Risa seorang gadis ceria dan cantik tapi sayangnya ia berpenampilan sangat culun. Di saat pertemuan pertama kali nya dengan seorang pria tampan di kampus, Risa telah jatuh hati pada nya.Dan ia ingin mengejar cinta senior nya itu . Di lain sisi juga Risa ingin merencanakan kencan buta bersama seorang pria lain , yang di mana Risa ingin pria yang ia kencani itu untuk mengubah penampilan Risa dan ikut membantunya mendapatkan pria pujaan hatinya itu . Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arys@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I WANT YOU
Lia & Hamka
"Hei, apa pacar mu tidak kesal , jika kamu bekerja di sini..?"
"Lupakan itu !"
"Sekarang saya yang akan bertanya kepada mu."
"Saya membaca permintaan mu , sangat membingungkan."
"Apa maksudnya ini..?"
"Maksud tulisan saya.."
"Saya mau kamu mengajari saya bagaimana membuat hati seseorang
deg degan."
Jam alarm di kamar Hamka berdering dengan keras, membangunkannya dari tidurnya yang nyaman. Ia menggosok mata dan menguap ketika melihat ke arah jam. Sudah waktunya untuk bangun dan bersiap-siap pergi ke sekolah.
"Sebuah hari lagi untuk belajar," pikir Hamka dalam hati sambil merangkak keluar dari tempat tidurnya.
Setelah sedikit meregangkan otot, ia pergi ke kamar mandi dan memulai ritual paginya. Ia mengecipkan air di wajah dan lehernya, lalu menyikat giginya dengan hati-hati, memastikan tidak ada sisa makanan yang tertinggal dari malam sebelumnya. Setelah merasa bersih, ia mandi.
Air terus mengalir ke tubuhnya, membangunkan dirinya dan menyegarkan pikirannya. Ia mencuci rambutnya, menggosok tubuhnya dan bahkan menggunakan sabun eksfoliasi baru yang dibeli ibunya. Bau sabun tersebut membuatnya bersemangat dan tersenyum sendiri, menanti hari yang baru.
Setelah mengeringkan dirinya, ia mengenakan pakaian favoritnya yang membuatnya merasa percaya diri dan nyaman. Ia mengambil tasnya dan pergi ke dapur. Ibunya sudah ada di sana, menyiapkan sarapan untuknya.
"Selamat pagi, Ma," sapanya.
"Selamat pagi, Sayang. Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya ibunya.
"Aku merasa baik-baik saja," jawab Hamka dengan senyum lebar sambil duduk di meja makan.
Sambil menikmati sarapannya, Hamka memikirkan pelajaran yang akan dia hadapi hari ini dan apakah dia sudah siap untuk menghadapinya. Dia melihat-lihat catatan dan memeriksa tasnya beberapa kali, memastikan dia membawa semuanya.
Setelah sarapannya, ia berpamitan kepada ibunya dan mulai perjalanan ke sekolah. Angin pagi yang sejuk melintasi rambutnya saat ia berjalan kencang. Ia tiba di sekolah dalam waktu singkat dan masuk ke dalam kelas. Ketika ia melewatkan kursi-kursi, ia melihat temannya, Amir, duduk di belakang. Hamka menghampirinya dan duduk bersama.
"Selamat pagi, Amir. Bagaimana pagimu?"ucap Hamka.
"Selamat pagi, Hamka. Bagus. Aku merasa segar setelah mandi dan sarapan enak dirumah. Bagaimana denganmu?" jawab Amir.
"Sama seperti kamu, aku merasa segar dan siap menghadapi hari ini," jawab Hamka.
Bel tanda masuk mulai berbunyi dan guru mereka masuk ke ruangan kelas. Kelas dimulai dengan ujian dan Hamka agak gugup ketika menjawab setiap pertanyaan. Setelah mestinya, kepala sekolah masuk ke kelas dan berbisik kepada guru mereka. Guru memandang Hamka dan memberi isyarat untuk mendekat.
"Hamka, aku butuh kamu untuk ikut ke kantor kepala sekolah," kata guru itu.
Hamka merasa cemas dan was-was ketika ia mengikuti gurunya ke kantor kepala sekolah. Ia bertanya-tanya apakah ada yang salah atau apakah seseorang ada yang membutuhkannya dengan sangat mendesak.
Saat mereka memasuki kantor kepala sekolah, kepala sekolah tersenyum padanya.
"Hamka, saya punya kabar gembira," ujar kepala sekolah.
"Dan apa itu, Pak?" tanya Hamka, masih belum yakin apa yang terjadi.
"Kamu terpilih untuk mengikuti kompetisi ilmu pengetahuan regional untuk pelajar. Kami mengusulkan kamu sebagai salah satu kandidat terbaik untuk mewakili sekolah," jawab kepala sekolah dengan bangga.
Hamka merasa sangat senang dan tidak percaya.
"Benarkah, Pak? Itu luar biasa! Aku sangat terhormat dan berterima kasih untuk kesempatan ini," jawab Hamka, hampir tidak bisa menahan kebahagiaannya.
Kepala sekolah memberikan pamflet kompetisi kepada Hamka dengan semua detail dan instruksi yang dibutuhkan. Hamka keluar dari kantor kepala sekolah merasa penuh semangat dan motivasi baru. Ia tahu bahwa ia harus bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk memastikan dia bisa membuat sekolah bangga.
Saat ia kembali ke kelas, ia berjalan dengan rasa percaya diri dan semua teman yang melihatnya melewati di hadapannya. Hamka senang dan duduk kembali di kursinya, siap menghadapi tantangan yang ada di depan.
.....
Setelah pulang dari sekolah, Hamka memutuskan untuk pergi ke taman kota untuk meluangkan waktu bersama dirinya sendiri. Ia merasa butuh sedikit waktu untuk memikirkan tindakan selanjutnya setelah mendapatkan kabar mengenai kompetisi ilmu pengetahuan yang ia seleksi.
Sesampainya di taman, Hamka mencari tempat yang sepi dan tenang di mana ia bisa duduk dan merenung. Setelah berjalan sejenak, ia menemukan sebuah bangku yang sudah ditinggalkan namun masih layak untuk diduduki.
Ia mengambil posisi di tengah-tengah kerumunan dan berfokus pada urusannya. Dari kejauhan, ia melihat seorang gadis yang duduk di bangku lain yang cukup dekat dengan tempat duduknya. Ia mendekati gadis itu dan tersenyum, memperkenalkan dirinya.
"Hai, nama saya Hamka. Apa kabar?" Sapa Hamka.
"Hi, saya Lia. Kabar baik-baik saja. Dan kamu?" balas Lia sambil membalas senyuman.
Hamka merasa ada yang menarik pada gadis itu. Dia memiliki senyuman yang cantik dan wajahnya sendiri terlihat sangat berseri-seri. Hamka merasa ingin lebih dekat dan mempelajari sosok gadis itu lebih jauh.
Mereka mulai terlibat dalam percakapan yang memperkenalkan satu sama lain. Mereka berbicara tentang minat mereka di bidang ilmu pengetahuan dan hal-hal yang menurut mereka menarik. Sesuai dengan minat dan bakat mereka, Hamka menyarankan kepada Lia untuk juga ikut dalam kompetisi ilmu pengetahuan regional.
Andaikata Lia awalnya merasa ragu dan tidak yakin apakah dirinya bisa mengikuti kompetisi, Hamka meyakinkannya dengan membagikan informasi yang sudah diterimanya dari pimpinan sekolah.
Setelah berbicara lebih lama, mereka merasa sangat nyaman dan saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Mereka menemukan persamaan dalam minat dan nilai-nilai.
.....
"Kamu ingin pulang ayo."
"Kau mau apa ."
"Aku akan membawa tas mu."
"Aku akan mengantarmu pulang dengan mobil ku."
"Berikan tas mu , biar aku yang membawanya."
"Masuklah ..!"
"Kita mau kemana ...?"
"Kemanapun yang kau mau."
"Jika kamu melakukan sesuatu, aku akan memanggil polisi."
"Emm."
"Ada apa, kenapa kau terkejut."
"Aku hanya ingin menghidupkan musik saja."
"Tidak apa apa."
"Kau menyukai lagu ini juga..?"
"Emm, lagu judul dari tv."
"Kau tau..?"
"Tentu saja ."
"Tentu saja, lagunya bagus."
"Lagu ini tidak sesuai dengan mu."
"Kamu tidak percaya, lagu ini terkenal."
"Ada banyak lagu yang tidak populer. Tapi sebagian besar adalah lagu bagus."
"Iya kan..?"
"Iya, lagu lagunya itu sangat mengekspresikan perasaan penyanyi nya."
"Seperti lagu ini ..!"
"Hei , boleh aku bertanya kepada mu."
"Apa kamu biasanya melakukan ini..?"
"Mengendarai mobil bagus, menjemput klien mu dengan elegan..?"tanya Lia penasaran.
.....
Saat senja mulai menyelimuti taman, Hamka dan Lia memutuskan untuk pulang. Mereka berpisah, tetapi membuat janji untuk bertemu di taman lagi. Hamka merasa bahagia karena telah bertemu dengan gadis menarik dan cerdas seperti Lia.
Setelah berpisah dengan Lia, Hamka berjalan pulang dengan perasaan tenang dan gelisah sekaligus. Ia merasakan perubahan pada dirinya setelah pertemuan itu. Namun, ia juga merasa ada semacam muatan yang berat pada bahunya yang membuat ia harus bekerja lebih ekstra keras.
dan Hamka sama Lia...