EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - Berbagi Bekal
Beberapa hari kemudian, Elang dan Ara sudah sembuh. Keduanya pun sudah masuk sekolah seperti biasa. Nanda hanya mengantarkan Elang berangkat sekolah. Dan jika waktunya pulang sekolah, Elang akan pulang sendiri dengan berjalan kaki.
Saat pembelajaran berlangsung, Ara banyak terdiam. Hal itu membuat Elang cukup heran. Sebab biasanya, Ara sering usil dan cerewet padanya. Namun jika pada orang lain bahkan ke Bu Mila maupun guru lainnya, Ara juga irit berbicara.
Saat ini jam istirahat tiba, Elang dan Ara duduk di bangku taman sekolah. Tempat biasa Elang duduk jika istirahat tiba. Ia tak pergi ke kantin sebab sudah dibekali sang Bunda makanan. Dirinya juga tak mau jajan lainnya karena uang sakunya ingin ia tabung sendiri guna menambah tabungan ibunya jika sewaktu-waktu dirinya operasi kornea mata.
Sedangkan Ara mengikuti Elang. Bik Sari sudah membawakan bekal dari rumah. Namun bekal itu buatan Bik Sari bukan buatan Kayla. Ara menyuruh Bik Sari duduk di bangku lainnya di taman sekolah. Namun posisinya agak jauh dari bangkunya bersama Elang. Ara tak mau makan bekal buatan Bik Sari.
"Kamu kenapa? Tumben dari tadi diem. Apa lagi sariawan?" tanya Elang membuka obrolan.
Ara hanya menggelengkan kepalanya. Bibirnya entah mengapa masih kelu untuk bersua.
"Kamu menggelengkan kepala atau mengangguk? Kamu tidak lupa kan kalau aku enggak bisa lihat. Cuma bisa mendengar suara dan berbicara," ucap Elang.
Namun Ara tetap bergeming. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya menatap kupu-kupu beterbangan di taman sekolah bersama sepoinya angin yang berhembus.
"Ya sudah kalau kamu lagi mogok bicara sama aku. Maaf, kalau aku ada salah. Aku mau makan bekal dari Bundaku dulu. Takut keburu jam istirahat habis," ujar Elang yang tangannya meraba kotak bekal yang ada di pangkuannya. Lalu membukanya perlahan-lahan.
Ara pun yang duduk di sebelah Elang, seketika menoleh dan melirik isi bekal Elang. Aroma sedap makanan langsung menyeruak di hidung mbangir si cantik Ara. Bekal yang tampak warna-warni menggugah seleranya.
☘️Bekal sekolah Elang.
Terdapat nasi putih dengan beberapa sayuran seperti wortel, jagung manis dan brokoli. Telur dadar yang dibentuk lucu menyerupai lebah dan telur puyuh yang dihias menggemaskan. Dilengkapi buah jeruk untuk pencuci mulut dan camilan. Bekal yang sangat cocok untuk anak seusia Elang.
Walaupun Elang tak bisa melihat tampilan lucu nan menggemaskan bekal dari sang Bunda, tetapi Nanda selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putranya tersebut. Terlebih banyak anak dari kalangan orang berpunya yang sekolah di SLB Pelita Hebat. Tentu ia tak mau membuat putranya minder jika bentuk bekal yang dibawa biasa saja.
Yang paling utama gizi untuk Elang dan tampilan cantik bekal tersebut agar ketika orang lain melihat isi bekal Elang, tak menghina putranya.
Elang yang cukup peka, seketika merasakan pergerakan Ara yang seakan tertuju padanya.
"Kamu tidak makan?" tanya Elang.
Ara masih tetap diam tak menjawabnya.
"Mau makan berdua sama bekal buatan Bundaku ini kah?"
"Memang na boleh?" tanya Ara yang akhirnya bersuara juga.
Senyum Elang seketika terbit. Entah mengapa ia begitu senang akhirnya bisa mendengar suara bocah perempuan yang duduk di sebelahnya ini.
"Tentu saja boleh. Cuma bekalku ya begini saja. Enggak mewah seperti makanan Mama kamu di rumah. Semoga kamu suka sama masakan Bundaku. Buat aku masakan Bunda paling enak sedunia pokoknya. Enggak ada tandingannya," ucap Elang seraya tersenyum memuji Nanda di depan Ara.
"Namatu Alaa. Maap yang lalu atu endak jawab peltanyaan kakak coal namatu," ucap Ara.
Elang tahu jika Ara cadel. Dari beberapa kali interaksi bicara sebelum-sebelumnya, Elang sudah menebak hal itu. Namun ia tak mempermasalahkannya. Baginya setiap anak terlahir dengan keistimewaan sendiri-sendiri seperti dirinya dan juga Ara. Maka ia tak pernah mengolok atau merendahkan kekurangan orang lain karena tak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
Hidup keras yang selama ini dijalaninya bersama sang Bunda, membuat Elang tumbuh menjadi anak yang berpikiran dewasa lebih cepat dari anak seusianya. Padahal dirinya baru saja menginjak kelas satu SD saat ini.
"Oh namamu Ara,"
"Ayo Ara kita makan berdua. Kalau kamu enggak makan nanti sakit. Kasihan orang tuamu pasti sedih kalau anaknya sakit," ajak Elang pada Ara untuk makan bekal bersama.
"Lutuu bekal na," ujar Ara.
"Pasti enak," puji Ara padahal dirinya belum memakannya.
Akhirnya keduanya pun makan bekal buatan Nanda bersama-sama.
"Hmm... yummy," ucap Elang sambil mengunyah makanannya. Tiba-tiba...
"Hiks...hiks...hiks..."
Ara menangis sambil tetap memakan bekal buatan Nanda. Elang tentu terkejut mendengar Ara menangis.
"Loh...loh... kamu kenapa, Ra? Kok nangis?" Elang seketika menghentikan makannya.
"Atu pengin kayak Kak Elang. Huhu..."
"Bica makan bekal dali Mama. Hiks...hiks...hiks..." tangis Ara semakin pecah.
"Cup...cup...cup..."
"Jangan nangis lagi Ara. Sudah ya,"
"Nanti takutnya dikira aku jahatin kamu sampai nangis begini," ujar Elang yang ketakutan bercampur sedih kala mendengar Ara menangis.
"Mama endak pelnah buatin bekal sepelti punya Kakak. Huhu..."
Akhirnya Elang terbesit ide agar tangis Ara mereda.
"Ehm gini saja deh. Kalau kamu enggak dibuatin bekal sama Mamamu, nanti kita makan berdua setiap hari bekal dari Bundaku. Gimana?"
"Benelan Kak?" Ara seketika menghentikan tangisnya dan menatap Elang dengan antusias.
"Boleh kok. Jadi nanti kita makan berdua bekal dari Bundaku. Doakan Bundaku biar banyak rezekinya. Jadi Bunda bisa punya banyak uang buat masakin bekal kita enak-enak," ucap Elang.
"Amiinnn..." ucap Ara dengan lantang dan tersenyum.
"Ayo kita habisin bekal dari Bunda. Habis gini bel pasti bunyi," ujar Elang.
Keduanya pun dengan semangat saling berbagi memakan bekal buatan Nanda hingga habis tak bersisa. Senyum ceria tampak di wajah Ara dan Elang.
Saat pulang sekolah, tiba-tiba Ara dijemput oleh seseorang. Ia pikir Mamanya atau sopir yang biasa menjemputnya. Ternyata bukan. Ara saat ini sedang duduk berdua bersama Elang di bangku tunggu area penjemputan sekolah. Elang sengaja menemani Ara sampai dijemput baru dirinya pulang ke rumah.
"Ara sayang," panggil seseorang dengan suara yang cukup keras seraya melambaikan tangan pada Ara saat ia baru turun dari mobil mewahnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁