— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 28 :
"Guru, aku memimpikan Serena," kata Lanna memecahkan keheningan di ruangan tersebut. "Entah itu mimpi atau bukan. Tapi itu terlihat nyata." sambungnya.
Lanna, duduk di kursi roda membelakangi guru Han yang tengah duduk menyilang.
Sedangkan Xavier, dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya masuk ke ruangan Lanna. Memilih untuk berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka itu, Xavier diam-diam menguping percakapan antara guru Han dan Lanna.
"Ah, yang itu? Ya, ya dan lalu dia mengatakan bersedia ingin menjadi hewan pendampingmu. Betul, bukan?"
Apa yang di ucapkan oleh guru Han itu membuat Lanna menolehkan kepalanya cepat. Dia lalu memutar hand rimnya menghadap guru Han.
Alisnya mengernyit seraya memiringkan kepala. "Kenapa guru bisa, tahu?"
Guru Han tertawa kecil. "Yo! Sebelum dia bicara padamu, dia sudah berbicara padaku dan Xavier,"
"Begitu rupanya," sahut Lanna.
"Apa langkahmu selanjutnya, Lanna?"
"Ya?"
Lanna tertegun sempat terdiam sejenak menatap guru Han, dia paham arah pembicaraan guru Han mengarah kemana.
"Aku... Aku tidak tahu," jawab Lanna pada akhirnya, dia memalingkan pandangannya ke arah lain.
Dan mengenai tawaran keputusan yang di berikan oleh guru Han di kedai mie saat itu Lanna juga masih mengingatnya. Justru sampai hari ini Lanna masih bingung dengan keputusan apa yang akan di pilihnya. Terlebih kekacauan yang terjadi akibat ulahnya sendiri walaupun ya, itu pun sebenarnya karena gadis bernama Lilly Swan itu yang lebih dulu mengganggunya merasakan emosi apapun untuk anak itu. Seperti dia setengah sadar dan setengah tidak namun pada akhirnya pikirannya jadi gelap.
"Meskipun begitu, kau nampak hebat saat kekacauan terjadi. Kau menciptakan makhluk raksasa," puji guru Han.
Lanna juga ingat samar-samar bagaimana makhluk raksasa ciptaannya itu.
"Itu? Aku tidak tahu bagaimana, makhluk-makhluk raksasa tercipta, semuanya benar-benar tidak terduga. Landfrost⁷? Karena mereka tercipta dari dua gabungan inti sihir," ucap Lanna.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, aku akan langsung saja pada intinya. Kau pasti pernah dengar anak yang bernama Ttheo Tinson itu? Ya, anak itu. Anak itu yang sudah mengacaukan kota Ravoria. Dia masih mengincar benda yang aku yakini kau juga tahu apa benda itu. Lanna, hanya kau yang bisa menghentikannya,"
"Kenapa?"
"Aturan di dalam kitab penyegelan itu tertulis, hanya jiwa dari semesta lain yang dapat membuka segelnya," jawab guru Han.
Lanna masih diam mencerna jawaban yang di lontarkan oleh guru Han. Semesta lain? Itu artinya dirinya, dirinya berasal dari semesta lain. Dan itu berarti hanya dia saja yang dapat benar-benar mengehentikan aksi Ttheo Tinson.
"Jadi maksud guru ingin aku menghentikan Ttheo?"
"Meskipun sebenarnya jika kau sudah di keluarkan dari celestial kau sudah tidak bisa ikut campur apapun sebab kau bukan lagi seorang anggota penyihir tetapi jika kau mau, aku akan menunjukkanmu di mana tempatnya. Aku tidak gengsi untuk mengatakan ini padamu lanna, kota Ravoria membutuhkanmu dan jika terus begini..."
Dan mengingat bagaimana perasaan Lanna yang ingin menyerah menjadi penyihir semakin kuat di tambah kabar tentang kematian orang tua Serena yang kini menjadi sudah jadi orang tua barunya namun sayangnya mereka sudah tewas. Lanna terhanyut dalam pikirannya sendiri. Antara mengutamakan kepentingannya sendiri atau memilih untuk mengiyakan perkataan guru Han dan itu artinya keselamatan kota Ravoria ada apanya.
Lanna meringis merasakan bagaimana pelipisnya yang terasa berdenyut memikirkan apa yang akan jadi keputusan akhirnya. Dia sudah lelah dengan semua yang terjadi, dia juga berencana untuk berhenti menjadi seorang penyihir dan pergi ke kota lain menjalani kehidupan sebagai orang biasa dengan tenang walaupun para snomster akan tetap ada tetapi tidak sekacau di kota Ravoria. Tetapi di satu sisi, dia juga nampak egois jika lebih mengutamakan kepentingannya sendiri. Lanna merasa bingung dan kenapa? Kenapa keselamatan kota Ravoria di bebankan kepadanya? Lau bagaimana? Tentu saja Lanna tahu apalagi selain kota Ravoria yang hancur dan Ttheo Tinson yang berhasil mendapatkan keinginannya.
Lanna memejamkan matanya, memikirkan bagaimana keputusannya.
Xavier yang sejak tadi berdiri di ambang pintu mengepalkan kedua tangannya keras. Di balik wajah datarnya itu, jantungnya berdegup tidak karuan merasa cemas. Dia cemas dengan keputusan apa yang Lanna pilih nantinya. Bukan masalah tentang Lanna yang tidak memilih kota Ravoria untuk di selamatkan dan bukan karena Lanna yang memilih untuk berhenti sebagai seorang penyihir, Xavier hanya merasakan sebuah perasaan tidak menentu serta tidak rela yang bergejolak padanya.
Guru Han bangkit dari sofa kemudian berjalan ke arah Lanna lalu setengah berjongkok di hadapan gadis itu.
"Aku menerima apapun jawaban dari keputusanmu Lanna," ucap guru Han.
Lanna menarik napasnya dalam-dalam lalu menatap lurus ke arah mata guru Han dan berusaha mengatakannya penuh kehati-hatian.
"Maafkan aku guru, aku menyerah dan memilih untuk berhenti," jawab Lanna.
"Begitu? Tidak apa," balas guru Han tenang seraya tersenyum.
Itu berarti sama saja aku telah membiarkan kota Ravoria untuk hancur? Pikir Lanna.
Lanna kemudian menggelengkan kepalanya cepat. Dia berusaha untuk tidak memedulikan bagaimana kota Ravoria, Ttheo Tinson, penyihir dan lainnya. Kesehatan mentalnya lebih penting daripada dia harus memaksakan diri melanjutkan perjalanan hidupnya menjadi penyihir.
"Maafkan aku guru, aku hanya ingin hidup tenang," ucap Lanna merasa tidak enak hati.
Guru Han menyentuh ujung kepala Lanna masih tersenyum. "Tidak apa, kau berhak untuk memutuskan sesuatu yang kau ingin pilih. Terimakasih keputusannya aku mengerti itu pasti sangat sulit bagaimana kau memutuskannya,"
Xavier menundukkan kepalanya. Di balik wajah datarnya itu ada perasaan kekecewaan serta menyayangkan pada keputusan Lanna. Bagaimana pun Xavier juga manusia walaupun tidak pandai mengekspresikan emosi yang di rasakannya, Xavier merasakan sebuah kesedihan yang dirinya juga tidak dapat di mengerti. Ya, dan lalu dirinya jauh tidak bisa melarang Lanna dalam memilih keputusannya. Membuang napas panjang yang terdengar begitu berat, Xavier berusaha menutupi perasaannya yang tidak karuan itu menjadi seperti biasa lagi.
Xavier memutar tubuhnya kemudian membuka pintu ruangan tersebut. Dia berusaha untuk tidak kikuk terhadap suasana di ruangan kamar inapnya Lanna.
"Jadi, kapan Lanna bisa pulang?" Tanya Xavier.
...****************...
*Landfrost⁷ : Makhluk raksasa ciptaan Lanna yang terbentuk melalui dua inti sihir.