Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.32 (Bertanggung jawab)
...Saat kamu jatuh cinta kepada seseorang, rasa penasaran akan kehidupannya membuat kamu ingin tahu lebih dalam tentang dunia dan segala sesuatu tentang kepribadiannya. Bukan hanya sekedar 'Cukup tahu' Tapi kamu menginginkan dia melebihi apapun dan berjuang untuk hal itu....
.
.
.
Berlokasi di sebuah supermarket terbesar di pusat kota. Sepasang suami istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua sedang berdiri di depan rak khusus untuk susu ibu hamil. Mereka nampak bingung karena tidak tahu merek apa yang paling bagus di antara deretan pruduk yang di jual di tempat itu.
"Bagaimana ini, aku mulai bingung. Seharusnya tadi tanya sama dokter sebelum kita kesini," ujar Elisa seraya menoleh ke samping, di mana Reynald sedang berdiri.
"Ah iya seharusnya tadi tanya dulu ya ... aku cari di internet saja, pasti ada contoh merek susu yang paling bagus," ucap Reynald lalu mengambil ponselnya di saku celana.
"Kamu semangat sekali, padahal aku yang hamil kan. Aku masih penasaran kamu tahu dari mana tanda-tanda kalau aku sedang hamil ... apa kamu pernah menghamili seseorang?" tanya Elisa tiba-tiba.
Sontak Reynald yang sedang berkutat dengan ponselnya kembali menoleh kearah Elisa. "Kamu kira aku buaya darat yang celup sana sini. Ini adalah insting dari seorang calon ayah tau, i-n-s-t-i-n-g," ujar Reynald kesal hingga memperjelas kata-katanya.
Elisa tidak bisa menahan tawanya saat Reynald bicara seperti itu. "Sebagai calon ayah kamu berlebihan tau, kalau kata anak sekarang lebay," ucap Elisa lalu kembali tertawa.
"Apa kamu tidak senang punya anak dariku, aku sudah menyiapkan banyak hal untuk menyambut calon anak kita, tapi kamu bilang aku lebay?" tanya Reynald dengan tatapan kesalnya.
Elisa menoleh kanan kiri di mana para pengunjung lain memperhatikan dan mendengar pembicaraan mereka. "Kamu kenapa sensitif begini, sebenarnya yang hamil aku atau kamu sih? Lihat lah kita di perhatikan banyak orang," ujarnya pelan.
Reynald menoleh ke kanan, kiri dan juga belakang, ternyata benar yang di katakan Elisa banyak orang yang memperhatikan mereka karena ia bicara terlalu keras. Ia segera mengambil dua kotak susu yang di rekomendasikan salah satu artikel di internet lalu meninggalkan tempat itu bersama Elisa.
Masalah tidak sampai di situ saja. Saat mereka hendak membayar susu yang di beli Elisa dan Reynald sama-sama menyodorkan kartu kredit mereka kepada kasir, sampai-sampai kasir itu bingung harus mengambil kartu yang mana.
Ya, meskipun sudah jelas black card yang di pakai Elisa nominalnya tak terkira. Namun sebagai seorang kepala rumah tangga dan calon ayah, Reynald ingin berusaha bertanggung jawab semampunya.
"Masukkan saja kembali kartu itu, aku yang akan membayarnya," ujar Reynald kepada Elisa.
"Tidak usah kamu simpan saja, kita pakai ini saja ya," ujar Elisa balik.
"Biarkan aku melakukan tanggung jawab ku sebagai suami, ini juga untuk anak kita. Kalau hanya sekedar susu aku juga mampu untuk membelinya," kata Reynald lalu berusaha tersenyum tapi matanya melotot tajam.
"Aku sudah terlanjur mengeluarkannya pakai saja, biasanya juga pakai ini kan, aku mohon kamu simpan saja kartu itu, oke," desak Elisa yang juga tak mau mengalah.
Perdebatan itu terus berlanjut hingga kasir yang berdiri di hadapan mereka semakin bingung karena mendengar pertengkaran suami, istri itu. "Maaf, apakah Tuan dan Nona bisa segera memutuskan mau pakai kartu yang mana, antrian di belakang sangat panjang."
Sontak Reynald dan Elisa berhenti berdebat dan berbalik ke belakang melihat orang-orang yang sedang mengantri di belakang mereka. Melihat Elisa yang mulai lengah, Reynald segera menyerahkan kartunya kepada kasir. "Pakai ini saja."
Elisa menoleh menatap Reynald, ia menghembuskan napas panjang lalu tersenyum simpul. Ia merasa kesal, namun ia juga kagum dengan sikap sang suami yang ingin bertanggung jawab untuk ia dan calon bayinya.
...**...
Dalam perjalanan pulang, ponsel Reynald tiba-tiba berdering tanda panggilan masuk. Saat melihat layar ponselnya tertera nama Jack disana, langsung saja ia menerima panggilan masuk itu. "Ya, kenapa Jack?"
[Apa kamu bisa ke bengkel, ada mobil customer yang rusak, aku sudah otak atik tapi belum ketemu juga masalahnya di mana.]
"Oke sebentar lagi aku ke sana."
Reynald mengakhiri panggilan telepon itu.
"Siapa yang menelpon?" tanya Elisa yang sejak tadi memperhatikan sang suami.
"Jack, katanya ada mobil yang tidak bisa dia tangani. Aku akan ke bengkel setelah mengantar kamu pulang ke Mansion," jawabnya.
"Aku mau ikut ke bengkel saja, aku juga mau memberi tahu kak Jack dan Melvin tentang kehamilan ku," ujar Elisa sambil mengelus perutnya.
"Oke kita putar balik ya," ucap Reynald lalu memutar arah menuju bengkel.
~
Sesampainya di bengkel Reynald dan Elisa keluar dari dalam mobil yang sudah terparkir di halaman depan bengkel. Terlihat Melvin dan Jack mendekat dan menyambut mereka.
"Wah akhirnya kita bertemu lagi Elisa," ujar Jack dengan ramah.
"Kata kak Rey, kalian ke rumah sakit untuk apa?" tanya Melvin tiba-tiba.
"Karena kamu sudah bertanya aku yang akan menjawab, Elisa sekarang hamil," ujar Reynald lalu menoleh kearah Elisa yang sedang tersenyum kepadanya.
"Wah selamat ya Kak El," ucap Melvin dengan wajah sumringah.
"Selamat ya Elisa," ucap Jack seraya merentangkan kedua tangannya dan berjalan mendekati istri sahabatnya itu.
Tentu saja Reynald dengan sigap menahan langkah Jack. "Kamu mau ngapain?"
"Memberi ucapan selamat dengan pelukan, kami sekarang kakak adik," ujar Jack kepada Reynald.
"Sejak kapan kamu jadi kakaknya, enak saja mau main peluk-peluk, nggak boleh," kata Reynald dengan sorot mata tajamnya.
"Ya ampun pelit amat," lirih Jack seraya mundur perlahan.
Elisa dan Melvin hanya bisa tertawa melihat pertengkaran Reynald dan Jack.
~
Setelah mengganti pakaian dengan kaos berwarna ungu yang biasa ia pakai saat bergelut di bengkel dan juga celana joger favoritnya, Reynald mulai mengerjakan mobil yang di maksud oleh Jack. Sementara itu Elisa pergi ke lantai dua ruko.
Melihat Reynald yang tengah bergelut dengan mesin mobil, Jack yang penasaran akan sesuatu, bergerak perlahan menghampiri sang sahabat. "Rey, apa benar Elisa sedang hamil?"
"Tentu saja, masih beberapa minggu," jawab Reynald sambil terus mengerjakan pekerjaannya.
"Kalau begitu berarti sebentar lagi perjanjian kalian akan selesai dong, kalau anak itu lahir apa kalian benar-benar akan berpisah?" tanya Jack lagi.
Reynald menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap Jack. "Aku udah ngungkapin perasaan ku ke Elisa, tapi dia belum jawab. Aku juga nggak mau memaksanya, biar semua ngalir aja, sekarang aku sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk buktiin kalau aku serius."
"Huh iya semoga aja. Aku udah duga kamu bakal kepincut sama Elisa, walaupun dia terlihat garang di luar tapi kalau kita baik dia juga akan baik. Sikapnya tergantung sikap kita," ujar Jack dengan teori sok taunya.
"Lagi pada sibuk ya, ada yang bisa aku bantu," ujar Elisa yang tiba-tiba saja berdiri di samping Reynald.
Reynald langsung berdiri dari posisinya saat melihat lagi-lagi Elisa memakai pakaiannya. Kali ini istrinya itu memakai pakaian kerja yang baru selesai ia cuci beberapa hari yang lalu.
"Kenapa kamu pakai baju itu?" tanya Reynald.
"Aku mau membantu kamu di bengkel, apa salah," jawabnya.
"Kamu mau membantu apa, di sini banyak benda tajam, kotor dan berdebu. Kamu tunggu aku di lantai atas saja, oke," ujar Reynald.
"Aku mau di sini, aku bisa membereskan benda-benda itu," ucap Elisa lalu melangkah menuju sebuah meja yang penuh dengan alat-alat bengkel yang nampak berantakan.
Saat Elisa berniat untuk membersihkannya, Reynald segera menghampiri sang istri. Ia berdiri di belakang Elisa. "Kamu harus berhati-hati, letakkan di sini saja."
Elisa merasakan jantungnya akan meledak saat dari sang suami berdiri di belakangnya. Semakin hari perasaan itu semakin kuat dan tak bisa ia lawan.
Bersambung 💕