NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 21

“Mereka ganggu Kiva lagi, Ayu?” Naya menggebrak meja Nalen saat dirinya baru sampai ke kelas ini. Walaupun kelas Nalen ada di 6B, tapi ia bisa belajar di kelas 6A jika situasi seperti tadi terjadi. Sebelumnya, Ayu mendatangi ruang guru. Ia melangkah ke guru kelasnya dan kelas Nalen yang sudah seperti sahabat. Ayu memegang tangan Nalen dengan erat, takut anak itu tiba-tiba lari dan kembali ke kelasnya. Ayu berdebat dengan dua guru itu hingga ia bisa membawa Nalen ke kelasnya untuk belajar bersama. Hal seperti ini sering terjadi semenjak mereka duduk di kelas 6. Totalnya Nalen sudah 80 kali belajar di kelas ini, jadi ia sudah agak akrab dengan orang-orang di kelas Ayu.

“Bukan gangguan kok, kak. Mereka cuman ngetawain aku aja,” sahut Nalen yang membuat Ayu menatapnya garang. Nalen menunduk bagai anak kelinci karena ulah temannya yang seperti singa.

Ayu mengalihkan pandangan ke Naya, Ia menatap Naya dengan tatapan penuh keseriusan. “Memang benar bukan gangguan, tapi dia diejek oleh mereka karena kami sedang berbicara tentang kau dan Calleta.”

“Memangnya kalian bicara apa?”

“Aku hanya memuji kalian. Tapi, mereka tak mungkin tertawa karena itu.” Nalen ikut masuk ke pembicaraan dua perempuan itu. Lelaki yang mirip Nobita itu kembali mendapat tatapan tak mengenakkan dari Ayu. Kini, lelaki itu tak menunduk lagi. Nalen balas melotot ke Ayu, mereka jadi saling adu tatapan. “Setidaknya mereka tidak memukulku, kak Ayu.”

“Ya, tawa kejam mereka memang lebih baik. Tapi, kalau mereka sampai memukulmu ketika ada aku, berarti mereka siap untuk mati.” Ayu mengakhiri ucapannya dengan mencubit pipi teman lelakinya. Cubitan itu membuat Nalen mengeluh kesakitan. Ia mengusap-usap pipi kanannya.

Di tengah-tengah perdebatan itu, Dharma datang ke mereka, lalu merangkul Ayu. Ayu yang risih pun menyingkirkan tangan miliknya. Ia menatap ke Dharma dengan tatapan tak suka. Dharma yang di tatap seperti itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum kaku. “Jangan terlalu memarahinya, Yu. Nalen itu lelaki, dia bisa menjaga dirinya sendiri.”

“Aku tak setuju dengan ucapanmu, Dharma.”

“Oh, ayolah … Nalen itu pemanah yang hebat. Dia bisa melayangkan anak panah ke musuhnya.”

“TANPA BUSUR! DIA HANYA ANAK KECIL LEMAH YANG BUTUH PERLINDUNGAN, DHARMA!” bentakan Ayu membuat mereka semua terdiam. Seketika, Ayu menutup mulutnya saat ia sadar dengan ucapannya. Nalen menggertakkan giginya, bangkit dari kursinya, lalu membuka pintu kelas itu dengan kasar. Semua mata pun melihat ke pintu kelas itu, mempertanyakan apa yang barusan terjadi. Ayu berniat mengejar anak kecil yang ia anggap butuh perlindungan itu. Namun, Naya mencegahnya. Ayu melihat ke belakang, menatap Naya yang sedang memegang pergelangan tangannya. Naya menggeleng.

“Lebih baik kau dinginkan kepalamu sekarang, biar aku yang kejar dia.”

Dengan berat hati Ayu menyetujui hal itu. Pilihan yang ayu pilih tidak salah. Ia tak pantas untuk mengejar Nalen saat keadaan jadi seperti ini. Jika ia yang mengejarnya, kata-kata buruk pastinya akan ia lontarkan untuk Nalen. Saat ini, Ayu hanya bisa duduk di bangkunya, menenggelamkan wajah di siku tangannya, berharap semuanya akan baik-baik saja setelah ini. Walupun, hal itu sebenarnya tak perlu dilakukan.

...###...

Suara tangis terus terdengar di ruangan putih yang berbau obat-obatan. suara itu sungguh menyiksa Naya dan penjaga uks sekolah ini. Rasanya dejavu, mereka berdua jadi teringat tentang suatu momen yang terjadi diantara keduanya.

Nalen sibuk menangis di salah satu Kasur uks ini. Sementara Naya dan sang penjaga uks, duduk dikursi kecoklatan yang ada di dalam ruangan ini. Mereka duduk berhadapan dengan meja coklat yang memisahkan mereka. Keduanya sama-sama menghela nafas.

“Sepertinya uks sekolah ini punya fungsi lain selain mengobati luka,” ucap si penjaga uks sambil melihat ke gorden yang dibaliknya ada manusia yang sedang menangis.

“Kau benar. Tempat ini cocok untuk orang-orang mengeluarkan unek-uneknya dengan cara menangis.”

“Aku benci ini.” Sang pejaga uks memijat keningnya karena pusing mendengar suara tangisan yang tak kunjung berhenti itu. Naya mengerutkan keningnya, bingung dengan perilaku penjaga yang tak terlalu tua itu.

“Waktu itu kau tidak membenciku? Kenapa sekarang jadi benci? ” Naya menggoyang-goyangkan kaki pendeknya yang tak menginjak lantai keramik uks ini.

“Aku benci situasinya, bukan orangnya,” ucap penjaga itu dengan tegas.

“Kau benci saat kau mengkhawatirkan orang lain?”

“Bisa dibilang begitu.”

“kenapa? Apa-“

“Berhenti bertanya anak kecil!” Penjaga itu memotong Naya berbicara. Ia sudah tahu apa yang akan anak kecil itu katakan selanjutnya. Makanya, ia tak mau mendengarkan kalimat itu. “Sekarang, kembalilah ke kelasmu. Biar aku yang mengurus dia seperti aku mengurusmu saat itu,” sambungnya. Dari ucapannya, terdengar nada kekesalan disana.

“Kalian berbicara apa?” kedua orang itu mengalihkan pandangannya, mereka berhenti berdebat. Nalen melihat mereka dengan mata yang sudah membengkak, saat ini ia tak bisa melihat dengan nyaman. Sosok itu mengucek-ucek mata hitamnya setelah ia menggeser gorden berwarna biru muda. Naya bangkit dari duduknya, lalu berdiri di hadapan Nalen. Sang penjaga uks sibuk dengan teh yang akan ia berikan untuk Nalen, teh itu mengeluarkan asap putih, menandakan kalau teh itu sedang dalam keadaan hangat.

“Bagaimana kondisimu?” tanya Naya yang dijawab dengan gelengan kepala.

“Tidak baik, Rasanya sakit disini.” Nalen menunjuk ke hatinya. Perkataan yang diucapkan oleh Ayu sangat membekas di hatinya. Naya memeluk tubuh Nalen yang saat ini sedang rapuh. Naya mengerti perasaan Nalen saat ini, sangat mengerti. Kakak penjaga uks itu melihat mereka dari kejauhan. Ia membeku di tempatnya dengan pikiran yang sudah kemana-mana. Ingatan masa lalu datang padanya, membuatnya teringat dengan sosok lelaki yang memeluknya saat ia sedang dalam keadaan terpuruk.

Penjaga uks itu menggelengkan kepalanya, membuatnya kembali ke kenyataan saat ini. Sosok itu melangkah ke kedua orang itu. Ia berdeham, membuat Nalen dan Naya melihat sosok itu yang sudah ada di samping kanan mereka.

Penjaga itu memberikan secangkir teh ke Nalen, lalu menyuruhnya untuk kembali ke Kasur, beristirahat sambil menenangkan dirinya disana. Suasana hening, tak ada yang berbicara di ruangan itu.

“Jangan marah pada Ayu, Kiva. Dia melakukan itu semua karena takut kamu disakiti oleh mereka,” ucap Naya memecahkan keheningan itu.

“Aku tau. Tapi, kata-katanya keterlaluan.” Nalen menghela nafasnya, teh yang ada di tangannya belum ia minum sedikitpun. “aku ingin memanah,” ucap Nalen yang membuat Naya dan si penjaga uks saling pandang.

Si penjaga uks menatap Nalen kembali, lalu berdeham. “Sayangnya, kita tak memiliki busur dan anak panah untukmu menembak. Lalu, kita tak memiliki tempat yang cocok untuk melakukannya.”

“Tenang saja, kakak penjaga. Kita tak memerlukan itu semua. Untuk menembak di situasi seperti ini, aku hanya memerlukan kertas, pena, sedotan, tusuk sate, karet…” Nalen menjeda ucapannya. Ia melihat ke dinding belakang uks, ada satu paku yang menempel disana. “Tali, gunting, dan perforator.” Nalen menatap si penjaga uks itu yang juga masih menatapnya. “Apa kakak punya semua itu?”

...###...

“Apakah benang wol bisa menjadi pengganti tali?” tanya sang penjaga uks setelah ia membongkar isi dari tasnya. Semua barang yang diminta ada dalam tas itu. Naya mengernyitkan wajahnya saat melihat sampah-sampah itu muncul disana.

“Bisa saja,” jawab Nalen yang membuat si pemilik barang-barang itu merasa lega. Untung saja penjaga itu tak perlu pergi ke kantin untuk mencari sebuah tali. Penjaga itu benci hal yang merepotkan, tapi, ia akan tetap pergi kesana jika benang wol tak akan berguna. Ia tak bisa menolak permintaan orang lain, itulah alasannya.

“Aku tidak tahu kalau kau suka mengumpulkan sampah,” ucap Naya yang dibalas tatapan sebal sang penjaga uks.

“Kau lebih baik diam saja, bocah.” Si penjaga uks berjalan menuju mereka berdua. Ia meletakkan barang- barang itu dikasur yang sedang di tempati Nalen saat ini. Nalen mengucapkan terimakasih pada penjaga itu, lalu mulai membuat sesuatu. Nalen membuat lingkaran dalam lingkaran di kertas menggunakan pena, mengkareti sedotan dan tusuk sate yang runcing, menghubungkan keduanya agar tidak terlepas. Selanjutnya, Nalen melubangi ujung kertas, Ia membuat dua lubangan di kertas itu. Langkah berikutnya, ia memasukkan benang wol ke lubang yang barusan ia buat, lalu mengikat ujungnya.

“Kakak penjaga, tolong letakkan ini disana,” pinta Nalen ketika ia sudah selesai dengan mahakaryanya. Nalen menunjuk paku yang ada di belakang dinding uks. Si penjaga uks menurut, ia meletakkan kertas yang siap di gantung itu disana.

“Seperti ini?”

“Iya, seperti itu.” Nalen melompat dari kasurnya, lalu melangkah. Saat di pertengahan langkahnya, ia melihat ke belakang. Naya masih terus memperhatikan sosok itu dengan kebingungan terlukis di wajahnya. “Kemarilah, kak. Ayo kita main.” Naya mengangguk. Ia melangkah, menyusul Nalen.

Nalen berdiri dengan jarak 3 meter dari kertas yang tergantung itu. Naya dan penjaga uks berada di samping kananya, melihat apa yang akan dilakukan oleh bocah itu dengan barang-barang yang baru ia buat. Nalen memasukkan satu karet di jempol dan telunjuknya, membuat jarak di jari telunjuk dan jempolnya. Ia membuat satu karet itu menjadi busur, sedangkan sedotannya sebagai anak panah. Nalen menarik sedotan itu seperti sedang memanah sungguhan. Ia melepaskan sedotan itu, membuatnya terbang dan menempel di pertengahan kertas yang diberi titik. Naya menatap sosok itu dengan takjub. Anak kecil yang dulunya tak bisa mengenai target, kini mengenai pertengahan target dengan busur dan anak panah sederhana buatannya.

“Bagaimana aku-“ bunyi telepon memotong ucapan Nalen. Semua netra melihat ke sumber suara itu. Sang penjaga uks bergegas ke mejanya, ia mengangkat telepon itu, berbicara dengan orang yang menghubunginya. Tidak sampai satu menit, si penjaga uks mematikan panggilannya. Ia melihat ke belakang, ke Naya dan Nalen. Sosok itu menatap mereka dengan ekspresi seperti seseorang yang sedang terburu-buru.

“aku pergi sebentar, jika ingin ke kelas, silahkan. Sampai jumpa.” Si penjaga uks melambaikan tangannya sebelum pergi. Sosok tinggi itu menghilang, membuat ruangan hening seketika. Nalen melihat ke alat panah buatannya.

“Sekarang kau tidak berguna lagi, karet dan sedotan.” Nalen melemparkan karet dan sedotannya, membuat Naya menganga karena terkejut. Nalen melihat ke Naya, seolah-olah tau isi pikiran dan aura terkejutnya. “Aku tak terlalu suka memakai busur mainan, kak.”

“Lalu, kenapa membuatnya?”

“Karena aku tak bisa mengeluarkan busurku tadi.”

Naya menelan ludahnya kasar, ia membeku di tempatnya saat Nalen mengeluarkan busur miliknya menggunakan sihir. Dugaannya benar, Nalen bukanlah pemanah biasa, tetapi pemanah yang bisa memakai sihirnya saat sedang memanah. Nalen menerbangkan anak panah sihirnya yang berwarna hitam, anak panah yang awalnya hanya satu, kini menjadi tiga. Sosok itu menggunakan sihir menggandakan, sihir yang ingin Naya pelajari. Naya dan Nalen terpisahkan oleh jarak, anak lelaki itu menaruh telunjuknya di depan bibir merahnya sambil tersenyum. “Tolong rahasiakan hal ini ya, kak.”

...###...

Ayu dan Nalen berjalan bersama untuk pulang ke rumah mereka. Nalen terus mengoceh kepada Ayu, seolah-olah tidak ada kejadian buruk di antara mereka. Ayu memilih diam, mendengarkan anak lelaki itu berbicara tentang hal-hal absurt.

“Berhentilah ber-ekting, Kiva. Tak ada siapapun sekarang.” Nalen memberhentikan ucapan absurtnya. Ia mendecak, lalu tertawa keras di jalan yang sedang mereka lalui saat ini.

“Aku mendapatkan informasi hebat kali ini, Ayu.” Sosok itu menatap ke Ayu dengan senyum yang terlalu lebar seperti psikopat. Sekarang, ia bukanlah Nalen si anak sopan yang sering dibully atau si polos yang lugu. “Naya sudah bisa mengeluarkan senjata dalam dirinya. Kau tau, Ayu, senjata itu adalah busur yang sangat cantik. Bagaimana kalau kita merebut senjata itu suatu hari nanti? itu pasti akan sangat menyenangkan, Yu.” Nalen mengakhiri ucapannya dengan tawa yang nyaring. Ia terus menggumamkan deretan hukuman yang biasanya ia berikan pada rekan yang salah di tempat kelahirannya.

“Kau menunjukkan busur norakmu di depannya?” Nalen berhenti bergumam. Ia membulatkan matanya sebal.

“Jimmy bukanlah busur yang norak!”

“Ya, ya, terserahmu. Tapi itu bagus, memberikan satu informasi agar bisa mendapatkan seribu informasi, aku suka hal itu. Sekarang, kita pasti bisa mengejutkan tuan karena informasi ini.” Ayu tersenyum, senyum yang sama seperti yang Nalen tunjukkan sebelumnya. “Mari setelah ini kita mengurung diri di lemari, berimajinasi di kotak kayu itu untuk merayakan informasi bagus ini.”

“Tentu saja, hal seperti ini harus dirayakan di lemari kayu itu.” Keduanya sama-sama tertawa. sedetik kemudian tawa itu hilang. Nalen kembali memasang ekspresi ceria, ia kembali bercerita tentang hal absurt, Ayu mendengarkan. Mereka kembali seperti sebelumnya saat aura manusia tercium kuat di hidung mereka. Orang yang mahir mengendalikan ekspresi seperti mereka, layak untuk dihindari, jika orang-orang tau tentang diri mereka yang sebenarnya.

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!