"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Lagi-lagi mbok Yem diam saat mendengar pertanyaan dari tuan Maxim.
"Bicaralah mbok... jangan takut. Saya yakin ada yang anda sembunyikan kepada saya." titah tuan Maxim.
Mbok Yem seketika mengangkat kepalanya. "Sebelumnya saya minta maaf pak, jadi benar, kalau Paijo bukanlah anak kandung saja, melainkan anak dari seseorang yaitu mantan besan anda, yaitu pak Sholeh." mbok Yem yang menatap ke arah tuan Maxim.
"Sudah ku duga. Lalu siapa Paijo sebenarnya?." tanya tuan Maxim.
Dengan tangan bergetar mbok Yem kembali berbicara. "Paijo adalah Desta yang mempunyai adik bernama Heksa. Mereka adalah kembar pak."
"Maksud anda yang menikah dengan putri saya bukanlah Desta, melainkan Heksa adiknya?." tanya tuan Maxim dengan sangat serius.
"Benar pak. Pak Sholeh menyuruh Heksa bertukar dengan Desta, agar Heksa bisa menjadi penerus perusahaan bapak. Karena pak Sholeh tidak menyukai Desta sedari kecil karena menurut beliau Desta adalah anak pembawa petaka. Tidak hanya itu dulu pak Sholeh tidak merestui Heksa anak keduanya jika Heksa mempunyai hubungan dengan Vania, yaitu putri tiri anda, dan menyuruh Heksa agar menikah dengan non Gania yang saat itu menjadi kekasih Desta. Namun justru Heksa mengambil kesempatan untuk mendekati Vania, saat Vania berstatus menjadi putri tiri anda. Selama dua tahun Heksa menjalin hubungan dengan Vania, tanpa sepengetahuan non Gania selaku istrinya." jelas mbok Yem.
"Berarti dengan nama Desta lah, Heksa menikahi putriku?."
"Iya pak. Pak Sholeh menyuruh agar Desta dan Heksa bertukar posisi. Karena pak Sholeh tidak terima jika Desta lah yang akan menikah dengan non Gania."
"Kurang ajar! berarti selama ini aku di permainkan oleh keluarga Sholeh." tuan Maxim semakin kesal dengan pak Sholeh dan juga ibu Mira. "Kenapa anda tidak memberi tahu saya sejak awal mbok, jika laki-laki itu Heksa bukanlah Desta."
"Maafkan saya pak. Karena menurut saya, saya tidak mempunyai kuasa untuk mengatakan itu semua." ucap mbok Yem.
Tuan Maxim seketika hanya diam, ia tidak berhak juga untuk menyalahkan mbok Yem. Karena ia memang tidak mempunyai kuasa apa-apa untuk mengatakan semua kebenarannya.
"Ya sudah kalau begitu kembali lah ke kamar mbok. Terimakasih atas infonya tentang keluarga brengsek itu." ucap tuan Maxim.
"Baik pak." mbok Yem seketika beranjak berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pergi meninggalkan tuan Maxim.
Pagi hari.
Seperti biasa setiap hari Gania selalu menikmati sarapan dengan sang ayah di meja makan. Hari ini Gania memutuskan untuk izin libur bekerja selama satu hari karena tidak enak badan. Ia merasa perutnya masih saja mual dan juga kepalanya pusing.
"Bagaimana keadaan mu sayang? apakah sudah mendingan?." tanya tuan Maxim kepada putrinya.
"Sudah mendingan yah. Mungkin karena Gania terlalu kecapean, jadi seperti ini."
"Seharusnya kamu tidak perlu bekerja dari pagi hingga malam, Gania. Itu akan membuat kamu dan calon cucu ayah menjadi kenapa-kenapa, lebih baik istirahat di rumah saja, biar ayah yang menghandle pekerjaan kantor."
"Tidak yah. Gania merasa kesepian jika hanya di rumah saja, karena ke kantor sudah menjadi rutinitas Gania sehari-hari."
Tuan Maxim yang mendengar ucapan putrinya hanya menghela nafas saja. Tuan Maxim sudah tahu apa jawaban dari putrinya jika di suruh di rumah saja. Karena Gania adalah tipikal wanita yang pekerja keras dan tidak mudah mengeluh.
"Tadi malam ayah kemana? tumben malem-malem keluar rumah?." tanya Gania sambil menyantap nasi goreng di depannya.
"Ayah hanya pergi ke rumah teman ayah saja, di rumah suntuk jadi ayah keluar sebentar untuk mencari udara segar." jawab tuan Maxim.
"Oh.. begitu rupanya." Gania yang mengangguk pelan.
"Ayah sudah selesai. Selesaikan sarapan mu dulu, lalu kembali lah istirahat." perintah tuan Maxim.
"Iya yah." jawab Gania.
Tuan Maxim seketika sudah beranjak berdiri lalu meninggalkan meja makan untuk menuju ke ruang kerjanya. Tempat di mana tuan Maxim selalu menghabiskan waktu di rumah sambil mengerjakan beberapa pekerjaannya.
Gania yang merasa sudah kenyang seketika juga beranjak berdiri untuk meninggalkan meja makan. Namun saat Gania sedang berjalan ia tidak sengaja melihat Paijo dari sebalik jendela sedang memotong beberapa rumput di depan rumah.
Gania seketika memutuskan untuk berjalan keluar rumah. Entah kenapa ia merasa ingin menatap wajah Paijo dari jarak yang tidak terlalu jauh. Setibanya di depan rumah, Gania memutuskan untuk duduk di sebuah kursi yang terletak di depan rumah, sambil menatap ke arah Paijo yang sedang sibuk memotong rumput.
"Kenapa saat aku menatap mata Paijo, aku teringat dengan seseorang. Seseorang yang pernah dekat dengan ku, tapi siapa? apakah ini pertanda bahwa aku belum bisa move on dari mas Desta? namun sepertinya tidak." ucap Gania pelan terus menatap ke arah Paijo.
Paijo yang sedang sibuk memotong beberapa rumput di halaman rumah tahu jika Gania sedang duduk di depan rumah. Paijo melihat Gania begitu cantik di pagi hari, yang masih menggunakan baju tidur bermotif bunga. Paijo melihat wajah Gania tampak sedang tidak sehat namun tetap berseri-seri dan glowing.
"Apakah itu karena dia sedang hamil, jadi terlihat sangat cantik." ucap Paijo pelan, sedikit mencuri-curi pandang ke arah Gania.
Pak Joko yang dari tadi berdiri tidak jauh dari Paijo yang terus memperhatikan gerak-gerik Paijo yang sedang mencuri-curi pandang ke arah Gania seketika mendehem.
"Ehem.."
"Non Gania memang cantik, tapi kamu jangan berkhayal bisa mendapatkannya." ucap pak Joko secara tiba-tiba hingga membuat Paijo terkejut.
"Aduh.. nopo to pak. Paijo ndak sedang melihat non Gania." ucap Paijo sambil menatap ke arah pak Joko.
"Loh bapak ndak bilang lo kalau kamu sedang menatap non, Gania. Berarti benar kamu tadi sedang menatapnya yo?."
Paijo yang mendengar ucapan pak Joko seketika tersenyum malu. "Siapa yang ndak terpesona dengan non Gania pak, secara non Gania itu uayu pisan." ucap Paijo.
"Iyo. Tapi orang secantik non Gania saja, masih bisa di selingkuhi oleh suaminya."
"Iyo pak. Apa bapak udah pernah melihat mantan suaminya non Gania?." tanya Paijo.
"Durung. wajah e koyo opo, bapak ndak ngerti." jawab pak Joko.
Paijo yang mendengar ucapan pak Joko seketika paham bahwa pak Joko belum mengetahui bahwa mantan suami Gania dan dirinya mempunyai wajah yang sama. Bahkan pak Joko juga tidak tahu jika Paijo adalah Desta putra kembar dari pak Sholeh. Karena saat mbok Yem mengadopsi Desta dulu, pak Joko masih bekerja di luar pulau.