Novel bertema Percintaan Manis
Rina Arumi Yasmin berstatus mahasiswa semester akhir telah menyabet sabuk hitam dalam seni bela diri. Berjumpa dengan laki-laki misterius yang ternyata menurut Rina adalah malaikat pelindungnya. Akankah ia berjodoh dengan malaikat pelindungnya?
Semoga reader senang dan termotivasi setelah membaca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuk_Rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serigala berbulu domba
Ikatan baru terlaksana
Hati bagai bertaburan bunga-bunga
Seperti tak mau ditinggal pergi
Yang diingin berdua bagai ditali
suara bel kamar berbunyi.
Tring..tring…
(Kakanda ini cepat sekali kembalinya) pikir Rina
Rina yang hendak ke kamar mandi menunda niatnya
Ia tersenyum bahagia, mengira di luar Yuda yang kembali lagi setelah pamit menemui pegawainya di kebun the
Ia berjalan cepat menuju pintu.
Kretekkkk…..pintu terbuka.
“Assalamualaikum calon ibu sultan, apa kabar?”laki-laki itu berdiri di antara patung depan pintu yang tujuannya tidak hanya hiasan. Tapi ditujukan agar manusia yang akan berbuat jahat mengurungkan niatnya, manusia hendaknya berintropeksi diri dan berusaha untuk selalu berbuat baik.
Dan semoga manusia yang menemui Rina mau berbuat baik pula.
“Waalaikumsalam, kamu Bang Beni?” Beni sedikit berubah penampilan sejak bekerja ia lebih klimis, berisi dan berkumis tipis, Rani sedikit pangling karenanya
“Ah ternyata Rani masih ingat siapa aku” Beni merasa senang
“Bagaimana Bang Beni tahu aku di sini?” Mengerutkan dahinya curiga
“Kebetulan aku kerja di sini, tadi saat mengantar tamu aku melihat mu. Aku kira aku salah lihat, ternyata ini beneran Rina” Beni meyakinkan Rina
“Lalu ada perlu apa dengan ku?” Bak detektif mengintrogasi.
“Jangan berprasangka dulu, boleh aku masuk?”
“Maaf yang bang Beni, aku tidak bisa mempersilahkan mu masuk ke sini sebab aku sendirian.” Rani menolak membawa Beni masuk ke dalam villa
“Baik jika itu maumu. Kita duduk di luar bagaimana, ada kursi di luar”
“Apakah bang Beni akan lama sehingga perlu untuk duduk?” Rina memasang muka jutek sebab mengingat kejadian masa lalu. Beni telah melakukan pelecehan padanya
“Aku kesini untuk menyampaikan permintaan maaf atas dosa yang pernah ku lakukan dulu” Beni menyampaikan alasannya
“Aku mohon beri kesempatan untuk berbicara”
Rina hanya bersidekap melihat dan mendengar Beni memulai pantunnya.
Bulan bersinar terang, bintang berkelipan
Pungguk menangis, rindukan teman
Andai tingkahku bersinggungan
Aku memohon maaf semoga berkenan
Rina cantik pakai kemeja
Dengan kerudung semakin manis
Rina jangan marah lagi ya
Nanti buat abang Beni menangis
Cetak bolu ke dalam loyang
Jangan lupa diberi ragi
Maafkan aku ya sayang
Maukah kamu berteman lagi?
Burung elang terbang melayang
Patah sayap tak patah arang
Harapku ke sini menutup lubang
memaafkan kesalahanku Rina tercinta
Rina yang melihat dan mendengar Beni berpantun ria membuat sedikit hilang rasa jengkel akibat peristiwa masa lalu
(Ada hiburan gratis ini) pikir Rina
“Bang Beni kenapa jadi mode komedian begini?”
“Karena aku memang telah membuat kesalahan besar padamu Rin, bahkan jika kamu ingin menghukumku aku tak akan menolak”
.
.
Saat mereka ngobrol, tetap dalam posisi berdiri di depan pintu ternyata Yuda telah kembali dari pertemuannya dengan pegawai.
“Siapa Rin?” Yuda tak tahu sebab Beni membelakangi
“Kakanda sudah kembali? Ini bang Beni kakanda
“Beni teman semasa kuliah?” sedikit menaikkan nada suara. (Ini orang memakai seragam pekerja vila, bagaimana aku bisa mempekerjakan orang seperti dia) batin Yuda
Beni membalik badannya menghadap Yuda kemudian berkata
“Maaf pak Yuda, saya ke sini bermaksud meminta maaf atas kesalahan yang telah lalu kepada Rina”
“Jangan mendekati Rina, Rina akan menjadi nyonya Yuda”
"Jika kamu sayang dengan pekejaanmu di sini, jauhi Rina." perintah dan peringatan Yuda
“Baik pak” mulai beranjak pergi
“Sebelum bang Beni beranjak, Rina mau mengatakan sesuatu”
“Jika yang dikatakan bang Beni atas permintaan maaf tadi serius ikhlas dari dalam hati maka Rina pun akan memaafkan Bang Beni. Namun jika itu akal-akalan Bang Beni hanya untuk mendekatiku, maka akupun tidak ikhlas memaafkan. Dan Apabila itu yang terjadi, Tuhan yang akan meminjamkan tangannya guna menghukum”
“Terimakasih Rin, senang bisa bertemu lagi denganmu. Permisi pak Yuda” Beni memilih undur diri dari mereka berdua.
“Ayo masuk” Ajak Yuda
“Kakanda ikut masuk?”
“Iya apa mau aku pergi lagi?”
“Tidak, tapi kita…?”
“Kita apa? Aku kan punya kamar sendiri, di sebelah kamarmu. Aku juga ingin merasakan segar nya air untuk mandi, dindaku sayang.” Sambil mengusap kepala Rina yang tertutup hijab
“hehe iya, akupun belum mandi sebab ada bang Beni tadi. Ayo masuk kakanda”
“Gimana seandainya kita mandi bersama?”
“Nih….rasakan jurus semut!”
“Ah..ah..ah ampun…sakittt dinda….” Yuda menggeliat karena sakit di cubit pinggangnya
“Apa salahku, kan benar kita mandi bersama tapi di tempat berbeda, kamu mandi di kamar mandi kamarmu, akupun mandi di kamar mandi kamarku.” Yuda manyampaikan argumennya
“Uft dasar pria modus..!”
“Cieh..cieh…yang dimodusin senyum…senyum!”
“Jurus lagi nih!”
“Hahahaha tidakkkk..” Yuda segera berjalan menuju kamarnya.
Beberapa langkah ia berbalik kembali dan berkata “Dinda…nanti kita keluar ya, temani aku menikmati pemandangan malam hari di sini!” Yuda merasa bahagia sebab hatinya sudah terisi nama Rina
“Baik kakanda” Rina berlagak menundukkan badan sambil memegang dan melebarkan roknya layaknya maid mengiyakan titah pangerannya ditambah senyum termanis ia berikan
.
.
Sementara di lain tempat.
Beni duduk di kursi resepsionisnya. Ia kemudian berkata dalam hati
(Uft beruntung pak Yuda tidak memarahiku sebab menemui Rina)
(Rina sudah bersimpati padaku, aku yakin dia sudah memaafkan aku. Aku harus baik di hadapan mereka)
Dari arah belakang muncul Seril, teman perempuan resepsionis “Eh Ben, ngapain bengong?” menepuk punggung Beni
“Tidak apa, hanya sedang senang ketemu pujaan ku.” Beni berucap
“Kamu sudah punya kekasih?” Seril sedikit syok, sebab sebenarnya ia menaruh hati pada Beni
“Iya aku berencana punya kekasih. Dia milikku, bukan milik orang lain” pandangan mata menerawang
“Dari nada bicara mu aneh. Jangan berniat buruk untuk masa depan. Atau kamu memang masih ingin main-main?” selidik Seril
“Tidak aku tidak main-main. Aku serius dia akan menjadi milikku, dan selalu milikku!” tergambar mata Beni menyala rasa kepemilikan
“Apa aku tahu cewek yang kamu maksud? Apa ia teman kita sama-sama bekerja di sini?” selidik Seril ingin mengetahui perempuan yang ada dalam hati Beni
“Tidak, kamu tidak kenal. Dia teman kuliah dulu, lebih khususnya adek tingkatku.” Jelas Beni kemudian
“Padahal ada yang suka sama kamu di sini” Rina mengucapkannya sambil sedikit menundukkan kepalanya. Mendung awan hitam mulai menyelimuti hatinya.
“Hemm siapa?” Beni menjawab
“Kamu tertarik mengetahuinya?” Secercah harapan agar Beni tertarik
Karena Beni hanya fokus pada Rina ia tidak bisa menangkap sinyal bahwa Seril menaruh hati untuknya
“Tidak tertarik sama sekali” kembali mendung awan hitam menyelimuti
“Kita lihat nanti” Seril bertekad akan memenangkan hati Beni, dia juga tak mau kalah. Beni selalu di dekat Seril karena mereka sama-sama di bagian resepsionis. Beni sering membantu Seril sehingga Seril diam-diam menaruh hati untuk Beni
Kembali Beni membara dalam hati
(Rina, jika kamu tidak menjadi milikku, maka jangan harap kamu menjadi milik orang lain. Malam itu aku gagal memilikimu. Namun tidak akan gagal untuk kedua kalinya. Aku akan menyusun rencana serapi mungkin. Tunggu aku Rina sayang.)
🥰🥰🥰
apakah readers pnya besti juga? outhor ingatkan yg saling ya
malaikat kah?
yg jelas malaikat yg bs dilihat dg mata, hnya saja bulannya blm dbantu matahari shingga wajahnya tampak samar
smoga d novel ke dua bisa tuntas.
semangatttttt!
readers yg baik, semoga sukaaa😘