Steven adalah seorang CEO perusahaan besar dipaksa menikah dengan gadis desa karena Stevan menabrak calon suami wanita tersebut.
Apa yang akan dilakukannya? padahal dia sudah mempunyai tunangan dan dalam waktu dekat dia akan menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang kampung
"Bik Wati, teh Mina, ana pamit ya!" ana berpamitan untuk pulang ke kampung halamannya. Sebelum nya ana sudah memberi tahu bik wati dan teh Mina lalu dia ingin mengunjungi kedua orang tuanya. Dia juga sudah meminta izin dengan majikannya mama Inggrid dan mama Inggrid memberi izin asalkan ana tetap kembali lagi bekerja.
"Hati hati ya na, jangan lama lama kamu pulang yah". teh Mina memeluk ana bergantian dengan bik Wati.
"Ana cuma beberapa hari pulang bik,teh,palingan cuma lima hari." jelas ana tersenyum, ia bahagia mempunyai rekan kerja seperti bik wati dan teh Mina,mereka berdua sangat baik terhadapnya.
"Ya sudah, sampaikan salam kami sama orang tua mu yah",sambung bik Wati.Ana hanya tersenyum mengangguk kemudian beranjak pergi dan kemudian berpamitan dengan majikannya.
Ana menghampiri mama Inggrid yang sedang duduk diruang tengah. " Nyonya, aku izin ya nya". mengulurkan tangannya menyalami mama Inggrid.
"Baiklah na,sebenarnya saya berat melepasmu pulang," mama Inggrid menghela nafas, sebenarnya ia enggan memberikan izin ana pulang kampung, ia takut jika ana tidak akan kembali lagi bekerja di rumahnya, dia sudah terlanjur sayang dengan ana,dia tidak mau jika ana meninggalkannya. "Tapi janji kamu harus kembali lagi yah!" mama Inggrid kemudian memeluk ana sembari mengelus rambut panjang ana.
Ana merenggangkan pelukannya. "Iya nyonya, aku bakalan balik lagi kok, mana mungkin aku ninggalin majikan sebaik nyonya." ucapnya tersenyum, ia sangat bahagia mempunyai majikan sebaik mama Inggrid, yang tidak memandang status para pekerjanya, mereka diperlakukan sangat baik oleh majikan mereka,bahkan dianggap keluarga,ia sangat beruntung bisa bertemu dengan keluarga mama Inggrid.
"Ya sudah, hati hati yah, nanti jika sudah sampai jangan lupa kasih kabar." Mama Inggrid mengantar ana sampai depan rumah yang sudah ditunggu oleh sopir nya.
Ana memasuki mobil dan melambaikan tangannya pada mama Inggrid hingga mobilnya menjauh dan mama Inggrid hilang dari pandangannya.
Tak selang berapa lama mobil yang dinaikinya kini sudah sampai bandara, ia turun dan mengucapkan terima kasih pada sang sopir keluarga majikannya itu.
"Makasih ya pak."
"Sama sama na, hati hati yah." ucapnya kemudian menjalankan mobilnya kembali meninggalkan ana.
Ana menarik kopernya dan menemui petugas untuk cek in,ia menunjukkan tiket dan identitasnya barulah ia mengambil boarding pass dan masuk keruang tunggu.
Setelah menunggu lebih kurang satu jam barulah mendengar seruan bahwa pesawat akan segera take of. Ana bangkit dan menyisiri sekeliling melihat dan mengaharap sesuatu tapi entah apa itu,ia begitu berat meninggalkan kota ini,namun ia juga berat jika tetap tinggal.
"Selamat tinggal semua, lebih baik aku pergi dan mengubur semua impian ku disini, aku gak bisa jika harus melayani suamiku dengan istri barunya, aku gak bakalan sanggup." ucapnya dalam hati dengan pandangan nanar melihat sekeliling. Bulir bening yang dari tadi ditahannya pun jatuh mengaliri pipinya, dengan cepat ia menghapus nya.
"Apa yang kau harapkan ana? jangan bermimpi." batinnya.
*
Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih,kini pesawat yang dinaiki ana sudah landing di bandara.
Ia melanjutkan perjalanannya dengan menaiki bus hingga sampai dirumahnya.Rumah dimana ia dilahirkan dan dibesarkan, ia sangat merindukan rumahnya, mungkin ia akan tinggal lagi dirumahnya ini bersama kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum pak, buk!" ana mengetok pintu rumah nya. Dan pintu pun dibuka menampakkan sosok yang sangat ia rindukan.
"Ibuk" ana memeluk ibu nya.
"Ana, ini kamu nak?" ibu membalas pelukan ana dan mengelus Surai panjang ana, air mata nya menetes membasahi pipinya, sebagai rasa bahagia bertemu dengan putrinya.
"Ia buk" ana merenggangkan pelukannya.
Ibu melihat sekeliling kearah luar tidak mendapati seseorang yang didalam pikirannya. Ana melihat pandangan ibunya mengerti apa yang dicari oleh sang ibu.
"Ana sendiri Bu!" jelasnya.
"Kenapa kamu sendiri? mana suami mu?" tanya ibu sambil membawa ana masuk kerumah.
"Suami ana lagi sibuk Bu, gak bisa ninggalin kerjaannya." jelas ana lagi.
"Kamu baik baik aja kan nak? bagaimana dengan keluarga suami mu.?" tanya ibu yang merasa janggal.
Ana tersenyum menanggapi pertanyaan ibu nya, ia tahu apa maksud pertanyaan ibu nya itu.
"Ana baik aja kok Bu, keluarga suami ana sangat baik semuanya, mereka sayang sama ana.Seperti yang ana ceritakan sebelumnya sama ibu, ana di dukung untuk kuliah oleh mama Inggrid dan suami ana juga setuju." jelasnya sambil tersenyum.
"Syukurlah kalo begitu." jawab ibu lega.
"Oh ya bapak mana buk?"
"Bapak tadi keluar,katanya mau nemuin pak Darto."
Ana hanya mengangguk,kemudian ia membuka kopernya dan memberikan sesuatu pada ibu nya. " Oh ya buk ini ada titipan dari mama Inggrid untuk ibu dan bapak" ana menyerahkan beberapa bingkisan pada ibu nya.
"Apa ini na?" tanya ibu sambil menerima nya, ia membuka dan tersenyum bahagia mendapatkan hadiah dari besannya. Sebelum ana pulang mama Inggrid memang sudah membelikan beberapa hadiah dan oleh oleh untuk keluarga ana.
"Mertuamu sangat baik ya na."
"Iya buk, mereka sangat baik,dan sayang sama ana. dan mama Inggrid juga titip salam sama ibuk."
"Iya,sampaikan juga salam dan terima kasih ibuk ya."
"Assalamualaikum.." sontak ana dan ibu menoleh dan ternyata pak Jamal masuk memberikan salam.
"Waalaikum salam" sahut keduanya.
"Pak!" ana langsung berhambur memeluk bapak nya.
"Ana? putri bapak." pak Jamal kaget tenyata putrinya pulang.
"Ini benaran ana anak bapak?" pak Jamal merenggangkan pelukannya dan menangkup dagu ana meneliti. " Bapak hampir tak percaya ini putri bapak, kamu sangat cantik nak." ucap pak Jamal tertawa.
"Benar pak, putri kita berubah jadi sangat cantik sekarang, suami nya pasti membuat ana tambah cantik." timpal ibu. Mereka kembali tertawa.
Memang benar, semenjak ana tinggal dikota, ana bertambah cantik, kulit ana jadi lebih bersih dan putih.
Disisi lain, Stevan sedang mengemudikan mobilnya membelah jalanan menuju rumah nya,lebih tepatnya rumah kedua orang tuanya.Tak butuh waktu lama kini ia sudah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah.
"Lho, stev. Ada apa pagi pagi sudah kesini?" tanya mama Inggrid saat Stevan melangkah masuk rumah. Kepala nya kembali meneliti sekeliling tapi ia tidak mendapati Stella menantunya. " Mana Stella?" sambungnya.
Namun Stevan tidak menjawab pertanyaan mama nya dan langsung pergi keruang makan. Melihat sarapan sudah tersaji ia langsung duduk dan menikmati sarapannya.
"Lho, tuan." kaget bik wati melihat Stevan sudah duduk menikmati sarapan.
Mama Inggrid menghampiri Stevan dan ikut duduk, ia merasa ada yang tidak beres dengan putranya melihat dari raut wajah stevan. " Apa yang terjadi Stev?" tanya mama langsung.
Tak menjawab pertanyaan mama nya,ia meneliti sekeliling ruang makan tapi tak mendapati ana.
"Ana mana bik?" tanya Stevan.
"Ana pulang ke kampungnya tuan." jawab bik Wati.
Deg
Seketika Stevan berhenti mengunyah. Darahnya membeku seketika mendengar ana pulang.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya🥰🥰
Berikan vote nya juga yah🥰
Happy reading, semoga selalu suka ya🥰😊