah menghabiskan segelas air.
"Ya. Aku suka pisang," jawab Alexander tanpa menatap Freya. "Lebih tepatnya aku suka semua buah kecuali kiwi," lanjut Alexander.
Freya tertegun setelah mendengar jawaban Alexander. Sekali lagi pikirannya tertuju pada hal-hal negatif. Dia membayangkan pria yang ada di hadapannya itu tengah bermesraan dengan sesama jenis. Seketika tubuh Freya meremang karena hal itu. Dia mengerjapkan mata beberapa kali agar tersadar dari pikiran kotor.
"Aku duluan karena ada tugas yang belum selesai," pamit Freya sebelum pergi meninggalkan ruang makan. Sementara Alexander hanya mengernyitkan kening karena sikap aneh istrinya itu.
****
Siluet jingga terbentang di cakrawala mengantar sang surya kembali ke peraduan. Burung-burung mulai berterbangan mencari sarang. Semilir angin senja menambah syahdunya suasana.
"Kita harus memenangkan proyek ini, Al," ucap Yamato saat keluar dari meeting room yang ditempati rapat bersama beberapa pengusaha besar.
"Saya juga berharap seperti itu. Minim salah satu diantara kita harus masuk ke dalam proyek kali ini, Pa," timpal Alexander dengan yakin.
"Mereka pasti memilih 'King Lion' untuk akomodasi ekspor impor produknya. Jika memilih jasa yang lain, mereka tentunya berpikir dua kali. Semoga keberuntungan ada di pihak kita." Yamato sangat yakin jika proyek besar kali ini dimenangkan oleh perusahaan besannya itu.
Alexander hanya mengembangkan senyum tipis saat menanggapi ucapan Yamato. Mereka berjalan menuju pintu keluar sambil membahas masalah pekerjaan. Sesekali Yamato mengembangkan senyum saat menanggapi ucapan menantunya.
"Oh ya, bagaimana kabar pernikahanmu? Apa Freya menyusahkanmu?" tanya Yamato.
"Hubungan kami baik-baik saja. Dia tidak pernah menyusahkan saya, Pa. Aman," jawab Alexander dengan diiringi senyum tipis. Tentu dia harus menutupi bagaimana hubungan yang sebenarnya.
"Syukurlah kalau begitu. Bimbing dia menjadi wanita dewasa. Dia sangat manja dan terkadang naif." Kedua sudut bibir Yamato tertarik ke dalam tatkala teringat bagaimana sikap putrinya selama ini.
"Tentu, Pa."
Tidak ada yang bisa Alexander lakukan selain menyanggupi permintaan Yamato. Dia sendiri tidak yakin bisa mengubah sikap dan kebiasaan Freya. Bicara dari hati ke hati saja belum pernah dia lakukan. Bahkan, hingga saat ini tak sedikitpun Alexander menyentuh Freya. Belum ada getaran di hati seperti saat dia bersama Laura dulu.
"Kamu langsung pulang?" tanya Yamato setelah berada di luar.
"Iya. Saya harus pulang karena ada beberapa berkas di rumah yang harus diperiksa. Lagipula di rumah Freya pasti kesepian karena tadi pagi papa dan mama berangkat ke Jerman," jelas Alexander.
Mertua dan menantu itu akhirnya masuk ke dalam mobil masing-masing. Alexander meminta sopir langsung pulang ke rumah utama. Sementara Bima ditugaskan kembali ke kantor untuk mengurus beberapa kendala.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mobil SUV hitam yang ditumpangi Alexander akhirnya tiba rumah utama. Pria tiga puluh tahun itu bergegas masuk dan berjalan menuju kamarnya. Dia harus memastikan keberadaan Freya sebelum Bertha bertanya nanti.
"Kemana dia?" gumam Alexander setelah berada di dalam kamar. Dia mencari ke sekeliling kamar, tetapi tidak ada tanda-tanda Freya di sana, "nomornya juga tidak aktif," gumam Alexander setelah menghubungi ponsel Freya beberapa kali.
Alexander keluar dari kamar dan berjalan menuju teras belakang, karena biasanya Freya suka menghabiskan waktu di sana. Akan tetapi, tidak ada siapapun di teras belakang. "Apa dia masih berada di kampus?" gumam Alexander saat berjalan menuju ruang gym. Kebetulan ada salah satu asisten rumah tangga yang sedang membersihkan ruangan tersebut.
"Nyonya muda tadi siang pulang, tetapi sekitar jam satu siang pergi lagi dengan membawa tas besar. Nyonya muda tidak membawa mobil," jelas asisten rumah tangga itu hingga membuat Alexander mengernyitkan kening.
Takut Freya terus barengan sama Rama dan g bisa mengawasi jarak dekat
Pasti berkesan dan g bisa di lupakan
Freya tetap jaga hati ya,,si Alex masih punya kekasih lain
tumben