Pulang Untuk Membalas Dendam

Dira sudah terlihat lebih tenang jadi Hesti meninggalkannya karena banyak pekerjaan yang harus dia urus. Sementara itu Alex masih di sana bersama Dira.

"Jadi kamu punya kekasih? Kamu harus segera memutuskannya karena sekarang kamu adalah kekasihku," ucap Alex.

"Diamlah Alex, kau tidak tahu apa-apa!" jawab Dira malas. Meskipun hubungannya dengan Jeff tidak jelas, Dira yakin pria itu pasti marah jika mengetahui jika dirinya berhubungan dengan Alex.

Dira memikirkan pernikahan Selvi dan Zaki akan dimajukan, itu berarti Zaki tidak percaya kata-katanya. Dira harus memutar otak memikirkan cara untuk menggagalkan pernikahan mereka.

Sempat berpikir untuk menunjukkan video itu pada Zaki, tetapi Dira terlalu malu untuk melakukannya. Malu karena video itu mengekspos bagian bawah tubuhnya, meskipun masih tertutup celana dalam tetap saja Dira merasa malu.

Itu adalah kenangan buruk dan sebuah trauma yang ingin dia hilangkan bukan ingin dia tunjuk-tunjukkan demi mendapatkan belas kasihan.

Seharusnya dia sekarang hanya fokus memikirkan caranya menggagalkan pernikahan Selvi dan Zaki, tetapi karena kehadiran Alex, Dira jadi tidak bisa fokus.

Lalu Dira melirik Alex yang duduk di depannya. Mungkinkah dia memanfaatkan pria ini saja untuk menggagalkan pernikahan Selvi?

*

Alex mendatangi Dira di kantornya. Laki-laki itu benar-benar gila dan tidak memikirkan apapun selain apa yang diinginkannya.

"Aku ingin bertemu Dira, Indira Oktavia," ucap Alex kepada Tia.

Tia memandang laki-laki di depannya. Dia merasa asing dengan laki-laki itu. "Maaf, bu Indira tidak bisa ditemui untuk karena sedang ada meeting. Anda bisa membuat janji dulu lalu kembali kesini lain kali," balas Tia bohong.

"Aku tidak mau lain kali! Aku mau bertemu dengan Dira sekarang! Katakan padanya jika kekasihnya ingin bertemu!" ucap Alex dengan nada memaksa.

Tia melotot mendengar perkataan laki-laki di depannya. Dia sangat mengenal Dira. Pacaran tidak ada dalam kamus hidup Dira, apalagi dengan laki-laki semacam ini.

Tampan sih tampan, tetapi penampilannya tidak berkelas dan sangat urakan! Apa kabar Tuan Jeffrey jika yang seperti ini dijadikan kekasih oleh Dira?

"Kenapa bengong?! Aku ini kekasih atasanmu! Sana cepat katakan pada Dira jika pacarnya menunggu!" ulang Alex.

"Mohon tunggu. Silahkan duduk dulu," ucap Tia berusaha tetap sopan. Lalu dia masuk ke ruangan Dira.

"Dir, ada yang ingin ketemu," ucap Tia begitu di dalam ruangan Dira.

"Siapa?"

"Nggak tahu, ngakunya sih pacarmu," balas Tia sambil menahan tawa.

"Orang gila itu," gumam Dira sambil memijit pelipisnya. Pekerjaannya sedang banyak-banyaknya ditambah kedatangan Alex si pria psikopat akan menjadi double combo untuk membuat dia sakit kepala.

Selama ini Jeff juga sering mengaku-ngaku kalau dia adalah kekasih Dira, tetapi Dira tidak mempermasalahkannya dan kadang bahagia mendengarnya. Tetapi ketika Alex mengaku sebagai kekasihnya Dira merasa tidak suka.

"Tolong kamu usir dia, katakan alasan apapun terserah!"

"Sudah, aku sudah mengatakan kalau kamu ada meeting, tetapi dia ngeyel. Lebih baik kamu temui dia daripada dia membuat keributan di sini. Laki-laki itu model seperti itu biasanya nekat."

"Ya sudah, suruh dia masuk." Terpaksa Dira menuruti saran Tia. "Nanti setelah sepuluh atau lima belas menit kamu masuk lagi kemari lalu pura-pura mengajakku meeting di luar. Bisa 'kan?" pinta Dira sebelum Tia melangkahkan kakinya.

"Siap Bu Bos," jawab Tia yang sudah membaca situasi bos-nya.

Beberapa saat setelah kepergian Tia, Alex masuk ke dalam ruangan Dira. Pria itu tampak mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan Dira. "Ternyata kamu benar-benar seorang bos Sayang," ucapnya terkagum-kagum.

"Jangan memanggilku seperti itu Alex, aku tidak suka!" ucap Dira tanpa sedikitpun melihat ke arah Alex. Dia lebih suka menatap laptopnya daripada melihat pria gila di depannya.

"Kita sepasang kekasih, jadi wajar jika aku memanggilmu dengan panggilan Sayang," jawab Alex acuh. Dira tidak bicara lagi. Dia melanjutkan pekerjaannya seperti tidak ada Alex di sana.

"Aku jauh-jauh kemari tetapi kamu mengacuhkan aku Sayang?!" ucap Alex mulai kesal.

"Aku sibuk Alex. Siapa suruh kamu datang kemari?"

"Ya sudah tidak apa-apa. Setidaknya aku bisa memandangi wajahmu di sini." Alex tidak bicara lagi.

Beberapa saat kemudian pintu ruangan Dira kembali dibuka.

"Ada apa Tia?" tanya Dira dengan mata yang tetap fokus pada laptopnya. Dira tidak perlu melihat siapa yang datang karena yakin itu Tia yang pura-pura akan mengajaknya meeting, seperti skenario yang tadi telah mereka buat.

"Ini aku!" jawab orang yang baru saja masuk. Barulah Dira mengangkat kepalanya.

"Jeff?!" Dira mengangkat kepalanya sedikit gugup.

"Siapa dia Sayang? Kenapa kamu gugup seperti itu?" sahut Alex berjalan menghampiri Dira.

Jeff menoleh, melihat laki-laki yang sedang mempertanyakan siapa dirinya.

"Siapa dia?" tanya Jeff dingin, seperti sedang memposisikan jika dirinya lebih tinggi dari Dira. Melihat dari penampilannya Jeff yakin pria itu bukan rekan bisnis ataupun sedang berurusan dengan Dira terkait pekerjaan.

"Aku adalah Alex, kekasih Dira!" jawab Alex lantang.

Jeff menatap Dira datar. "Selesaikan urusanmu dengan laki-laki itu, setelah itu temui Aku di ruang meeting!" ucapnya. Dira yakin Jeff sedang marah karena dia tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.

Kemudian dia pergi meninggalkan ruangan Dira tanpa berkata-kata lagi, bahkan seperti tidak menganggap jika Alex ada di sana.

"Hei ... Siapa kamu berani-beraninya menyuruh kekasihku?!" teriak Alex tidak terima. Setahunya Dira adalah pemimpin perusahaan ini.

"Diam kamu Alex!" Alex berhasil membuat Dira kesal. Jika saja bukan karena Dira ingin mendapatkan rekaman video itu Dira tidak akan sudi berurusan dengan Alex. Laki-laki itu benar-benar memalukan, menjengkelkan dan tidak tahu diri.

Dira menghirup nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri agar tidak terpancing emosi menghadapi Alex.

"Kamu bisa memastikan jika hanya kamu yang memiliki rekaman video itu?"

"Tentu saja, karena itu kamu harus menuruti keinginanku," jawab Alex yakin. "Tidak sia-sia aku menyimpan video itu. Ternyata ada gunanya juga."

"Kenapa harus menjadi kekasihmu? Jika kamu menginginkan uang aku bisa memberikannya padamu. Berapa yang kamu minta?" Dira berusaha bernegosiasi.

"Tidak, urusanku denganmu bukan hanya soal uang Dira. Aku ingin yang lain," balas Alex dengan seringai di wajahnya.

"Apakah Selvi tahu kamu masih menyimpan video itu?"

"Mmm ... tidak," jawab Alex sedikit ragu.

"Kenapa kamu hanya mengancam aku? Kenapa tidak kamu tunjukkan video itu kepada Selvi juga? Kamu pasti akan mendapatkan sesuatu darinya." Dira tidak ingin rugi sendirian.

Alex terlihat berpikir. "Benar juga. Terima kasih ide mu Dira. Sebaiknya aku pergi sekarang."