Menjadi wanita simpanan pria beristri, bukalah pilihan hidup bagi Vivian. namun dia bisa apa? cuma ini jalan satu-satunya agar bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat, demi kesembuhan sang ibu tercinta.
"Oke, Viv. selama kamu menjadi wanita simpananku, kamu dilarang untuk jatuh cinta apalagi hamil. jika kamu melanggar kesepakatan kita, maka kamu harus pergi tanpa mendapatkan apa-apa dariku, karena cuma istri sahku yang berhak untuk melahirkan calon penerus Davison."
"Oke, aku terima dengan senang hati syarat darimu, tuan." Viv tersenyum merasa syarat yang diberikan cukup mudah.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh dihati mereka. meskipun tidak terucap namun David berusaha untuk terus melindungi Viv, dari niat jahat ibu tirinya yang ingin menguasai harta warisan atas nama Viv.
Bahkan karena kecerobohannya, Viv hamil dan jatuh cinta pada Dav, hingga melanggar kesepakatan.
Bagaimanakah kisah cinta mereka selanjutnya? apakah Viv pergi tanpa membawa apa-apa atau sebaliknya?"😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkapkan kebenaran
Satu bulan berlalu, kondisi Vivi masih belum menunjukkan kemajuan. meskipun begitu Edward dan Sinta sepakat tetap merahasiakan keberadaan Vivi, dengan alasan demi keselamatannya.
"Dimana aku?"
Edward dan Sinta terlonjak kaget, begitu Viv tiba-tiba membuka mata. lalu menanyakan keberadaanya dengan tatap mata kosong.
"Syukurlah Viv, akhirnya kamu sadar dari koma." ucap Sinta bahagia, begitu juga dengan Edward.
"Aduuuh kepalaku!" Vivi memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan, beberapa kejadian tragis yang menimpanya kembali berputar sehingga dia merasa sakit yang teramat sangat.
"Sakit, aku tidak tahan lagi."
"Sinta, cepat panggilkan dokter."
"I... iya."
Tidak lama dokter yang menangani penyakit Vivi segara datang, memeriksa kondisi gadis itu, lalu memberikan suntikan. Hingga Vivi kembali tenang.
"Bagaimana, kondisi sepupu saya dok?"
"Dia baru sadar, sebaiknya biarkan dia istirahat dulu. trauma yang mendalam masih membekas di memori ingatannya, sehingga dia gampang sekali marah, merasa kesakitan dan ketakutan." terang dokter sambil menuliskan beberapa resep obat yang harus ditebus.
"Apa itu bisa disembuhkan dokter?"
"Bisa, seiring berjalan waktu dia akan kembali seperti semula. Terutama dalam situasi dan kondisi yang tenang, akan sangat membantu mempercepat proses penyembuhannya."
"Terimakasih dok."
Dari hari ke hari, kondisi Vivi sudah menunjukkan perubahan. Bahkan dia sudah diperbolehkan untuk kembali pulang kekediaman Edward. Viv sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Sinta yang juga sudah membantu merawatnya dengan telaten.
"Viv, kamu itu terlalu polos dan lugu. Sehingga tidak bisa membedakan mana orang yang benar-benar tulus menyayangi atau sekedar ingin memanfaatkan kebaikanmu saja. Untuk itu mulai sekarang berhati-hatilah." ucap Edward yang ingin menceritakan seluruh kejadian setelah kondisi kesehatan Viv semakin membaik.
Meskipun semula Viv sempat histeris begitu mengetahui jika ibunya ikut meninggal karena tidak sanggup menanggung beban. berkat bujukan Edward dan Sinta, Vivi akhirnya bisa menerima kenyataan meskipun berat baginya namun dia harus ikhlas.
"Kak Edward, meskipun sebelumnya diantara kita tidak saling mengenal dan dekat. Tapi kakak sudah begitu baik bersedia menolongku."
"Tentu saja aku peduli padamu, apa kamu melupakan jika kita adalah sepupu dan aku masih dari garis keturunan Bramantyo. Bahkan sebelum meninggal Om Bram sudah menitipkan dirimu dan Anabel padaku, jadi jangan pernah merasa sungkan ataupun sendirian dalam menghadapi permasalahan ini lagi." bujuk Edward tulus.
"Aku dan adikku Anabel, selama ini memang tidak mengetahui tentang keluarga papa, karena papa maupun mama tidak pernah memberi tahu kami, bahkan mereka sengaja menutupinya jika kami bertanya." jawab Viv.
Lama Viv terdiam, memikirkan dan mencerna kata-kata yang diucapkan Edwar. Karena yang dia tahu Viv dan keluarganya hanya orang biasa yang mana untuk memenuhi kebutuhan hidup saja mereka kesusahan. Bahkan dia rela menjadi wanita simpanan demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sang ibu.
"Apa maksud kak Edward, tentang apa yang seharusnya menjadi hakku dan Anabela?" tanya Viv penasaran.
"Harta warisan Bramantyo, sebelum meninggal. kakek dan nenekmu mewariskan seluruh harta kekayaannya atas namamu dan Anabela." terang Edward menceritakan semua tentang sejarah keluarga mereka yang tidak diketahui oleh Viv sebelumnya.
"Jadi aku juga keturunan garis biru dan memilki banyak harta?" tanya Viv seakan tak percaya dengan pendengarnya.
"Ya, Ayahmu sebenarnya sangat kaya raya, dia pergi meninggalkan rumah agar bisa menikahi ibumu. entah karena malu atau apalah, dia tidak pernah kembali lagi kerumah, memilih bertahan hidup dengan kemiskinan. Meskipun aku tahu dia menikahi Sandra demi uang."
"Tapi kenapa aku tidak mengetahuinya?"
"Sandra ingin Bram tetap merahasiakan hal ini darimu. namun karena Bram menolak maka dia berencana untuk mencelakai kalian semua."
"Dimana kamu mengetahuinya?"
"Sehari sebelum kecelakaan, papamu sempat menghubungiku. Karena dia merasa mendapat firasat buruk. Aku diminta untuk mengawasi kalian, hingga kecelakaan terjadi dan kamu juga menghubungiku, sehingga aku langsung bertindak cepat untuk menyelamatkanmu, meskipun aku gagal untuk menyehatkan om Bram.
"Dasar wanita kejam, aku tidak pernah menyangka jika Sandra dalang dibalik semua ini." Vivian mengepakkan tangannya emosi.
"Ya justru karena memperebutkan harta lah tujuan utama mereka , sehingga mereka tega ingin menghabisi seluruh keluargamu. memperebutkan sesuatu yang bukanlah hak mereka." terang Edward kembali menjelaskan.
"Setelah kondisimu benar-benar pulih, kamu harus muncul dihadapan publik. Klarifikasi jika kamu adalah pewaris keluarga Bramantyo yang sah."
"Terlambat kak Edwar."
"Apa maksudmu Viv."
Viv menyesali tindakannya karena sudah menandatangani surat yang diberikan Sandra yang sudah menjebaknya dengan alasan pengobatan sang papa, bahkan yang lebih membuatnya syok adalah sosok perempuan yang bernama Marina. mantan istri David yang juga ikut terlibat dalam rencana pembunuhan atas dirinya.
"Sebelum kejadian, aku sudah menandatangani sebuah surat, dan bodohnya aku tidak membacanya sama sekali. Karena selain waktunya tersedak aku berfikir jika itu murni surat persetujuan dari dokter."
"Astaga Viv, kamu kenapa begitu ceroboh." Sinta menepuk keningnya, begitu juga dengan Edward.
"Lalu kita harus bagaimana, Sandra tidak boleh menang diatas penderitaanmu dan Annabelle."
"Cuma ada seseorang yang bisa membantu kita."
"Siapa?" Sinta dan Edward saling pandang.
"David."
"Apa kamu mengenal pria yang berpengaruh besar di dunia bisnis itu?"
"Ya, aku sangat mengenalnya."
"Bagus Viv, tapi untuk sementara waktu kita harus tetap waspada dan mengatur strategi sebaik mungkin."
"Iya kak Edward benar, aku harus berubah dan membalas perbuatan mereka terhadapku, mereka semua jahaaaat....." Api kemarahan dan dendam mulai membara di hati gadis polos itu.
"Bagus, bersemangat lah Viv."
"Tapi aku merindukan Anabela, dan bagaimana dengan tuan David. apa dia mencari dan mencemaskan aku?"
"Anabel baik-baik saja, karena tuan David begitu menjaga dan melindunginya." jawab Sinta ikut menimpali.
"Pokoknya kamu harus bersembunyi di negara ini dulu Viv. sampai kondisimu benar-benar pulih sempurna, sehingga akan semakin kuat untuk membalas perbuatan mereka, termasuk merebut kembali apa yang harus menjadi hakmu." Terang Edward memberikan semangat.
Ditempat lain, David menatap jendela kaca yang mengembun karena hujan yang sangat lebat. Pria itu merapatkan jaket kulit yang dikenakannya sambil menunggu informasi dari orang suruhannya.
"Tuan, dugaan kita selama ini benar. Salah seorang keluarga Bram telah berhasil menyelamatkan nona Viv. Mereka sudah tidak berada di negara ini lagi."
"Katakan dimana?"
"Amerika!"
"Oke, terimakasih atas informasi yang sangat berharga ini Nick."
"Viv, aku akan datang untuk menjemput dan membawamu kembali baby." bathin David tersenyum bahagia.