NovelToon NovelToon
Arisan Rumpi

Arisan Rumpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evichii

Ini adalah cerita tentang Lini, seorang gadis yang pergi merantau ke Jakarta dan tinggal di salah satu rumah kost. Hari-harinya dipenuhi warna ketika harus menghadapi trio emak-emak yang punya hobi ngejulidin tetangga. Naasnya salah satu anggota trio itu adalah ibu kost-nya sendiri.

Ga cuma di area kostan, ternyata gosip demi gosip juga harus dihadapi Lini di tempat kerjanya.

Layaknya arisan, ghibah dan julit akan berputar di sekitar hidup Lini. Entah di kostan atau dikerjaan. Entah itu gosip menerpa dirinya sendiri, atau teman dekatnya. Tiap hari ada aja bahan ghibah yang bikin resah. Kalau kamu mau ikut gabung ghibah sama mereka, ayok aja! Tapi tanggung sendiri resikonya, bisa-bisa nanti giliran kamu yang kena giliran di-ghibahin!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evichii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ujian Cinta Terspesial

Gue dan Bu Darti berjalan dengan tergesa di sepanjang lorong rumah sakit menuju tempat yang dimaksud Restu. Dan gue ngeliat Restu dan seorang cowok duduk di sana, di kursi tunggu sambil saling terdiam. Mereka berdua hanya menundukkan kepala dan seperti fokus dengan pikiran masing-masing. Mungkin mereka sedang khusyuk berdoa.

"Restu!"

Gue berlari mendahului Bu Darti dan langsung memeluk Restu. "Lo ga apa-apa?"

Restu mengangguk tapi gue bisa ngeliat wajah Restu tampak kusut ga seperti biasanya. Pasti udah terjadi sesuatu dengan mama!

"Gimana mama?"

Restu terdiam. Menoleh ke arah cowok yang dari tadi ada di sampingnya.

"Gue Ado, sepupu Restu.."

Gue menyambut tangan Ado untuk berjabatan tangan dan berkenalan dengannya. "Lini.."

"Kondisi Mama Risna kurang baik pas dibawa ke sini tadi. Pas Restu temuin di dapur, Mama Risna udah posisi kejang di lantai dan wajahnya udah membiru.. Kami tadi dikasih tau dokternya, kalau mama mengalami metastasis, kanker Mama Risna udah sampai ke otak.. Jadi, kondisi mama sekarang... Kritis..."

Setelah menjelaskan kondisi mama, Ado menelan ludah dan menepuk bahu Restu berulang kali, berharap ia bisa menguatkan mental sepupunya itu.

Gue melihat mata Restu yang berkaca-kaca, wajahnya memerah dan bibirnya pun bergetar seperti menahan kesedihan yang teramat sangat.

Gue memeluk Restu dan membelai rambutnya yang menyandar di pundak gue dengan lembut.

"Kita doain mama sembuh.. Mama pasti sembuh.."

Restu terisak di dalam pelukan gue dan ini pertama kalinya gue melihat Restu menangis. Hati gue juga ikutan hancur.

"Seandainya nyonya mau menuruti Mbak Renata buat pengobatan di Boston sana.." Bu Darti ikut menyeka sudut matanya yang basah.

Restu menggeleng. "Mama ga akan mau, bu.. Menurut mama, ga akan ada bedanya pengobatan di sini ataupun di sana. Mama udah terlalu pasrah dengan penyakitnya.."

Restu menunduk sedih dan meremas tangan gue. Restu sempat mengungkapkan kerinduannya pada sang papa yang udah lebih dulu pergi. Ado menepuk bahunya.

"Mama pasti membaik, kita masih punya doa.." gue menepuk tangan Restu dengan lembut walaupun gue juga ga yakin apa yang akan terjadi pada mama selanjutnya. Gue cuma bisa berpasrah yang terbaik sama Tuhan. Dan gue yakin kita semua yang menyayangi mama juga berharap hal yang sama.

Seandainya mama masih diberi ijin oleh Tuhan untuk tetap kuat bertahan, kami akan sangat berterima kasih.

Dokter yang bertanggung jawab penuh atas perawatan mama menemui Restu dan memintanya masuk ke sebuah ruangan yang terletak di ujung lorong.

Restu menatap gue, Ado dan Bu Darti bergantian. Gue memeluknya sesaat sambil berusaha memberinya semangat untuk tetap tegar apapun yang terjadi. Restu mengangguk dengan ekspresi wajah cemas dan sedih yang ga bisa ditutupinya.

Dengan langkah gontai, Restu mengikuti dokter yang bernama Rendy itu dan kami bertiga menunggu di luar dengan perasaan yang ga karuan.

"Dua minggu lagi atau mungkin bisa lebih cepat, Kak Rena melahirkan.." Ado membuka suara, memecah keheningan di antara kita yang menunggu kabar selanjutnya dari Restu dengan rasa cemas.

"Ha? Serius?" gue menutup mulut dengan kedua tangan saking terkejutnya.

"Apa Kak Rena tau, kondisi mama?"

Ado menggeleng. "Tau! Tapi dia ga tau kalo mama udah separah ini.. Mama yang larang kita kasih tau Kak Rena, karena mama ga mau calon cucu pertamanya ikut ngerasain kesedihan yang dirasain sang ibu.."

Gue menatap Bu Darti yang terisak semakin pilu. Ia pasti sangat terpukul, lebih daripada gue. Bu Darti sudah setia pada keluarga Restu selama hampir 35 tahun. Sejak mama belum menikah, Bu Darti sudah bekerja di rumah keluarga mama Restu yang dulu tinggal di Bandung.

"Gue harap, mama Risna bisa kuat bertahan dan ketemu cucu pertamanya..." ucapan Ado tercekat dan terhenti di tenggorokan. Matanya juga tampak berkaca-kaca.

"Lo juga sayang banget sama mama ya..."

Gue menatap Ado dan melihat kesedihan di wajahnya semakin jelas.

Ado mengangguk, dan air matanya malah ikut menetes keluar.

"Mama Risna udah seperti mama gue sendiri. Sejak orang tua gue meninggal karena kecelakaan pesawat, Mama Risna yang menghidupi gue.. Nyekolahin gue.. Bahkan sampe abang gue sukses sekarang dan pindah ke Jepang, Mama Risna masih selalu nganggep kami anak kecil... Rumah Mama dulu selalu rame karena kami berempat tumbuh besar sama-sama. Bang Farel, gue, Restu dan Kak Rena.."

Ado menghentikan ucapannya ketika terdengar suara ponselnya berbunyi. Dia meminta ijin ke gue untuk menjawab panggilan itu. Gue mengangguk sopan.

Sepertinya itu telfon dari Bang Farel, abangnya Ado yang mungkin saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke Indonesia bersama istri dan anak-anaknya.

Ado ga kuasa menahan tangisnya pecah ketika berbicara dengan Bang Farel di telfon. Melihatnya, malah semakin bikin hati gue tambah sedih dan khawatir. Apa bener mama udah ga punya harapan sama sekali?

***

Hampir setengah jam lamanya kita menunggu, akhirnya Restu keluar dari ruangan dokter Rendy. Dari ekspresi wajah Restu, gue udah ngerasa kalau kondisi mama saat ini belum menemukan titik terang akan segera membaik.

"Gue tadi tandatangan persetujuan operasi.. Operasi otak.. mama..." ucapan Restu terhenti. "Gue ga punya pilihan..."

Ado memeluk Restu dan meyakinkan kalau keputusan yang Restu ambil adalah keputusan tepat untuk saat ini.

"Kita mau kabarin Kak Rena?" tanya Ado ragu-ragu.

"Sepertinya jangan.. Kak Rena bisa down.. Ga baik untuk bayinya.."

Restu menatap gue dengan lembut. Matanya masih tampak basah.

"Makasih udah dateng ke sini, walaupun gue tau lu pasti lelah dengan semua kejadian yang udah menimpa lo seharian ini.. Gue ngerasa sedikit lebih baik setelah liat lo, Lin.."

Gue cuma bisa tersenyum dan mengangguk sambil mencoba untuk tidak menangis lagi di depan Restu.

"Kita ga bisa nunggu di sini.. Ternyata mama ga boleh dijenguk atau ditungguin di dalem, kita pulang aja.. Kita pamit dulu sama mama.."

Restu memeluk pinggang gue sepanjang perjalanan menuju ruang isolasi imunitas menurun, tempat mama kini sedang berbaring masih tak sadarkan diri.

Hanya dari jendela kaca yang besar, kami bisa melihat mama terbaring lemah dengan tubuh yang dipasang berbagai peralatan medis.

"Mama..." ujar gue lirih sambil menyentuh kaca jendela yang menghalangi kami dengan mama, gue ga bisa kalo ga nangis lagi.

Mama yang ada di dalam ingatan gue adalah mama yang selalu tersenyum ceria, mama yang anggun dan selalu fresh tampil dengan cantik.

Gue masih ga percaya, kalau wanita yang terbaring dengan wajah pucat dan tubuh lemah itu adalah mama. Mama yang kemaren sempet masakin gue berbagai macam lauk terlezat dan sekarang lauk-lauk itu masih tersimpan rapi di kulkas kostan, sengaja gue tinggal biar temen-temen kostan gue besok bisa ikut ngerasain juga.

Gue foto mama dengan perasaan yang hancur sejadi-jadinya. Lalu gue kirimkan foto itu ke grup WA kostan.

"Temen-temen.. Siapapun yang masih belum tidur atau kebangun, tolong doain nyokapnya Restu.. Gue percaya, semakin banyak doa.. Operasi mama Restu besok bisa berjalan dengan lancar dan kondisi mama Restu bisa segera membaik.."

Gue menitikkan air mata. Dan seketika saat itu juga gue merindukan ambu. Gue berjanji, setelah kondisi mama membaik dan semua kesulitan ini terlewati, gue akan pulang ke Bandung.. Gue kangen ambu!

"Besok pagi-pagi banget, gue ke sini lagi.. Gue harap bisa ngobrol dulu sama mama sebelum operasi besok.. Do, gue titip resto.."

Ado mengangguk cepat. "Tenang, Mas.. Lo fokus aja sama mama.."

"Lin, besok pulang kerja sama Pak Andi ya? Kayaknya gue ga bisa jemput.. Maaf..."

Gue menatap Restu dengan tulus dan meyakinkan kalau gue ga apa-apa. Gue bisa sendiri. Dan gue ga perlu dijemput Pak Andi.

Restu menatap gue dengan sedih dan gue membalas menatapnya dengan tersenyum lembut.

"Makasih Restu.. Makasih untuk tetep mengkhawatirkan gue walaupun gue tau, lo juga lagi ga baik-baik aja.. Kita bisa ngelewatin ini sama-sama.. Tetep di sini sama gue. Gue.. Lini sayang Restu!"

Gue ga tau apa rencana Tuhan buat kehidupan gue ke depannya. Sejak sekarang, gue hanya minta satu hal dalam perjalanan kehidupan cinta gue sebagai seorang Liniasari Pratiwi yang baru aja gue mulai di usia yang sekarang. Gue ingin tetap menjadi seseorang yang berharga yang bisa ada di samping Restu sampai di masa tua kami nanti.

Gue harap, jalan cinta gue dan Restu berjalan mulus di tengah semua ujian yang datang di awal kisah yang baru aja kami mulai. Gue harap, gue bisa membahagiakan Restu dan juga sebaliknya. Semoga semesta kami yang sedang berduka malam ini mendengar dan Tuhan mengabulkannya.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Restu terus menggenggam tangan gue sampai akhirnya dia tertidur menyender di bahu gue. Gue membiarkan semua moment itu berlalu menembus gelapnya malam ini. Sekali lagi, gue cuma bisa berpasrah.

Pasrah dengan rasa lelah dan sedih yang masih terus berpihak pada kisah gue. Ga apa-apa, gue masih kuat.

Sekali lagi, gue usap dengan lembut wajah Restu yang terlelap dalam dekapan.

"Selamat tidur, Restu.. Semua akan membaik besok.."

***

1
Los Dol TV
jos..
gandos
Los Dol TV
Kebahagiaan ternyata mudah ya....
Los Dol TV
sabar
La Rue
wah semakin penasaran jangan² Aldi kerjasama sm Mbak Silvi balas dendam sama Abdan
Los Dol TV
keren
Evichii: Tengkyuuu...
Tungguin kita mau berkunjung ke Rindu Gugat yaaahhh.. :)
total 1 replies
Los Dol TV
kutunggu deh kunjungannya di karyaku Rindu Gugat
Evichii: Otewe baca...
total 1 replies
Los Dol TV
keren mbangets
Los Dol TV
Indah elok asyik
Los Dol TV
aalam untuk restu... Thor
Los Dol TV
Bu Sei nya gimana sih, Thor...
Los Dol TV
makin lama makin keren, aku ikuti dah...
Los Dol TV
Kejutannya aku nemuin karya ini malam, Thor.... semangat ya
Los Dol TV
Judulnya asyik, kebingungan yang membingungkan... keren. Thor
La Rue
Lin,kenapa hidupmu rumit banget
Los Dol TV
good
Evichii: Thank you 🤗 Happy reading..
total 1 replies
Evichii
/Sob//Sob//Sob/
La Rue
Ya ampun kasihannya Lin, kenapa takdir baik belum memihak padamu 😢
Evichii: Lini lagi dapet ujian bertubi-tubi nih.. doain terus Lini ya kak 🙃
Evichii: /Sob/ sabar ya kak.. temenin terus Lini menghadapi ini 🥲
total 2 replies
La Rue
kasihan Lin 😢
La Rue
duh masih diaduk² ni perasaan sm penulis 🫣
mous
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!