Srita(Cinta Manis Berakhir Miris)

"Eh Ratno.Ngopi No?."

Ratno kaget saat ada yang menepuk pundaknya.Ia segera menoleh, dan ia semakin kaget saat tahu siapa orang yang menepuk pundaknya tadi.

"Mulim?!!."

"Ndak usah kaget gitu toh,santai wae.."

Ucap Mulim sambil mengedipkan satu matanya.

Ratno mundur perlahan.Ini situasi yang rumit.Saat ini ia sedang bersama Haras,ini akan berbahaya bagi Haras jika sampai Mulim tahu.

"E.e..mau kemana?!!."

Cegah Mulim.

Ratno terhenti langkahnya.

"Lim,koe jangan macem-macem,nanti aku teriak biar semua orang di warung ini dengar!."

Ancam Ratno dengan suara setengah berbisik.

Mulim manggut-manggut,dan hanya tersenyum tipis mendengar ancaman Ratno.

"Silahkan saja,aku tinggal bilang sama bos Jeki kalo kamu sudah buat masalah sama aku.Gampang toh?!."

Ucap Mulim sambil menunjuk ke suatu arah.

Mata Ratno mengikuti tangan Mulim,dan betapa kagetnya Ratno saat ia tahu apa yang ditunjuk Mulim itu.Ternyata ada Jeki yang sedang duduk santai di atas motor sambil meroko*.

Ratno menelan ludah.Tak ada cara lain.Ia harus segera pergi dari tempat itu bagaimanapun caranya.

"Terserah kamu Lim.Aku lagi banyak urusan!."

Ratno langsung pergi dari hadapan Mulim.Ia bergegas menuju meja dimana Haras sedang duduk menunggu.

"Mas,ayo kita pergi dari sini!."

Ajak Ratno.

Haras bingung kenapa Ratno tiba-tiba mengajak ia pergi.Sedangkan pisang goreng hangat pesanannya saja belum selesai digoreng.

"Lu apa-apaan sih No?!."

Haras kesal.

"Pisang goreng gua aja belum mateng.Lu udah maen ngajak pergi segala?!ah,resek lu!."

Omel Haras.

"Masss..ini gawatt!!."

Bisik Ratno.Ia tak perduli Mulim yang pasti sedang mengamati mereka berdua.Semua sudah kepalang tanggung.Apa boleh buat,jika Mulim dan Jeki akhirnya tahu siapa Haras.

"Ya,tapi ada apaa?!!."

Haras tetap menekankan nada bicaranya,meski tetap dengan intonasi yang ditekan kuat sebab ia sedang menahan rasa kesal pada Ratno.

"Ada..ada Jeki Mas!."

Terpaksa Ratno jujur.Sebab,jika tak ada alasan yang tepat,Haras pasti tak mau di ajak pergi dari tempat itu.

"Hah?!sungguh?!mana No?mana?!!."

Reaksi Haras justru terlihat senang.Akhirnya keinginannya untuk bisa bertemu Jeki akan terwujud juga.

"Wah No,ini yang namanya pucuk dicinta ulam pun tiba.Mantapl!."

"Terus,mana dia?!cepetan bawa gua menemui si Jeki itu!."

Haras tak sabar.

Ratno kesal tapi juga tak berdaya.Ia bisa saja berdusta pada Haras tentang Jeki,tapi Mulim sudah kepalang tahu soal Haras.Jadi,semua itu dirasa hanya percuma.

"No,kok malah bengong sih lu?!."

"Mana,kata lu ada Jeki disini?!.

"Benar sekali!disini memang ada bos Jeki!."

Tiba-tiba Mulim sudah berdiri di depan Haras dan Ratno.

Ratno kaget melihat kehadiran Mulim.Sedang Haras terlihat santai saja.Ia memperhatikan pemuda yang sedang berdiri di hadapannya itu.penampilannya sekilas hampir mirip dengan Ratno menurut Haras.Gaya yang sangat biasa saja,bahkan terkesan norak.Hanya saja ini versi lebih garangnya,sebab jika Ratno hanya memakai celana jeans dengan kaos dan jaket biasa,pemuda itu memakai celana robek dengan jaket jeans yang jua robek.Ia juga mencat rambutnya,dan mengenakan beberapa aksesoris,seperti gelang dan kalung.

Haras tersenyum tengil melihat penampilan pemuda itu.

Sedang pemuda itu,alias Mulim, ternyata diam-diam juga mengamati haras.Penampilan Haras memang tak seheboh dirinya.Hanya kaos oblong lengan panjang,dengan celana kargo kulot,tapi itu terlihat begitu elegan dan berkelas.Mulim takjub melihat Haras.Ia memang memilki paras yang sangat tampan seperti yang dikatakan para gadis yang ia temui beberapa saat lalu.

"Elu si Jeki?!."

Tanya Haras tanpa basa-basi.

Mulim menyeringai mendengar pertanyaan Haras.

"Oh,jadi kamu yang namanya Haras itu?!."

Tanya Mulim dengan gaya bicara bak seorang preman kelas atas.

"Dia bukan Jeki Mas.Dia cuma bab*nya Mas!."

Celetuk Ratno yang sedari tadi sedang menahan rasa kesal.

"Meneng koe No!!."

Sergah Mulim.Rupanya suara Mulim yang cukup tinggi itu membuat orang-orang yang ada di warung jadi mendengarnya.Mereka pun menoleh ke arah Mulim.

"Kalo mau ribut di alun-alun,jangan di warung!."

Celetuk salah seorang pria yang sedang duduk ngopi di warung itu.

Mulim jadi tak enak.

"Ayo keluar!!."

Ajak Mulim.

Ratno masih berdiri,ia menatap pada Haras.

Haras tak perduli,ia langsung berdiri dan berjalan mengikuti Mulim.

"Mas!mau kemana?!."

Cegah Ratno.

"Gua mau ketemu Jeki.Gua udah gak sabar pengen cepat balik ke kota No!."

Jawab Haras sambil terus melangkah.

rar o garuk-garuk kepala,ia tak habis pikir dengan keputusan konyo* Haras itu.Haras tak tahu jika bahaya sedang mengintai dirinya,itu yang ada di pikiran Ratno.

"Mas!! jangan Mas!."

Ratno terus berusaha mencegah Haras,ia berjalan mengikuti langkah Haras.Tsli Haras tetap tak bergeming.Ia terus berjalan keluar warung mengikuti Mulim.

Dan kini,mereka sudah tiba di pelataran warung.

Haras dan Ratno celingukan.Tak ada siapapun di sana.Yang ada hanya barusan motor dan sepeda milik pengunjung warung.

"Heh Mulim!koe mau nipu Mita?;."

Tanya Ratno ketus.

"Mana ada di Jeki itu?!."

"Koe ndak usah khawatir No,semua sudah di atur.Bos Jeki nunggu kita di suatu tempat."

Jawab Mulim.

"Mas, pikir-pikir lagi.Ini bukan hal yang baik."

Bisik Ratno.Ia terus berusaha untuk menghentikan Haras.

"Ah,lu ga usah ngatur gua!."

"kalo lu mau,ayo ikut gua.Kalo enggak,ya udah,lu balik aja sono!."

Jawab Haras cuek.

"Oalah..wong Iki kok yo ngeyel banget sih..mumet sirah ku!!."

Gerutu Ratno.

Ia sudah tak tahu bagaimana caranya untuk membuat Haras mengerti,bahwa apa yang ia pikirkan tak akan seperti apa yang sebenarnya.

"Ayo ikuti aku!."

Mulim langsung naik di atas motor,sedang Haras dan Ratno yang terpaksa ikut,duduk di jok belakang.

Mereka pergi meninggalkan warung.Pergi menuju ke tempat dimana Jeki sudah menunggu.

sepanjang perjalanan,pikiran Ratno sangat tak karuan.Ia tak sanggup membayangkan hal buruk yang akan menimpa ia dan Haras.Jeki pasti sudah membuat sebuah rencana yang tak baik.

sedang Haras justru memikirkan hal yang berbeda dari yang Ratno pikiran.Ia justru sedang membayangkan rencananya berhasil.Jeki akan memintanya untuk pergi dari kampung ini,dsn lalu ia akan memohon pada kakeknya agar pulang ke kota,sebab di kampung ini ada pemuda yang hendak mencelakai dirinya.Dsn Kakek yang cemas dengan keadaan Haras pasti akan langsung setuju.Dan setelah itu,Haras akan langsung di diantar oleh kakeknya pulang kembali ke kota.

Itu sungguh rencana yang luar biasa, begitulah yang Haras pikirkan.

******