Mencintai seseorang yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tentunya sangat menyakitkan, apalagi setelah tahu kalau pria yang dicintainya ternyata sudah memiliki pujaan hati.
Yuk simak cerita selengkapnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresyst_lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Naura menuruni anak tangga. Waktunya untuk makan malam.
"Hay Naura."
Naura tersenyum tumpul pada Lyodra yang duduk manis di samping Jonathan.
"Belagu banget nih anak." Lyodra dongkol tapi tetap menunjukan senyum pura puranya.
"Mau makan apa beib?" Jonathan bertanya dengan nada lembutnya. Naura sampai berdecak dalam hati. Gadis itu cemburu melihat perhatian Jonathan, dia tak suka.
"Apa aja beib, kamu kan tau aku nggak pilih pilih makanan."
Jonathan pun mengambil satu potong ayam goreng dan satu sendok sayur untuk sang kekasih.
"Makasih."
"Kalau kalian sudah siap, lebih baik menikah saja," cerocos ayah tiba tiba membicarakan tentang pernikahan.
"Ka -" Lyodra tidak meneruskan ucapannya karena sudah lebih dulu dipotong oleh Jonathan.
"Makan beib," suruh Jonathan lalu pria itu kembali melanjutkan makan malamnya tanpa sama sekali menggubris ucapan ayahnya tadi.
Lyodra hanya bisa berdecak dalam hati. Padahal dia ingin memberitahu tentang rencana pernikahan mereka yang memang belum ditentukan kapan tanggal pastinya itu. Tapi kan Jonathan berjanji akan segera menikahinya.
"Loh Nau." Bunda melihat Naura yang barusan berdiri.
"Nau kenyang Bun. Mau ke kamar dulu." Naura pergi begitu saja. Tak lama Hani juga ikut menyusulnya.
"Tumben sekali anak dua itu makannya dikit " Bunda menggeleng tanpa curiga sama sekali.
Sedangkan Jonathan, pria itu nampak santai dan fokus pada isi piringnya.
"Oh ya Om-Tan, terimakasih untuk undangan makan malamnya."
"Ya," jawab ayah, sedangkan bunda hanya tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan makannya.
Lyodra pun tersenyum paksa, karena reaksi orang tua Jonathan yang terlalu datar dan biasa aja.
"Loh Nau, mau kemana?" Bunda berteriak saat melihat Naura yang sedang menuruni tangga, sudah dengan pakaiannya yang simple namun tetap terlihat modis. Ayah dan Lyodra pun ikut menoleh. Jonathan masih fokus pada makanannya.
"Nau mau keluar Bun, jalan jalan bentar. Lagi bete soalnya." Lalu melirik pada Jonathan yang sama sekali tak memberi reaksi apapun.
"Kak Jo bisa anterin aku nggak?"
"Naik taxi saja," jawab Jonathan datar tanpa menoleh. Naura berdecak dan langsung pergi.
"Jo, kamu kasar sekali pada adikmu." Bunda langsung menegur tapi Jonathan tidak peduli.
"Mau tambah lagi beib?" tanyanya pada Lyodra yang langsung dijawab dengan gelengan kepala.
*****
Naura duduk sendirian di cafe. Mulutnya nampak komat kamit. Mengutarakan kekesalannya pada apa yang terjadi tadi.
"Aku harus gimana sih biar kak Jo menyukaiku? Udah ugal ugalan juga tetap nggak ada hasilnya. Kasian amat kamu Nau ... Nau ..." Menggeleng kepalanya lalu membuang nafas berat.
"Manyun aja." Naura menoleh saat seseorang duduk di depannya. Dia kenal suara ini.
"Beban perasaan soalnya." Lalu mengambil orange jus yang tinggal setengah gelas dan meminumnya habis.
"Masalah kita sama dong " Kevin tersenyum sementara Naura hanya memasang wajah datarnya.
"Udah nggak usah dipikirin. Mau ikut aku nggak?"
Naura menggeleng. "Nggak ah, males. Nggak mood aku ngapa ngapain kalo lagi kesel gini."
"Udah ikut aku aja. Dijamin kesel kamu ilang." Tanpa permisi Kevin menarik Naura keluar dari Cafe. Gadis itu ngedumel tapi Kevin malah tersenyum lebar dan malah merasa gemas pada si gadis.
"Naik motor?" Naura memperhatikan motor besar yang penampakannya seperti motor pembalap tersebut. Naura tidak pernah sekalipun naik motor.
"Hhmm, ini akan menyenangkan." Kevin menariknya untuk naik. Naura pun tak protes lagi
"Pegangan Nau."
Kevin meringis saat punggungnya dipukul oleh Naura.
"Modus aja."
"Bukan modus Nau, ini biar kamu nggak jatuh aja. " Kevin menarik tangan Naura dan melingkarkan tangan tersebut ke perutnya.
Pria itu tersenyum saat Naura berdecak kesal tanpa menyingkirkan tangannya dari perut Kevin.
"Gimana? Suka nggak?"
"Hhmm, seger banget. Ternyata naik motor semenyenangkan ini." Naura menghirup segarnya udara malam. Gadis itu sedikit melupakan rasa kesalnya.
Kevin memperhatikan dari kaca spion. Pria itu tersenyum melihat Naura yang nampak menikmati.
"Besok mau lagi nggak?"
"Nggak ah."
"Loh kenapa? Katanya menyenangkan "
"Ya emang tapi bukan berarti aku ingin naik motor tiap hari Kev."
Kevin pun mengangguk. "Oh ya Nau, besok temenin aku beli perlengkapan kemah ya."
"Boleh, nanti perginya sama Hani ya kebetulan aku sama Hani juga belum beli perlengkapannya."
Kevin hanya bisa mengangguk. "Padahal maunya pergi berdua sama kamu aja Nau."
Berbicara tentang Kemah, Naura baru Ingat kalau dia dan Hani belum minta izin pada ayah dan bunda, kak Jo juga belum. Tapi kalau dipikir, sepertinya dia tidak perlu lagi izin pada Jonathan, kan pria itu tidak lagi peduli pada apa yang dilakukannya.
Naura menghela nafas. Pikirannya kembali pada Jonathan. Indahnya malam atau segarnya udara malam tak lagi bisa menghiburnya.
"Kev, anter aku pulang aja."
"Loh kenapa?"
"Capek Kev, pengen tidur."
Lagi lagi Kevin hanya bisa mengangguk. "Aku yakin kamu mikirin dia lagi. Mau sampai kapan Nau? Kenapa nggak pernah melihatku?"