Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Ternyata Tidak Setulus Itu.
Nasya yang masih berada di kursi roda yang sekarang didorong oleh Andre yang membawa sang adik berjalan-jalan di luar rumah sakit.
"Nasya apa yang kakak lakukan semua untuk kamu. Kakak sangat berharap kamu mempertimbangkan semua ini. Laki-laki itu harus bertanggung jawab penuh kepada kamu dengan cara menikah dengan kamu," ucap Andre sembari mendorong kursi roda adiknya yang membahas masalah pernikahan.
Walau Nasya sempat mendengar pembahasan itu, tetapi pada akhirnya kedua orang tuanya dan Andre membicarakan secara langsung dengannya dan sampai detik ini Nasya belum memberikan tanggapan apapun.
"Bukan Kakak, Bunda dan Ayah tidak ingin merawat kamu dan menyerahkan kamu kepada orang lain. Tetapi kembali lagi. Dia tidak bisa seenaknya lepas dari tanggung jawab dan bisa hidup bahagia bersama orang lain dan sementara kamu harus menderita. Ini adalah perbuatannya," tegas Andre.
"Bagaimana mungkin aku harus menikah dengan laki-laki yang telah membuatku seperti ini dan bukankah itu sama saja jika aku telah mengkhianati Radit. Radit yang pergi karena kecelakaan ini dan aku akan menikah dengan orang lain. Aku sama saja telah berkhiyanat," batin Nasya penuh keraguan melaksanakan perintah dari sang Kakak.
"Nasya kamu tunggu sebentar di sini ya. Kakak mau mengambil minum dulu," ucap Andre. Nasya hanya menganggukkan kepala.
Nasya menghela nafas dengan memejamkan matanya sebentar.
"Ini sangat konyol, Mah! Mama juga kenapa setuju begitu saja," Nasya membuka mata ketika mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
Nasya menoleh ke arah sebelah kiri dan melihat yang ternyata Santi sedang berdebat dengan Nathan.
"Mama mengatakan setuju hanya ingin meyakinkan mereka saja jika keluarga kita benar-benar ingin bertanggung jawab kepada anak mereka yang sudah lumpuh. Nathan kamu coba pikirkan. Anaknya juga tidak akan mungkin mau menikah dengan kamu. Kamu lihat saja dia masih saja berduka dengan kepergian calon suaminya yang tiba-tiba disuruh menikah dengan kamu,"
"Hati wanita berbeda dengan hati laki-laki. Dia sangat mencintai calon suaminya dan sangat tidak mungkin menikah dengan laki-laki lain dalam suasana berduka!" tegas Santi.
"Apa maksud Mama?" tanya Nathan bingung.
"Mama menyetujui permintaan Kakaknya hanya karena meyakinkan keluarga mereka dan karena mama juga tahu kalau anak mereka juga tidak akan mau menikah dengan kamu. Jadi kamu seharusnya menurut saja. Kamu terus menunjukkan rasa bersalah dan bahkan rela menikahi gadis lumpuh sepertinya. Agar mereka yakin!"
"Lalu jika anak mereka tidak setuju. Apa yang bisa mereka lakukan dan semua itu bukan kesalahan kita lagi. Nathan dalam keadaan seperti ini kamu harus bersikap terus mengalah, menurut agar permasalahan ini tidak dibawa ke kantor polisi. Mama tidak ingin kamu harus dipenjara karena semua ini!" tegas Santi yang memberikan penjelasan panjang lebar.
Nasya tersenyum getir yang mendengar sangat jelas bagaimana pembicaraan ibu dan anak itu yang ternyata ada sesuatu dibalik mereka selama ini memasang wajah merasa bersalah.
"Mama juga tidak ingin memiliki menantu yang lumpuh seperti itu dan walau apa yang terjadi padanya adalah perbuatan kamu. Kamu juga juga memiliki pasangan Fiony dan Mama juga menginginkan kalian untuk menikah. Kamu berhak menikah dengan wanita tanpa kekurangan fisik!" tegas Santi.
Nathan yang terdiam yang tidak berpendapat apapun.
Nasya yang tiba-tiba geleng-geleng kepala mungkin dia tidak percaya jika seorang wanita yang terus saja memohon agar putranya tidak dilibatkan kepada polisi ternyata semua itu hanyalah sandiwara untuk mendapatkan belas kasihan saja.
Tidak ada kesungguhan hati yang ingin bertanggung jawab kepada Nasya. Bahkan syarat pernikahan yang telah diajukan Andre disetujui Santi begitu saja yang ternyata dia bisa menduga jika Nasya akan menolak semua itu.
Benar apa kata Santi, hati seorang wanita jauh lebih lembut dan sangat tidak mungkin menyetujui pernikahan itu. Jadi Santi hanya berpura-pura bertanggung jawab dan menuruti semua keinginan keluarga Nasya demi menyelamatkan Nathan dari jerat hukum.
**
Kediaman Nasya.
Nasya yang sudah pulang dari rumah sakit. Sekarang Nasya yang berada di atas kursi roda yang di ruang tamu bersama kedua orang tuanya. Nathan dan kedua orang tuanya hadir kembali di kediaman Nasya.
"Kami datang ke rumah ini ingin mengatakan sekali lagi bahwa kami menyetujui keinginan kalian untuk menikahkan anak kami dengan Putri kalian," ucap Santi dengan ekspresi wajah lesu.
Raden dan Malika saling melihat dengan ekspresi yang tidak terbaca. Mereka berdua sama sekali belum mendapatkan persetujuan dari Nasya.
"Kami benar-benar ingin bertanggung jawab kepada putri kalian. Jika memang dengan menikahi putri kalian bisa mengubah keputusan kalian untuk tidak memperpanjang masalah ini. Maka anak saya siap melakukannya," sahut Santi.
"Benar bukan Nathan?" tanya Santi dengan menatap putranya itu dengan tatapan yang harus mengatakan iya sesuai dengan apa yang mereka bahas sebelumnya.
Mata Nasya melihat ke arah Natan. Nasya mengingat pertemuan pertama kali dia dengan pria itu adalah di gedung yang mana dia juga datang bersama pasangannya dan waktu itu fokus Nasya tiba-tiba saja mengarah pada pasangan itu.
Nasya memang baru mengingat kejadian itu ketika beberapa kali berusaha untuk mengingat.
"Kami sangat menghargai keputusan kalian yang pasti sangat tidak mudah. Tetapi kembali lagi yang menjalankan semua ini adalah anak saya dan sebelum itu saya ingin bertanya dulu kepada putra kalian. Apa dia benar-benar sungguh-sungguh dengan penuh ketulusan untuk bertanggung jawab dengan menikahi Nasya dan mengabdikan hidupnya kepada Nasya dengan segala kekurangan Nasya?" tanya Malika.
"Nathan setuju dan semua ini sudah dia bahas, dia akan melakukan apapun untuk bertanggung jawab," Santi yang mewakili Nathan untuk menjawab semua itu. Dia seolah tidak ingin Nathan melakukan kesalahan.
"Saya hanya bertanya kepada yang bersangkutan," sahut Malika yang memang ingin mendengarkan jawaban dari laki-laki yang sejak tadi hanya diam saja dan dari wajahnya juga terlihat banyak sekali keraguan.
"Nathan jawablah!" tegas Santi.
"Baiklah! jika memang cara bertanggung jawab untuk semua ini adalah dengan menikahi putri kalian. Maka saya siap untuk menikahi Nasya," jawab Nathan dengan matanya melihat karena Nasya.
Malika dan Raden yang kembali saling melihat.
"Nasya. Mama mengerti bagaimana perasaan kamu saat ini. Ini sangat tidak mudah untuk kamu jalani. Kita semua di sini sangat peduli dengan kesehatan kamu dan bukan berarti tindakan yang diambil ini karena Bunda dan Ayah atau kak Andre tidak bisa merawat kamu. Justru kami bisa ingin merawat kamu dengan tangan kami sendiri. Bunda sama Ayah tidak memaksakan kamu dan ini adalah bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan keluarga mereka. Tetapi kembali lagi semua keputusan ada pada kamu," ucap Malika.
"Benar Nasya. Jadi apa kamu akan menerima pinangan dari Nathan?" tanya Raden.
Nasya melihat ke arah Santi, wajah Santi tampak harap-harap cemas. Tetapi dia menutupi dengan tersenyum yang memperlihatkan wajahnya memang seperti seseorang yang begitu sangat ingin sekali bertanggung jawab.
Tetapi Nasya sudah mendengarkan semua pengakuan dari Santi jika semua itu hanyalah sebagai prioritas saja yang sebenarnya dari lubuk hatinya tidak menginginkan persyaratan yang diberikan Andre.
Nasya memberikan kode seperti ingin menulis sesuatu. Andre yang langsung memberikan ponsel kepada sang adik dan Nasya mengetik beberapa kalimat di sana yang membuat jantung Santi berdebar dengan kencang.
Bersambung ....