NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 23

Aku akan tumbuh dewasa. Ayah akan menua. Lantas, bagaimana caraku melanjutkan hidup? Juga bagaimana cara menjaga tubuh rentanya?

...----------------...

Di hari yang sama ketiga Rasen terkena demam, pada hari itu pula aku mendapati ayah berbaring lemah di kasurnya sepulang aku sekolah. Ketika ia terlelap, aku mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Wajahnya merah. Terbatuk-batuk sepanjang hari. Nasi tidak berkurang sejak aku telah makan siang. Ketika hendak makan malam, nasi itu utuh di panci. Ayah tidak makan sejak siang.

Jarang sekali ayah mengalami demam. Apalagi sampai terbaring lemah seperti itu. Bahkan, biasanya ia tetap bekerja meskipun sedang sakit. Jika ia sampai tidak bekerja karena sakitnya, artinya ia tida mampu lagi untuk memaksa fisiknya bekerja.

Aku menarik napas. Lalu menggorengkan ayah telur dadar. Tidak. Tidak hambar seperti lauk rutinku. Aku menambahkan sejumput garam sembari mengocok. Lalu meletakkan piring berisi nasi dan telur goreng itu di lantai dekat kasurnya. Piringnya aku tutup dengan penutup panci agar aman sampai ayah terbangun nantinya karena kelaparan. Aku bukan tipe orang yang menunjukkan rasa peduli kepada siapa pun. Bahkan kepada ayah. Aku punya rasan kasihan, namun gengsi untuk menampakkan. Jika berusaha menampakkan, maka jadinya malah seperti kejadian tadi pagi dengan Rasen itu. Terlambat menanyakan kondisi, membuat gadis menyebalkan bernama Filya itu memberikan obat terlebih dahulu.

Sesaat, aku merasa dadaku sangat sesak. Sebab untaian firasat buruk tiba-tiba menggeluti. Seolah aku tengah berada di ruang hampa udara. Namun setitik celah yang entah bagaimana menjelaskannya mampu memasukkan sedikit saja oksigen.

Aku membuka mata. Melihat pemandangan yang biasa aku lihat setiap hari. Kasur kerasku. Di pelukanku, ada boneka kelinci yang dibelikan Rasen. Dengan susah payah, aku mencoba duduk dan berdiri. Lalu ke luar kamar. Lampu ruang tengah redup. Nyaris padam. Persis seperti kamar tidurku waktu itu sebelum diganti lampunya dengan yang baru.

"Ayah," panggilku dengan suara serak.

Rasa takut hinggap. Seperti mengantarkan mentalku ketika usia lima tahun. Gelap terasa sangat menyeramkan. Seolah banyak hantu yang siap memelukku. Aku butuh pelukan ayah sebelum itu semua terjadi.

Pintu kamar ayah tidak tertutup. Tubuhnya masih terbaring. Kegelapan masih ada di belakangku. Firasat itu semakin mencekam. Tubuhku bergerak sendiri untuk memeluk ayah.

Air mataku jatuh begitu saja. Sebab, ternyata kegelapan bukanlah perkara yang paling menakutkan. Aku tersadar, firasat itu tidak berasal dari sang kegelapan. Melainkan deru napas ayah yang telah pergi. Tak ada ada pergerakan. Tubuhnya kaku dan dingin. Tidak ada lagi demam tinggi. Suhu tubuhnya berubah drastis bahkan sangat drastis.

"Ayah... "

Jantungku berdegup kencang. Aku bahkan belum dewasa dan ayah belum menua. Tidak cukupkah aku lebih lama menjalani hidup dengan sisa keluarga satu saja?

"Dain," panggil seseorang.

Aku menoleh. Sudah ada Rasen di belakangku. Darimana dia masuk? Bukankah semua pintu dikunci?

"Rasen?"

Tiba-tiba, suara seperti gelembung air pecah terdengar. Suaranya berasal dari tempat ayah.

Pria itu terlihat membuka mata dengan wajahnya yang sangat pucat, "Anak durhaka!"

Embusan angin menggelitik tubuhku. Peluh bercucuran deras. Silau mengetuk mata terpejamku. Napasku tersengal. Bersamaan dengan kelegaan. Aku masih enggan membuka mata. Walaupun sudah mengetahui bahwa aku baru saja mengalami mimpi buruk. Mimpi yang amat menyeramkan.

"Ayah," ucapku lirih.

Perlahan, aku membuka mata. Lampu kamarku yang baru diganti beberapa minggu yang lalu teramat terang. Bagaimana aku bisa tertidur tanpa mematikan lampu?

Jam dinding menunjukkan pukul 02:00. Masih jam segini. Padahal aku merasakan tidur yang panjang.

Rasa penasaranku memuncak. Langkahku segera beranjak dari kamar dan menuju kamar ayah. Pintunya tertutup rapat. Namun tidak dikunci. Tubuhnya bergerak. Bodohnya, aku malah mendekat hanya untuk memeriksa apakah ayah masih bernapas atau tidak.

Ada. Tentu saja. Dari jauh pun ayah masih terlihat bernapas. Terlihat nyenyak sekali. Aku harap ayah bermimpi indah.

"Ayah, aku sayang Ayah. Aku akan tumbuh dewasa dan ayah akan tetap bersamaku hingga masa tuamu." Aku berkata di dekat telinganya.

Sesaat, tiba-tiba mata ayah terbuka. Membuatku reflek menjauh dan ke luar dari kamar ayah tanpa menutupnya.

...****************...

"Dain, kamu nggak sekolah hari ini?" tanya Rasen yang terdengar dari HP.

Setelah berkali-kali menelpon dan mengirim pesan, akhirnya aku mengangkatnya. Teringat ia muncul sekejap di mimpiku beberapa hari yang lalu.

"Ngapain ke sekolah? Class meeting doang. Nggak penting," jawabku.

"Aku sudah sembuh, jadi aku bisa masuk sekolah hari ini. Pengen ketemu kamu. Tapi ternyata kamu nggak masuk."

"Untuk apa mau ketemu? Biar aku dihina lagi? Bersamamu selalu menyenangkan. Tapi orang-orang selalu mengganggu. Aku senang bersamamu, tapi aku juga benci bersamamu," ungkapku.

"Hari ini kelasku pertandingan futsal dengan kelasmu. Kamu tidak mau nonton? Dukung siapa? Aku atau kelasmu?" tanya Rasen dari seberang sana.

"Tidak ada yang bisa dibanggakan dari kelasku. Aku juga membenci beberapa teman kelasmu. Aku tidak mendukung siapa-siapa. Main saja sendiri. Kamu nggak perlu nyuruh aku datang karena aku nggak mau." Aku menjawab malas.

Sembari memeluk boneka kelinci pemberian Rasen, aku teringat wajah menyenangkannya. Padahal aku ingin melihat wajahnya. Sejak tadi juga ia mengajakku video call. Tapi aku tidak suka itu. Sebab wajahku terlihat jelek di kamera video call. Berbanding terbalik dengan dia yang putih, mulus, tampan pula. Semakin membuatku ragu, apakah lelaki tampan memang tulus dengan gadis jelek?

"Lalu, apa yang kamu kerjakan di sana?"

"Nggak ada. Menikmati hari-hari yang membosankan."

"Nanti aku ke rumahmu, ya. Aku ajak Nada juga biar aman."

"Nggak usah. Aku mau sendiri. Fokus saja sama class meeting bodoh itu. Jangan pedulikan aku karena kamu memang tidak pernah peduli."

"Kok ngomong gitu? Ceritakan saja apa yang mengganggumu sekarang? Apakah masih teringat kejadian waktu Teguh dan Filya di depan gerbang waktu itu?"

"Untuk apa kamu memastikan hal yang sudah jelas seperti itu? Kamu bahkan tidak membelaku dengan tegas!"

"Membela yang seperti apa?"

"Nggak!"

"Ayolah, jika tidak memberitahu. Maka aku akan ke rumahmu bersama Nada."

"Aku akan mengunci pintu dan berpura-pura tidur."

"Maka aku akan masuk lewat jendelamu yang tanpa kaca itu."

"Omong kosong. Kamu tidak se-effort itu. Mendengar teguh bilang aku jelek saja kamu diam."

Terdengar suara tawa merdu dari Rasen. Untung saja ia tidak di sini. Sehingga aku bisa senyum-senyum sendiri tanpa rasa khawatir.

"Maaf, ya atas keridaksopanan ucapan Teguh. Tapi kamu cantiknya aku. Ngapain peduli sama omongan Teguh. Setidaknya, kalau dia bilang kamu tidak cantik. Kamu selalu cantik di mataku. Satu lagi, kalau dia bilang kamu cantik di hadapanku nanti aku yang cemburu. Memangnya, tidak cukup jika hanya mendengar ungkapan kecantikanmu dari mulutku?"

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
🎀𝓘𝓬𝓱𝓲𝓷𝓸𝓼𝓮🎀
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!