Jodoh Sempurna

Jodoh Sempurna

Ngegelinding

"Bang bed, ni pertama kali aku ikut acara alam gini! Sepertinya seru!" Ungkap Rina pada Bedy kakak seniornya di Unit Kegiatan Mahasiswa.

Sepoi sepoi angin mengibaskan rambut yang terurai menjadikan semrawut menambah ke ogahan Bedy pada sosok Rani. Bedy ogah jauh jauh dari Rani. Pesona alami nya mengalahkan gambar produk rokok kretek alami. (Ada yang tahu, gambar di rokok kretek alami? Coba deh langsung cek mbah serba tahu. Pasti jawabannya gak ada nyambung nyambungnya. #garing.com).

Maklum naik angkot yang duduk nya hadap hadapan dengan pintu angkot yang terbuka, jadi rambut berkibar laksana kibaran bendera.

"Nanti tambah seru lagi Rin" Timpal Bedy dengan tatapan penuh damba. Sorot mata mengharap gadis di depannya mau menanggapinya.

Bukan Rani tak tahu gelagat Bedy. Meski terbilang mahasiswa semester baru, Rani tidak lah lugu soal perasaan. Bedy memang laki-laki yang good looking, ramah hanya saja Rani merasa tak ada chemistry, Rani merasa ada sesuatu yang Bedy sembunyikan. Sehingga kemudian Rani memilih bersikap cuek dan menganggap Bedy hanya keluarga nya di UKM.

...Jreng... Ah su lama suka dia...

...De yang manis pipi congka...

...Melele maley mamayo...

...Sa ni malo...malo...

Dodo Mar Edo memainkan intro pada gitar yang dari tadi di peluknya. Dodo ternyata mengamati insan yang mendamba gadis pesona alami.

Trak.. Tak.. Tak..Tak..Tak…

”lanjuttt bro.. " Seru Evan memukul pantat galon tanpa sedikitpun malu pada pemiliknya

Jreng....

...Ah su lama suka dia...

...De yang manis pipi congka...

...Malele maley mama yo...

...Sa ni malo malo...

...Pandangan pertama sa su dapa lia...

...Mo aja kenalan karna ada suka...

...Ternyata ko nama tania...

...Nia nia o....

...Apakah bisa sa jadi ko punya lewa...

...Ade tania jang buat kaka kecewa...

...Oh my darling ah buat salting kaka suka ko...

...Ade tania ko sapa punya...

...Ko buat kaka hati bebunga bunga...

...Suka ko...

...Sa suka ko...

...Like ose...

...Dapat ka sei...

...Dari awal kaka sudah tara rose...

...Orang lain tra penting...

...Tahan hati yang genting...

...Cukardeleng ini sapa punya anak yang paling ei...

...Buka gula bukan madu...

...Dia sapa tu...

...Yang begini bawa pulang jadi maitu...

...Tuhan sudah ju mengalah kali kiada pigi ka...

...Ade tania...

...Ai sa mo bilang...

...Kalo sa pu ko su tilang...

...Ai mama we...

...Nana nima ee...

Duet Dodo Mar Edo pada gitar dan Evan pada pantat galon mineral membuat rombongan yang beranggotakan 10 orang mahasiswa fieldtrip ke kebun teh sukses menyemarakkan suasana. Pun demikian dengan Rani, ia bertepuk tangan menikmati pertunjukan.

Ditambah trekking melewati lereng-lereng berundak yang tertutup permadani hijau hingga menikmati panorama puncak gunung tinggi menjadi suguhan menawan ketika mengunjungi Kebun Teh.

Rombongan pun turun dari angkot.

"Ayo periksa seluruh barang bawaan, jangan sampai ada yang tertinggal." Seru cowok tampan dengan garis dagu tegas ditambah rambut gondrong dikuncir, si Adi koordinator kegiatan.

“Bang Adi.. Ini bagaimana nasib galon?”

“Van, itu nanti kita isi air ulang sebelum naik!”

“Siap pokoknya bang!” manggul galon santai menuju basecamp

Klunthang..klunthang... Suara wajan, panci kecil, spatula, pisau dan kawan-kawannya tercantol rapi di pinggang Ical beradu saat ia berjalan. Ditambah kacamata hitam bertengger di hidung tak seberapa miliknya, menurut Ical super keren memikat hati para gadis.

“Behhhh…kenapa gak dimasukin backpack aja bro..! punya muka juga bawa gituan depan cewek-cewek!” Adi geleng-geleng punya anak buah super cuek.

“Kita beda strategi bang, ini cara ku memikat kutilang betina” membenahi kacamata hitam yang hampir terjatuh karena tidak ada tahanannya dihidung.

“Rani, nanti jalan bareng aku saja ya, jangan jauh-jauh.” Bedy mensejajarkan diri dengan Rani saat berjalan.

“Jalan dengan siapa saja aman Bang Bedy, kita kan sudah seperti keluarga.” Rani cuek berjalan sambil membenahi rambut yang tersibak angin, mengumpulkan menjadi satu di atas kepala kemudian diikatnya dengan tali rambut.

Terlihat jelas leher jenjang nan bersih miliknya membuat jiwa kesepian Bedy membuncah.

“Kamu harus jadi milikku Rani!” Bedy bersuara dalam hati

Semua anggota rombongan telah berkumpul di basecamp.

“Teman-teman kita bukan anak pecinta alam, kita adalah seniman, lebih tepatnya seni bela diri. Tujuan kita adalah ingin menyejukkan pikiran. Barang bawaan kita juga tidak lengkap dan sekuat ei*er. Yang penting kita happy di tempat ini. Nah setelah ini kita akan naik ke atas bukit. Kita menginap satu malam di atas, besok pagi baru kembali ke kampus. Jaga kebersihan, jaga mulut jangan berkata kasar dan kotor, dan tetap bersama rombongan!” pesan Adi

“Siap Bang Adi…!” jawab rombongan kompak

Trekking di antara hamparan tanaman teh, rombongan mahasiswa berjalan untuk mencapai puncak bukit. Tanjakan panjang berupa undakan tanah dan bambu yang cukup membuat ngos-ngosan saking tingginya. Jalanan yang terus menanjak menjadikan langkah semakin berat.

“Ketiban sial Do!”sambil manggul galon Evan berjalan di depan Dodo beberapa langkah

“Nanti gantian Van!” Dodo Mar Edo tidak tega dengan Evan yang bertugas membawa galon sudah terisi penuh air.

Sementara akses jalan semakin menanjak. Langkah Evan melambat dan berat.

“Ok hitung langkah bro, 30 langkah ganti!” teriak Evan depan Dodo.

“Siap Bro! sambil berjalan naik menyusul Evan.

“25...26…27…!

Ngosh…ngosh…ngosh…suara nafas Evan tersengal-sengal.

"Sini ganti aku…!" Dodo menggantikan Evan memanggul galon

Dari bawah Rani dan Tika melihat dua temannya di atas tampak kesusahan

“Mas Bedy coba bantu Evan dan Dodo, lihat mereka kecapekan dan kesulitan itu! Mereka bawa air galon juga untuk kepentingan kita!”

“ Iya Ran, aku tinggal kamu ya…!” Bedy mempercepat langkah maksud hati membantu Dodo yang sekarang memanggul galon

“Dih…segitunya, emangnya Rani masih bocah apa! Ran, bang Bedy padamu sepertinya!”

“Sudahlah Tik, haissshhh big No!”

.

"Do…aku bantu!!" teriak Bedy mempercepat langkah menyusul Dodo

Dodo menoleh ke belakang bermaksud menanggapi panggilan Bedy namun naas ia kehilangan keseimbangan. Dalam hitungan detik Dodo jatuh beserta galon yang dipanggulnya menggelinding dari atas berputar-putar ke bawah melewati Evan yang dengan mulut menganga melihat Dodo dan galon melintas begitu saja.

Dodo berhenti disekian putaran. Sedangkan galon terus menggelinding melewati Bedy yang berada beberapa langkah di belakang Evan.

Bedy pun diam tanpa mencoba menghentikan galon.

Rani yang dengan sigap berlari mendekati galon kemudian menghentikan galon dengan kaki terkuatnya.

“Hore….!” Ketiga laki-laki yang tadinya bengong serentak teriak dan bertepuk tangan layaknya mendapat undian berhadiah berjuta-juta

.

.

Ada sepasang mata melihat dari kejauhan. Desir hati berbeda dari biasanya. Mata tajamnya menelisik siapa gadis yang tampak dari kejauhan. Kenapa jantungnya berdetak cepat saat melihatnya.

Kali ini ia sedang inspeksi buruh petik teh.

“Mas ningali sinten?” sapa salah satu buruh petik mengagetkannya

(Mas lihat siapa?)

“Hah, niku bu. Meniko kados rencang! Dalihnya

(Hah itu bu. Sepertinya teman)

“Monggo bu, kulo tingali riyen!”

(Permisi bu saya lihat dulu)

“Nggih monggo!”

(Iya silahkan)

Terpopuler

Comments

Wah Yudi

Wah Yudi

thor asli Jawa mn?

2024-04-28

0

yuk_Rini

yuk_Rini

karya novel ke dua, yang pertama gagal jalan. semoga ada wktu u meneruskan.

smoga d novel ke dua bisa tuntas.
semangatttttt!

readers yg baik, semoga sukaaa😘

2024-04-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!