NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

"Dan dari mana kamu belajar?" tatap Hendar.

"Eh, benarkah begitu... Ehehe, aku hanya mempelajari nya dari ibu ku."

"Ibu mu? Aku pikir kamu tinggal bersama ayah mu atau kakak? Adik begitu?" Hendar menatap.

"Ah, soal itu, aku memang masih bersama ibu ku, aku anak tunggal jadi tidak punya kakak maupun adik, lagipula ayah ku juga pergi."

"Oh, maafkan aku... Aku benar-benar tidak tahu..."

"Tak apa, lagi pula ayah tidak meninggal, dia masih ada di dunia ini dan hanya belum berani kembali," kata Ima, ia agak memasang wajah sedih nya.

"Maaf Ima, aku benar-benar tidak tahu."

"Ya, aku mengerti, karena itulah kamu harus tetap sabar jika ingin mencari pasangan, kamu harus menjadi lelaki yang baik dan setia pada satu pasangan saja mengerti," Ima menatap, dia malah menasehati.

"Ah aku mengerti, junior ku sendiri menasehati ku dan memberikan saran yang bagus, aku benar-benar senang," tatap Hendar dengan senyum nya membuat Ima terkejut berwajah merah.

Ia langsung membuang muka. "Astaga kenapa aku bisa salting hanya dengan mendengar kalimat nya dan senyuman nya itu?!" Ima menggeleng geleng kepala sendiri.

Tak lama kemudian....

"Baiklah, di sini saja tolong," kata Ima menatap ke Hendar, Hendar bingung sambil menghentikan mobilnya melihat sekitar.

"Ima, dimana rumah mu? Aku tak melihat nya?" Hendar melihat sekitar, di sana mereka ada di pinggir jalan raya.

"Mas Hendar, rumah ku harus berjalan dari sini, jika tidak memakai motor bisa, kalau pakai mobil mungkin sampai sini saja," kata Ima.

"Oh begitu, kalau begitu aku juga akan turun mengantar."

"Ah tidak perlu!" Ima langsung menyela membuat suasana terdiam.

"E.... Maksudku... Tidak perlu, rumah ku dekat di sini, kamu bisa pulang," kata Ima.

"Tapi di sana gelap, bagaimana jika terjadi apa-apa? Bagaimana jika ada orang yang melukai mu? Jaman sekarang banyak yang begitu."

"Tapi, di kawasan rumah ku itu aman, jadi ini baik-baik saja kok, tenang saja," Ima menatap.

"Em.... B-baiklah."

"Nah bagus.... Kalau begitu aku akan turun, sekali lagi terima kasih."

"Eh tunggu," Hendar menahan lengan Ima membuat Ima bergantian terdiam dan ia belum membuka pintunya.

"Ima, bisa aku minta nomor ponsel mu? Mungkin kita bisa menjadi dekat, itu sudah lama kita tidak bertemu dan aku tak bisa melihat mu lagi. Hari ini benar-benar keberuntungan bisa melihat mu," kata Hendar membuat Ima berwajah sedikit merah.

"Um... Baiklah, boleh..." Ima memberikan ponsel nya. Setelah mereka bertukar nomor, ia keluar dari mobil.

"Baiklah, terima kasih untuk antaran nya, aku benar-benar sangat senang." Ima menatap, ia lalu menutup pintu.

"Ya, sampai jumpa," Hendar melambai, lalu menginjak gas perlahan dan berjalan pergi.

Setelah itu Ima menghela napas panjang. "Ha... Seperti biasanya, kembali larut lagi hanya karena kaki terluka," gumam nya. Lalu berjalan dengan agak pincang.

Hingga sampai di rumah nya, ia membuka pintu. "Aku kembali."

"Selamat datang," Ibu nya langsung menyambutnya. "Mari makan," tambah nya.

Lalu Ima membalas sambil tersenyum. "Ya..."

Dan begitulah bagaimana malam akan selalu berlalu meskipun Ima akan menyembunyikan kaki nya.

--

"Aku benar-benar agak bosan," gumam Ima yang menatap diri nya sendiri di kaca kamar mandi.

Dia menatap wajah nya dengan ekspresi yang agak kecewa. "Kenapa susah sekali mendapatkan teman perempuan yang baik... Sejauh ini hanya Naya yang jadi teman dekat ku, itu pun harus membuat nya sibuk karena dia benar-benar lebih memilih bersama pacar nya," pikirnya. Rupanya ia khawatir akan tak punya teman perempuan.

Tapi satu hal yang dia tahu mengapa dia berpikir begitu. "Mereka semua... Rata-rata benar-benar murahan... Begitu aku lewat ke daerah mereka, paling banyak mereka benar-benar mau di sentuh lelaki di depan umum. Pakaian mereka terbuka dan tertawa mereka juga sangat keras, aku benar-benar tidak tahu, apakah mereka benar-benar menikmati kehidupan mereka yang seperti itu?" ia menatap bingung.

Tapi ada yang mengetuk pintu membuat Ima menoleh ke pintu. "Ima, ini sudah jam 7 kurang! Kamu tidak ke kampus?!" kata ibunya yang rupanya mengetuk.

Mendengar itu, Ima benar-benar terkejut dan langsung beranjak. "Astaga, aku sepertinya harus mengurangi pikiran ku yang begitu, yang penting aku kuliah dan dapat melanjutkan pendidikan ku," ia langsung melakukan semuanya dengan buru-buru.

"Aku pergi dulu ibu!"

"Hei, kamu tidak sarapan dulu!"

"Tidak, maafkan aku! Aku hampir terlambat!" balas Ima yang berlari pergi begitu saja membuat ibu nya hanya terdiam menggeleng.

Tapi siapa sangka, di jalan, ketika dia berlari buru-buru. Ia terkejut dan langsung menghentikan berlari nya karena melihat seseorang.

Seorang lelaki dengan pakaian rapi berdiri menatap depan, ia ada di depan gerbang kampus Ima.

"Astaga! Tunggu! Itu bukan nya!" Ima langsung ingat.

Dia adalah lelaki yang saat itu di tabrak Ima dan kotak berharga nya jatuh, harga kotak itu mahal karena itu kado untuk ibu nya dan sekarang Ima benar-benar di hantui rasa ganti rugi itu.

"Akh... Kenapa dia ada di depan kampus ku, aku benar-benar harus mencari cara agar bisa pergi... Bagaimana ini, 15 menit lagi kelas di mulai," Ima panik.

Tapi tiba-tiba saja lelaki itu malah menoleh padanya membuat Ima terkejut.

"Ah, hei kamu," ia langsung kenal Ima membuat Ima tambah terkejut, apalagi dia berjalan mendekat.

"Astaga... Apa yang harus aku lakukan.... Aku takut dia akan menagih ganti rugi padaku... Apa yang harus aku lakukan!?" Ima benar-benar gemetar tidak karuan.

"Hei, akhirnya kita bertemu lagi yah... Aku dari tadi benar-benar menunggu mu sangat lama di sana," tatap lelaki itu membuat Ima masih membisu.

"Hei, aku bicara padamu, ingat aku bukan...? Jangan sampai kau pura-pura lupa, aku bahkan sudah memberikan kartu nama ku padamu, siapa aku?" dia menatap.

"Um... Maafkan aku, aku lupa membaca kartu nama mu," Ima membalas dengan gemetar.

"Ha... Cepat baca kartu ku, kau membawa nya kan?" lelaki itu menyilang tangan menatap.

"Ya... Aku... Aku bawa," Ima merogoh saku nya, tas nya pun juga hingga akhirnya menemukan nya.

"Baca nama depan ku saja, jangan nama belakang sekalian," tambah lelaki itu.

"Um... Argani... Direktur eksekutif... Hah...?!Direktur eksekutif, pantas saja... Dia membeli kotak mahal itu... Sepertinya aku punya masalah sekarang," Ima mulai terpucat.

"Apa kau masih ingat dengan perkataan mu yang ingin ganti rugi soal kotak itu?" lelaki yang bernama Argani itu menatap.

"Um... Um... Iya, jika kamu ingin ganti rugi, aku akan melakukan nya tapi beri aku waktu... Itu uang yang sangat banyak, dan tolong berikan keringanan."

"Hmp... Keringanan? Masih tak kasih waktu dan masih di beri keringanan, itu sama saja enak..."

"Um... Lalu anda mau apa?" Ima menatap, dia antara takut dan yang lain nya.

"Begini saja, ibu ku itu... Karena hadiah nya tak jadi aku berikan karena kau menghancurkan nya dan dia ingin sesuatu... Yakni pacar untuk ku," kata Argani membuat Ima terdiam kaku.

"Jadi kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan bukan setelah mendengar ku?"

"Um... um... Aku... Aku tidak tahu."

"Ha.... Jadilah pacar ku," kata Argani memaksa membuat Ima benar-benar terkejut.

"Apa yang kamu lakukan! Aku belum pernah punya pacar sebelumnya! Carilah wanita lain!" Ima menatap marah.

"Belum pernah pacaran sebelum nya? Jangan khawatir. Tugas mu sangat mudah, kau tidak mau di sentuh lelaki pastinya, benar kan?" Argani menatap. Lalu Ima mengangguk dengan pelan.

"Aku tidak akan menyentuh mu, hanya bilang saja bahwa kau adalah pacar ku di depan ibu ku. Aku akan bilang instruksinya nanti," kata Argani.

"Um... Baiklah... Baiklah... Aku harus pergi sekarang, aku buru-buru," Ima langsung melewatinya membuat Argani terdiam lalu menghela napas panjang. "Semoga kau bisa melewati rintangan oleh ibu ku, agar dia juga senang," pikirnya.

Ima terlihat sudah masuk gerbang kampus, ia menghela napas panjang dengan napas terengah engah. Tapi ada pesan masuk di ponsel nya membuat nya menatap ponsel.

Itu dari pesan grup kelas, pesan itu dari dosen dan dosen mengatakan.

\=\= Maaf, kita mulai kelas jam 9 saja \=\=

Seketika Ima terpaku dan gemetar. "Akhhh.... Ini benar-benar menjengkelkan...!!" Ia mulai kesal.

Ima berjalan ke kampus, dia menatap ke jam tangan. "Um... Hari ini dosen bilang kelas akan di mulai dari jam 9, aku masih punya ada waktu beberapa jam, apa yang harus aku lakukan, kupikir aku terlambat, dosen juga bilang nya mendadak sekali... Ha..." ia menghela napas panjang pasrah.

Lalu terpikirkan sesuatu. "Ah... Aku ingin ke perpustakaan saja..." ia menjadi senang lalu kembali berjalan.

Untuk ke perpustakaan, dia harus menaiki lift karena ada di lantai paling atas. Ketika berjalan ke lorong, ia tak sengaja melihat seseorang yang ia kenal.

Yakni Lio Zheng, dia berdiri di samping dinding lorong.

"Itu! Lio Zheng!!" Ima terkejut tak percaya lalu segera berjalan ke sana.

"Akhirnya aku bisa bertemu dengan nya, aku benar-benar senang... Kebetulan kelas ku di mulai jam 9 aku masih punya waktu, dan aku ingin mengobrol lebih dalam dengan dia ehehe...." Ima sudah kelewatan senang.

Tapi siapa sangka, ketika dia benar-benar keluar dari lorong, rupanya ada wanita yang tak kelihatan di lorong tadi.

Wanita itu sedang ada di depan Lio Zheng yang mendengarkan nya bicara. Lio Zheng tampak menggunakan nada ramah dan senyum nyaman nya membalas perkataan wanita itu yang sangat cantik di mata Ima. Wanita itu juga mengobrol akrab dan mereka tertawa bersama.

"Apa... Siapa...?! Siapa itu...?! Kenapa dia bisa tertawa dan tersenyum begitu hanya bicara pada wanita itu, selama ini, dia tidak memasang wajah secara begitu,"

Ima terdiam tak percaya, ia menurunkan senyum nya dan mundur perlahan. Ia menggigit bibirnya sendiri lalu berlari pergi dari sana, dia masuk ke kamar mandi wanita dan bernapas cepat menatap dirinya di kaca wastafel.

"Ha.... Kenapa...?! Kenapa aku harus bersikap begini," ia tampak kecewa. "Apa yang sebenar nya terjadi, apa hanya karena aku melihat nya bersama wanita aku harus merasa begini, ini bukan nya aku cemburu karena aku tak bisa mengakui bahwa aku suka Lio Zheng," ia terdiam, lalu menghela napas panjang lagi dan menggeleng.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!