Aku Memilihmu

Naura mengurai pelukannya pada Aruna, dia menelisik menantunya dari ujung  kepala hingga ujung kaki. Memastikan menantu cantiknya itu tidak kurang satu apapun, juga baik-baik saja.

Naura memutar badan Aruna ke kanan dan ke kiri, membuat Aruna sedikit terkejut. Tapi dia membiarkan saja mama mertuanya itu, tanpa dia protes sedikitpun.

“Kia baik-baik saja ma. Maaf, Kia pergi begitu saja tanpa memberi tahu mama.” Ucapnya pada Naura.

“Ish. Kakak tidak perlu minta maaf ke mimom, kak Kia tidak salah apapun. Anak sulung mimom yang salah,” pasti tahu kan siapa yang berkomentar dari caranya memanggil Naura.

“Hana benar sayang. Kamu tidak perlu minta maaf, kalau ada yang harus minta maaf tentu mama dan Shaka. Karena membuatmu terluka,” ucap Naura dengan tulus.

Naura mengusap lembut pipi Aruna, dia kembali meneteskan air mata saat menelisik wajah menantunya.

Aruna menoleh pada Arshaka karena bingung kenapa Naura kembali menangis, Aruna pikir Naura masih merasa bersalah karena ulah putranya.

Aruna seoalah berkata pada Arshaka. “Hentikan mamamu atau kita tidak jadi bicara,”

Arshaka gelagapan, dia lalu mendekati mamanya. “Ma! Ada yang perlu Shaka bicarakan berdua dengan mama,”

Bukan mendapat anggukan dari mamanya, Arshaka justru mendapatkan jackpot untuk kesekian kalinya. “Kalau berani kamu menyia-nyiakan menantu cantik mama lagi. Mama masukkan kamu ke perut lagi Shaka,” pekik Naura pada putranya.

Tidak hanya itu, Naura menggunakan tas yang di pegangnya untuk membuat tubuh Shaka kembali mendapat memar.

Arshaka tidak bergeming, kali ini dia benar-benar diam. Ya, dia menerima semua amukan dari orang-orang yang menyayangi Aruna.

Terlebih wanita yang ada di hadapannya saat ini adalah surganya, dan dia menyesal karena pernah membuat mamanya hingga harus masuk rumah sakit.

Aruna menghela napas, Naura mungkin tidak tahu kalau badan Arshaka saat ini sudah penuh dengan hasil karya sepupu Arshaka. Bahkan memarnya masih baru, dan kini dia sudah mendapatkan memar lainnya.

“Ma! Mama Naura bisa membuat kak Shaka masuk rumah sakit kalau seperti ini,” dengan sangat hati-hati Aruna mengingatkan mama mertuanya.

Aruna sendiri sebenarnya takut kalau menyinggung Naura, tapi kalau tidak di hentikan bukan tidak mungkin Arshaka akan berakhir di rumah sakit.

Naura menghentikan serangannya, dia menghela napas. “Lihat Shaka! Bagaimana mungkin kamu bisa menyakiti Kia yang bahkan masih bisa memikirkanmu, saat kamu sudah melukainya.”

“Aku tahu ma. Ma, please bisa Arshaka bicara dengan mama sebentar?” pinta Arshaka kembali.

“Baiklah,” Naura menyetujui.

Aruna kemudian membawa Hana dan Arya ke ruang istirahat yang biasanya di gunakan untuk tamu atau klien yang datang ke kantor.

Hana tentu langsung bahagia, dia bisa menempel pada kakak iparnya. Bukan tanpa tujuan, karena Hana tahu. Aruna paham tentang dunia yang saat ini dia sukai, dunia cyber lebih tepatnya.

“Ck ... akal bulus lu cil,” gerutu Arya yang paham gelagat adik bungsunya.

“Ish. Kayak kak Arya enggak aja, lumayan tahu kalau bisa dapat ilmu gratis dari kak Kia. Kak Arya harusnya juga senang bukan?”

“Sa aelah lu cil,”

Sebenarnya yang di katakan Hana benar, bukan hanya Hana tapi juga Arya mungkin akan mendapatkan inspirasi untuk projectnya.

Sebenarnya Arya lebih ke penasaran, bagaimana kakak iparnya tersebut mempunyai keahlian seperti itu.

Aruna kembali keruangan dengan membawakan mereka minuman dingin, bukan hanya itu. Aruna juga membawakan mereka snack dan camilan agar mereka tidak bosan saat menunggu Naura bicara dengan putranya.

Aruna kembali ke ruangan kerjanya, Naura bisa melihat Aruna dari ruang kerja Arshaka. “Shaka! Kalau memang kamu tidak bisa dengan Kia, mama tidak akan memaksamu lagi. Mama sendiri yang akan menjaganya, seperti dulu Ayana mamanya Kia yang selalu menjaga mama tanpa pamrih.”

Dengan berkaca-kaca tampak Naura kembali pada ingatan bertahun-tahun silam, di mana Ayana selalu ada untuk Naura.

“Shaka tidak akan melepaskan Kia ma, aku ingin mendapat pengampunan darinya. Karena itu aku mohon mama membantuku mendapatkan hati Kia kembali,”

Naura melongo tidak percaya dengan apa yang Arshaka ucapkan. “Kamu minta bantuan mama? Apa mama tidak salah dengar?” Naura menertawakan putranya.

Sudah Arshaka duga, mamanya pasti meledeknya habis-habisan. Tapi apa boleh buat, karena hanya mamanya yang bisa membuat Aruna mau bicara dengannya.

“Sekali kamu minta bantuan mama, maka kamu tidak lagi bisa mundur Shaka. Lalu bagaimana dengan Davina? Jangan pernah memasukkan Davina antara kamu dan Kia,” ucap Naura dengan tegas.

“Aku tahu ma. Aku sudah tidak bisa mundur dan tidak akan mundur,”

Soal Davina, Arshaka menjelaskan pada Naura. Dia menganggap Davina tetap sebagai sahabatnya, Arshaka mengakui bahwa dia memang tidak berpikir panjang karena pernah meminta Davina menjadi istrinya.

Dan itupun dia lakukan karena Naura dan Daniel yang selalu menjodohkannya dengan anak dari teman maupun rekan bisnis mereka.

Bahkan Arshaka berkali-kali selalu bisa membatalkan perjodohannya, dan hanya dengan Aruna dia tidak bisa kabur.

Namun saat dia melamar Davina, beruntungnya dia menolak. Karena dia tidak ingin karirnya yang sedang naik daun harus hancur jika dia menikah.

“Mama harap kamu lebih bisa memprioritaskan Kia dari pada temanmu, bukankah kamu juga tahu Angga begitu tergila-gila pada Davina?” Naura ingin tahu bagaimana reaksi putranya.

“Iya. Aku tahu ma,”

“Jangan sampai kamu kehilang sahabat lagi hanya karena perempuan yang mungkin tidak layak untuk di bela, Shaka!” tegas Naura.

Arshaka mungkin tidak tahu kalau mamanya selalu bergerak lebih cepat dari dia, ketika putranya tersebut dengan tidak berpikir panjang melamar Davina. Naura langsung meminta Tama untuk menyelidiki semua hal tentang Davina, sekecil apapun tidak boleh terlewat.

Baik buruknya Davina, Naura sudah sangat tahu. Siapa saja yang berhubungan dengan Davina, circle Davina bakan jam berapa biasanya Davina keluar dari apartemen dan pulang tentu Naura tahu.

Bukan hanya Davina, tapi Aruna juga mendapatkan perlakuan yang sama. Sejak dia melihat vidio Aruna yang memberitahu kalau dia menyukai Arshaka. Naura langsung meminta Tama mencari informasi, hingga hari dimana Naura sengaja menemui Imel.

Naura meminta Imel agar Aruna di panggil ke ruangannya, dan selanjutnya semua tahu bagaimana akhirnya Naura bertemu dengan Aruna. Pertama kali berjumpa dengan Aruna, sama dengan yang Imel rasakan.

Naura juga jatuh hati pada gadis itu, hingga punya ide konyol agar putranya mau menikah dengan Aruna.

“Kamu mau mama melakukan apa, Shaka?”

“Aku juga tidak tahu ma,” jawaban Arshaka membuat Naura naik darah.

Putranya ini benar-benar luar biasa kalau tentang bisnis dan sekolah, tapi kalau soal perempuan. Kecerdasannya di tanam bersama ubi dalam tanah. Hilang tanpa jejak, membuat Naura pusing memikirkannya.

“Nanti mama pikirkan. Sekarang nikmati saja kebersamaan hari ini,” ucap Naura.

Naura beranjak pergi dari ruangan Arshaka, hingga putranya kembali mengatakan sesuatu. “Mama mau memaafkan Shaka, kan? Aku minta maaf, ma. Aku benar-benar menyesal,”

Naura membalik badannya, dia tersenyum. “Mama akan memaafkanmu. Sampai kamu bisa membuatnya kembali bersamamu,”

“Aku pasti melakukannya, ma!”

“Hmm. Ya ... ya, mama tunggu. Sekalian buatkan cucu yang lucu untuk mama darimu dan Kia,” ucapnya sambil terus berlalu meninggalkan ruangan putranya untuk menghampiri menantu cantiknya.

*

*

*

“Semua sudah beres tuan muda. Pesawat tuan jam enam pagi,” ucap Ran yang sudah lima tahun ini menjadi asistennya.

“Ok,”

Ran kemudian pamit pergi meninggalkan atasannya tersebut, dia kembali ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum dia akan ikut dengan tuan mudanya ke luar negeri.

“Kamu berangkat besok, nak?” wanita paruh baya keluar dari kamar yang ada di mansion tersebut.

“Iya mom. Semakin cepat semakin baik,”

“Baiklah. Lakukan yang terbaik, mommy dan daddy akan menyusul saat kesehatan daddy sudah membaik. Salam mommy buat semuanya,”

“Pasti mom,”

Pagi harinya.

Bandara Internasional Wina (Vienna International Airport) jam lima pagi, menatap langit bandara melalui kaca. Dia sudah merindukan satu-satunya adik yang dia miliki, adik yang tidak terlahir satu rahim dengannya.

Adik yang di pertemukan karena mendapatkan susuan dari ibu yang sama, dia begitu menyayanginya.

Sayangnya sang adik tidak mau ikut tinggal bersamanya dan kedua orang tuanya, alih-alih memaksanya. Mereka menghormati keinginan sang adik. Mereka juga menjaganya dari jauh, hanya saja ternyata ada saat mereka kecolongan.

Hingga membuat sang adik akhir-akhir ini mengalami kesulitan. “Sampai bertemu kembali, Arka! Leo bersiaplah, tidak akan aku biarkan kamu lolos begitu saja. Satu tetes air mata yang keluar harus kalian bayar mahal,” gumamnya dengan senyuman penuh seringai.