Pulang Untuk Membalas Dendam

Pulang Untuk Membalas Dendam

1. Dikerjai dan Difitnah

Dua orang gadis remaja berjalan bersama, mengendap-endap keluar dari kedai makan yang tengah viral di kalangan anak muda. Mereka terlihat bahagia setelah berhasil mengerjai teman mereka dengan cara meninggalkan dia di dalam restoran sendirian untuk membayar makanan yang telah mereka makan.

"Menurutmu bagaimana dia akan membayar semua makanan yang kita pesan tadi?" tanya Rieke sambil mengintip di balik pintu.

"Bodo amat, emang gue pikirin?!" balas Selvi dengan nada acuh. Gadis itu merasa puas telah berhasil mengerjai anak dari pembantu di rumahnya yang juga merupakan teman sekolahnya. "Yuk, kita pergi sebelum dia sadar kalau kita meninggalkannya," lanjutnya. Lalu kedua gadis remaja itu pun pergi sambil terkekeh puas.

Sementara itu di dalam restoran seorang gadis lugu dan berpenampilan ala kadarnya terlihat cemas dan berkali-kali menoleh ke arah toilet. Tadi kedua temannya pamit untuk ke toilet. Tetapi sudah hampir setengah jam mereka berdua belum kembali juga.

"Mbak, boleh aku ke toilet sebentar untuk menyusul temanku?" tanya remaja lugu itu kepada pelayan restoran yang saat ini berdiri dengan tatapan tidak suka kepadanya.

"Itu hanya alasanmu untuk kabur seperti kedua temanmu tadi 'kan?" balas pelayan itu sinis.

"Apa maksudmu? Te ... Temanku kabur?!" jawab gadis itu tergagap.

"Aku yakin kalian bekerja sama! Tidak usah memasang tampang polos seperti itu. Aku sudah hafal modus anak-anak seperti kalian agar bisa makan gratis di sini! Cepat bayar semua ini!"

"Apa? Aku harus bayar semua ini?" Seketika wajah remaja itu pucat. Darimana dia punya uang untuk membayar makanan sebanyak ini? Dia masih SMA dan hanya seorang anak pembantu yang hidup pas-pasan. Dia bisa sekolah juga karena mendapatkan beasiswa atas kepintarannya. "Tapi ... Tapi bukan aku yang memesan makanan ini. Teman-temanku tadi yang pesan dan mereka juga yang makan."

"Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau aku akan panggil petugas keamanan?!" ancam pelayan tersebut dengan suara meninggi sehingga menarik perhatian pengunjung kedai tersebut.

"Tapi aku tidak punya uang," jawab gadis belia itu lirih.

"Kalau tidak punya uang kenapa makan di sini?!" bentak pelayan itu. "Sini, berikan nomor telepon orang tuamu. Akan aku telepon orang tuamu biar mereka yang bertanggung jawab!"

"Jangan, aku mohon jangan telepon ibuku. Akan aku lakukan apapun agar bisa membayar semua ini," ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

"Ada apa ini?" datang seorang perempuan menghampiri.

"Biasa, modus ngga mau bayar!"

"Siapa namamu?" tanya perempuan itu lembut.

"Namaku Dira," jawab gadis belia itu sambil terus menunduk menahan tangis dan menahan malu karena semua mata sedang mengarah kepadanya dengan tatapan menghakimi.

Tadi Dira datang ke restoran ini karena Selvi yang mengajaknya. Sebenarnya dari awal Gita tidak ingin ikut karena tahu pasti akan terjadi hal buruk padanya jika ada Selvi di dekatnya. Dia tahu Selvi dan Rieke tidak pernah tulus padanya dan hanya bersikap baik kepadanya di depan orang-orang tertentu.

Tetapi sang ibu terus memaksa sehingga Dira mau tidak mau menuruti ajakan Selvi untuk makan di kedai makan yang sedang populer di kalangan anak seusia mereka itu.

"Baiklah Dira, ikut aku sebentar. Kita bisa bicarakan ini di belakang agar tidak dilihat pengunjung yang lain," ucap perempuan itu dengan lembut.

"Aku akan diapakan? Apa kalian akan melaporkan aku ke polisi?" tanya Dira dengan wajah semakin pucat karena ketakutan.

"Tidak, kita hanya akan membicarakan bagaimana solusinya. Kamu tidak usah khawatir. Namaku Hesti," ucap perempuan yang mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari Dira.

Sementara itu, Selvi baru sampai di rumahnya setelah mengantarkan Rieke pulang terlebih dahulu. Selvi langsung di sambut oleh Bi Narti, ibunya Dira yang sudah lama bekerja sebagai pembantu di rumahnya.

"Pulangnya sendirian Non?"

"Iya Bi, Rieke langsung pulang ke rumah, Dira juga sudah aku antar pulang ke rumah. Bibi ngga usah khawatir," jawab Selvi tanpa merasa bersalah.

"Oh ... Ya sudah. Makasih ya Non Selvi. Bibi sangat senang karena Non Selvi baik banget sama Dira," ucap Bi Narti tulus.

"Sudahlah Bi, bibi 'kan sudah dianggap seperti keluarga sendiri di rumah ini. Jadi Dira juga sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri," ucap Selvi sopan. "Aku langsung ke atas ya Bi, mau istirahat. Oh ya Bi ... Tadi waktu aku ngantar Dira, ada anak laki-laki yang sedang menunggu Dira di rumah. Jadi nanti kalau bibi pulang Dira tidak ada di rumah, mungkin dia sedang pergi bersama laki-laki itu," ucap Selvi sebelum pergi. Lalu dia pun menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua rumahnya sambil menahan senyumnya.

Bi Narti mengangguk sambil memandangi sosok Selvi yang berjalan menjauh. Sungguh dia terkagum-kagum dengan anak majikannya yang selain cantik juga sangat baik hati dan sopan. Setidaknya begitulah yang terlihat di dari luar.

Beberapa hari kemudian ...

"Hey ... dekil!!!" Baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, Dira sudah mendapatkan sambutan dari Selvi. Semua orang yang berada di dalam kelas langsung menoleh ke sumber suara kecuali Dira.

"Aku memanggilmu, Dekil!!!"

Terpaksa Dira menoleh karena dia tahu panggilan itu ditujukan untuknya. "Ada apa Selvi?" tanyanya tanpa berani menatap Selvi.

"Panggil Nona! Kamu hanya anak pembantu di rumahku, ingat itu!" Beginilah aslinya sikap Selvi jika di luar rumah terutama saat bersama teman-temannya. Kasar, sombong dan seenaknya, berbeda sekali jika di depan orang yang lebih tua atau orang asing.

"Iya, ada apa Non Selvi?" ulang Dira sambil terus menunduk.

"Kamu lihat ini?" Selvi menunjukkan sebuah tas selempang kecil. "Ini adalah kado dari ibumu." Selvi melemparkan tas itu tepat di wajah Dira. Semalam dia merayakan pesta ulang tahun yang sangat meriah, dan hanya Dira sendiri yang tidak di undang. Tetapi Selvi mengatakan kepada Narti jika Dira juga diundang hanya saja Dira yang tidak mau datang.

"Apa ibumu pikir aku mau memakai tas seperti itu?" Bicara dengan menunjukkan mimik jijik melihat tas itu.

"Di tong sampah mana ibumu memungutnya?" timpal Rieke terkekeh. "Tas seperti itu cocoknya dipakai orang-orang dekil seperti kamu. Lihat, warnanya saja sama dengan warna kulitmu yang kusam dan dekil." Satu kelas tertawa mendengar kata-kata Rieke. Entah apa alasan mereka menganggap kata-kata itu lucu hingga patut ditertawakan.

"Lagian ibumu seharusnya sadar diri dimana posisinya. Dia itu hanya pembantu di rumah Selvi, sok-sokan ngasih kado segala. Daripada buat beli kado mending duitnya buat kamu perawatan biar nggak dekil kaya gitu," timpal yang lain yang diikuti dengan gelak tawa seluruh kelas.

Dira memungut tas kecil itu lalu duduk ke kursinya, berusaha mengabaikan orang-orang yang masih menertawakannya. Ini hanya sebuah contoh kecil dari apa yang biasa Dira alami di sekolah. Hampir setiap hari dia menerima hinaan seperti ini. Kadang dia biasa saja meladeninya tetapi kadang-kadang Dira tidak kuat dan ingin berhenti bersekolah.

Di kunci di dalam toilet sekolah adalah hal biasa bagi Dira. Tetapi Dia tidak lagi berteriak minta tolong atau menggedor pintu, tidak ada gunanya. Nanti petugas kebersihan sekolah akan mengeluarkannya secara tidak sengaja ketika akan membersihkan area toilet.

Sering sekali Selvi makan dan ketika tidak ada tisu untuk membersihkan tangannya yang kotor dia mengelap tangannya di baju seragam yang sedang dipakai. Tetapi itu hanya dianggap sepele bagi Dira. Hal seperti itu tidak membuatnya sakit hati.

Perbuatan paling keji yang Selvi dan Rieke lakukan kepada Dira adalah ketika mereka menyingkap rok yang sedang dipakai Dira di depan anak-anak laki-laki di kelasnya. Tidak lupa kedua gadis itu merekam dan menyebarkan videonya di seluruh sekolah. Tetapi bukan kata maaf yang keluar dari mulut mereka. Justru Selvi dan Rieke mengatakan jika Dira tidak perlu malu karena bahkan jika Dira telanjang pun tidak ada yang tertarik untuk melihatnya karena tubuh Dira yang dekil.

Tidak ada yang membantu Dira waktu itu, bahkan semua orang tertawa terbahak-bahak melihatnya. Saat itu, ingin rasanya Dira menghilang dari muka bumi ini. Dia benar-benar merasakan malu yang luar biasa bahkan sampai tidak berani berangkat sekolah berhari-hari lamanya. Ibunya tidak tahu menahu soal ini karena Dira hanya mengatakan jika dirinya tidak berangkat sekolah karena tidak enak badan.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

f

2024-10-28

0

Anonymous

Anonymous

t

2024-08-27

0

Happy Family

Happy Family

Dira kan? bukan Gita...kan?

2024-08-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dikerjai dan Difitnah
2 2. Pulang
3 3. Semesta Memberi Jalan
4 4. Restoran dan Kenangannya
5 5. Pingsan Tanpa Rencana
6 6. Dira Si Dekil
7 7. Membeli Mobil
8 8. Reuni Tak Terduga
9 9. Manis Di Depan
10 10. Insomnia
11 11. Keluarga Vinson
12 12. Menggali Lubang
13 13. Teror Kecil
14 14. Makan Malam
15 15. Reuni
16 16. Rahasia
17 17. Undangan
18 18. Pesta Pertunangan
19 19. Dipermalukan
20 20. Bicara Berdua
21 21. Alex
22 22. Keributan
23 23. Memanfaatkan Alex
24 24. Kegalauan Zaki
25 25. Kedatangan Selvi
26 26. Kedatangan Selvi 2
27 27. Selamat Tinggal Ibu
28 28. Kemarahan Jeff
29 29. Rencana
30 30. Pertunjukan Segera Dimulai
31 31. Layar Raksasa
32 32. Batal
33 33. Tersangka
34 34. Balasan
35 35. Datang Untuk Meminta Maaf
36 36. Usai
37 37. Pelaku Sebenarnya
38 38. Laporan Dari Yayasan
39 39. Bulan-bulanan
40 40. Kejahatan Lain
41 41. Bara Api
42 42. Belum Jera
43 43. Selvi Menemui Alex
44 44. Bangkrut
45 45. Kekurangan Uang
46 46. Hutang Budi
47 47. Menjenguk Harsa
48 48. Serangan Tiba-tiba
49 49. Sengaja Memanas-manasi
50 50. Rencana Lain
51 51. Makan Malam Jebakan
52 52. Senjata Makan Tuan
53 53. Pergi Kemana?
54 54. Karma Apalagi?
55 55. Hamil Tanpa Suami
56 56. Harsa
57 57. Laki-laki Itu
58 58. Extra Part 1
59 59. Ekstra Part 2
60 60. Extra Part 3 (Tamat)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
1. Dikerjai dan Difitnah
2
2. Pulang
3
3. Semesta Memberi Jalan
4
4. Restoran dan Kenangannya
5
5. Pingsan Tanpa Rencana
6
6. Dira Si Dekil
7
7. Membeli Mobil
8
8. Reuni Tak Terduga
9
9. Manis Di Depan
10
10. Insomnia
11
11. Keluarga Vinson
12
12. Menggali Lubang
13
13. Teror Kecil
14
14. Makan Malam
15
15. Reuni
16
16. Rahasia
17
17. Undangan
18
18. Pesta Pertunangan
19
19. Dipermalukan
20
20. Bicara Berdua
21
21. Alex
22
22. Keributan
23
23. Memanfaatkan Alex
24
24. Kegalauan Zaki
25
25. Kedatangan Selvi
26
26. Kedatangan Selvi 2
27
27. Selamat Tinggal Ibu
28
28. Kemarahan Jeff
29
29. Rencana
30
30. Pertunjukan Segera Dimulai
31
31. Layar Raksasa
32
32. Batal
33
33. Tersangka
34
34. Balasan
35
35. Datang Untuk Meminta Maaf
36
36. Usai
37
37. Pelaku Sebenarnya
38
38. Laporan Dari Yayasan
39
39. Bulan-bulanan
40
40. Kejahatan Lain
41
41. Bara Api
42
42. Belum Jera
43
43. Selvi Menemui Alex
44
44. Bangkrut
45
45. Kekurangan Uang
46
46. Hutang Budi
47
47. Menjenguk Harsa
48
48. Serangan Tiba-tiba
49
49. Sengaja Memanas-manasi
50
50. Rencana Lain
51
51. Makan Malam Jebakan
52
52. Senjata Makan Tuan
53
53. Pergi Kemana?
54
54. Karma Apalagi?
55
55. Hamil Tanpa Suami
56
56. Harsa
57
57. Laki-laki Itu
58
58. Extra Part 1
59
59. Ekstra Part 2
60
60. Extra Part 3 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!