Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Air mata Caca menetes tepat di punggung tangan Alden yang melingkar dipinggang Caca.

"Ca, kenapa kamu menangis lagi?" Bisiknya sambil membalikkan tubuh Caca.

Caca menggeleng dengan menundukkan kepalanya. Dia tidak ingin melihat wajah Alden.

"Kenapa kamu malah menangis?"

Alden memegang kedua belah pipi Caca perlahan untuk dibawanya tegak agar bisa melihat wajah yang sangat dirindukannya itu. Perlahan dihapusnya sisa bulir bening di pipi lembut itu.

"Ada apa? Kenapa kamu menangis huh?" Tanya Alden lembut sekali.

Bukannya menjawab, Caca malah tambah menangis. Alden tambah bingung. Dipeluknya lagi tubuh itu dan dielusnya lembut punggung Caca. Tangan Caca yang tadinya terkulai lurus, perlahan melingkar dipunggung Alden dengan lambat laun pelukannya pun semakin erat pada Alden.

Senyum samar terlihat diwajah Alden kala merasakan hangatnya balasan pelukan dari wanita yang sangat dicintainya dan dirindukannya itu. Ya, meski rasa itu sempat hampir hilang, tapi setelah kembali bersama dalam ikatan pernikahan rasa itu seakan kembali lagi seutuhnya.

Adegan pelukan dua insan yang saling merindukan dan mencintai itu harus terputus ketika hp Alden berdering.

Caca melepaskan pelukan dan dia langsung berlari masuk ke kamarnya. Sedangkan Alden menjawab panggilan itu yang ternyata dari Haris.

"Iya bro."

"Loe lama amat, ngambil apaan sih dimobil?" rutuk Haris yang sudah kelamaan menunggu Alden.

"Bro sorry banget ya. Gue ada urusan mendadak. Gue janji kapan kapan akan masakin loe spageti, oke. See you.."

Alden menutup panggilan membuat Haris merutuk kesal. Dia sudah menyiapkan semua bahan masakan untuk membuat spageti, eh Alden malah main pergi aja. Gagal deh rencananya mau buatin makan malam spesial buat Caca.

"Sorry, Ris. Aku harus mengurus rumah tanggaku dulu. Ibu Negara lagi nggak baik baik saja nih. Aku harus mencari cara untuk membuatnya merasa lebih baik." Gumamnya.

Alden akhirnya keluar lagi dari apartemen Caca untuk mengambil belanjaannya ke mobil. Dan lagi lagi, Robi melihat Alden keluar dari apartemen Caca. Robi bahkan diam diam mengikuti Alden sampai ke parkiran mobil bawah tanah, dimana Alden akhirnya memarkir mobilnya agar tidak ketahuan Haris.

"Siapa sih pria itu?!" Bisik Robi sambil memotret Alden diam diam menggunakan kamera hp nya.

Sedangkan Alden yang tidak menyadari diikuti oleh Robi pun dengan santainya kembali ke apartemen Caca dengan menjinjing belanjaanya.

"Akan aku buatkan Caca spageti seperti keinginan Haris. Sorry ya, bro. Caca milikku sekarang dan ya, selamanya dia milikku." Gumam Alden sambil melangkah dengan semangat.

Saat Alden kembali masuk, Robi pun kembali memotretnya.

"Apa mungkin dia suami Caca? Tapi kenapa harus dia, Ca? Kenapa bukan aku." Robi mengepalkan tangannya dan mengantapkan rahangnya menatap Alden yang bisa keluar masuk apartemen Caca dengan mudahnya.

...🍂🍂🍂...

Alden menyusun belanjaannya kedalam kulkas. Tidak lupa menyisakan bahan masakan yang akan dia masak untuk makan malam mereka.

"Aku akan memasakkan spageti terenak buat kamu istriku." Gumamnya sambil tersenyum bahagia.

Begitu lihai Alden menggunakan pisau saat memotong bahan masakannya. Dia sangat terampil memasak seperti seorang chef saja. Sekedar info, Alden tidak pernah memasak untuk wanita manapun sebelumnya. Ini kali pertamanya masak khusus hanya untuk Caca.

Sejak awal mencintai Caca, satu hal yang sangat ingin dia lakukan untuk Caca adalah memasakkan makanan enak untuknya. Alden yang dulu selalu diam diam mengikuti Caca ke perpustakaan merasa kasihan melihat Caca memilih makan siang hanya dengan sepotong roti saja.

Nah karena alasan itulah, dia belajar memasak. Tidak tanggung tanggung, saat masih kuliah di Singapur dulu, Alden juga kursus memasak dengan seorang Chef hebat.

Dan ya, pertama kali dia masak untuk Haris. Karena memang mereka sangat dekat sejak kecil. Kebetulan saat itu Haris sering mengunjunginya di Singapur dan untuk membuktikan keahlian memasaknya sudah meningkat, dengan cara memasak makanan lalu Haris yang mencicipi.

Haris memang orang pertama yang menyicip masakannya. Tapi, Caca adalah alasan mengapa seorang Alden memasak.

Malam ini, dia akan mempersembahkan masakan pertamanya untuk wanita yang sangat dicintainya itu.

Sedangkan Caca sejak tadi menangis sedih di kamarnya, karena mengira Alden memeluknya dengan menganggap dirinya adalah Lisa. Padahal, Alden memeluknya dan mengatakan Rindu yang memang tertuju padanya.

Tiba tiba hidungnya mencium bau masakan yang sangat lezat hingga membuat perutnya terasa keroncongan.

"Lapar..." Gumamnya.

Caca pun langsung keluar dari kamarnya. Dilihatnya Alden sedang memasak didapurnya. Alden terlihat sangat keren saat berada di dapur dengan segala bahan masakannya.

Langkahnya perlahan mendekati Alden, Caca berakhir duduk di kursi meja makan sambil menatap Alden yang hampir menyelesaikan masakannya.

Melihat Caca menatapnya, Alden pun tersenyum padanya. Senyuman yang dulu pernah dilihat Caca saat masih SMA. Senyuman inilah yang membuat Caca jatuh cinta pada idola disekolahnya itu.

"Kamu suka spageti?" Tanya Alden.

"Suka." Sahut Caca tanpa mengalihkan pandangannya pada Alden.

"Sebentar lagi kamu akan menikmati spageti buatanku. Ini khusus hanya untuk kamu." Ucapnya.

Senyum samar terlihat dibibir Caca sangat samar nyaris tak terlihat. Dia pun mengalihkan pandangannya dari Alden.

"Memandang Alden, membuatku merasa bersalah pada Lisa. " Gumamnya dalam hati

Caca terlalu memikirkan Lisa. Padahal Lisa sendiri yang menginginkan kakaknya itu untuk menggantikan posisinya sebagai istri dari Alden Rezqiano Adnan. Harusnya Caca berhenti memikirkan Lisa dan mulai mencintai Alden secara nyata. Toh Lisa juga tidak akan kembali lagi ke dunia ini.

"Spageti cinta khusus untuk ibu negara."

Alden membangunkan Caca dari lamunannya saat meletakkan seporsi spageti yang terlihat sangat lezat di hadapan Caca.

"Silahkan dicicipi ibu negara!"

"Ibu negara? Apa itu panggilan sayang untuk Lisa?" Pikir Caca yang masih mengira Alden menganggapnya Lisa.

Alden tersenyum menunggu Caca mencicipi spageti buatannya.

Perlahan Caca pun mulai menggerakkan tangannya mengambil garpu, lalu dia membawa makanan itu kedalam mulutnya.

"Bagaimana ibu negara?" Tanya Alden tidak sabar mendengar komentar Caca.

Caca mulai mengunyah. Raut mukanya terlihat datar, tapi jujur Caca suka.

"Enak nggak?"

Caca mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Alden.

"Kamu suka?"

Lagi lagi Caca kembali mengangguk saja.

Meski berharap Caca akan memuji masakannya, tapi tidak apa karena respon Caca terlihat biasa saja. Yang penting Caca mau memakan masakannya.

Alden pun duduk di kursi lainnya yang langsung berhadapan dengan Caca.

"Apa ini makanan kesuakaan Lisa?" Tanya Caca yang membuat Alden yang tadi hendak makan pun tidak jadi.

"Apa panggilan sayang kamu ke Lisa, ibu negara?"

Pertanyaan itu kembali membuat Alden tambah tak berkutik.

"Harus aku jawab bagaimana? Kalau aku jawab jujur, apa mungkin Caca akan percaya. Tapi, kalau aku bohong mungkin akan lebih menyakitinya." Pikir Alden berdialog dalam pikirannya.