Pulang Untuk Membalas Dendam
Dua orang gadis remaja berjalan bersama, mengendap-endap keluar dari kedai makan yang tengah viral di kalangan anak muda. Mereka terlihat bahagia setelah berhasil mengerjai teman mereka dengan cara meninggalkan dia di dalam restoran sendirian untuk membayar makanan yang telah mereka makan.
"Menurutmu bagaimana dia akan membayar semua makanan yang kita pesan tadi?" tanya Rieke sambil mengintip di balik pintu.
"Bodo amat, emang gue pikirin?!" balas Selvi dengan nada acuh. Gadis itu merasa puas telah berhasil mengerjai anak dari pembantu di rumahnya yang juga merupakan teman sekolahnya. "Yuk, kita pergi sebelum dia sadar kalau kita meninggalkannya," lanjutnya. Lalu kedua gadis remaja itu pun pergi sambil terkekeh puas.
Sementara itu di dalam restoran seorang gadis lugu dan berpenampilan ala kadarnya terlihat cemas dan berkali-kali menoleh ke arah toilet. Tadi kedua temannya pamit untuk ke toilet. Tetapi sudah hampir setengah jam mereka berdua belum kembali juga.
"Mbak, boleh aku ke toilet sebentar untuk menyusul temanku?" tanya remaja lugu itu kepada pelayan restoran yang saat ini berdiri dengan tatapan tidak suka kepadanya.
"Itu hanya alasanmu untuk kabur seperti kedua temanmu tadi 'kan?" balas pelayan itu sinis.
"Apa maksudmu? Te ... Temanku kabur?!" jawab gadis itu tergagap.
"Aku yakin kalian bekerja sama! Tidak usah memasang tampang polos seperti itu. Aku sudah hafal modus anak-anak seperti kalian agar bisa makan gratis di sini! Cepat bayar semua ini!"
"Apa? Aku harus bayar semua ini?" Seketika wajah remaja itu pucat. Darimana dia punya uang untuk membayar makanan sebanyak ini? Dia masih SMA dan hanya seorang anak pembantu yang hidup pas-pasan. Dia bisa sekolah juga karena mendapatkan beasiswa atas kepintarannya. "Tapi ... Tapi bukan aku yang memesan makanan ini. Teman-temanku tadi yang pesan dan mereka juga yang makan."
"Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau aku akan panggil petugas keamanan?!" ancam pelayan tersebut dengan suara meninggi sehingga menarik perhatian pengunjung kedai tersebut.
"Tapi aku tidak punya uang," jawab gadis belia itu lirih.
"Kalau tidak punya uang kenapa makan di sini?!" bentak pelayan itu. "Sini, berikan nomor telepon orang tuamu. Akan aku telepon orang tuamu biar mereka yang bertanggung jawab!"
"Jangan, aku mohon jangan telepon ibuku. Akan aku lakukan apapun agar bisa membayar semua ini," ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
"Ada apa ini?" datang seorang perempuan menghampiri.
"Biasa, modus ngga mau bayar!"
"Siapa namamu?" tanya perempuan itu lembut.
"Namaku Dira," jawab gadis belia itu sambil terus menunduk menahan tangis dan menahan malu karena semua mata sedang mengarah kepadanya dengan tatapan menghakimi.
Tadi Dira datang ke restoran ini karena Selvi yang mengajaknya. Sebenarnya dari awal Gita tidak ingin ikut karena tahu pasti akan terjadi hal buruk padanya jika ada Selvi di dekatnya. Dia tahu Selvi dan Rieke tidak pernah tulus padanya dan hanya bersikap baik kepadanya di depan orang-orang tertentu.
Tetapi sang ibu terus memaksa sehingga Dira mau tidak mau menuruti ajakan Selvi untuk makan di kedai makan yang sedang populer di kalangan anak seusia mereka itu.
"Baiklah Dira, ikut aku sebentar. Kita bisa bicarakan ini di belakang agar tidak dilihat pengunjung yang lain," ucap perempuan itu dengan lembut.
"Aku akan diapakan? Apa kalian akan melaporkan aku ke polisi?" tanya Dira dengan wajah semakin pucat karena ketakutan.
"Tidak, kita hanya akan membicarakan bagaimana solusinya. Kamu tidak usah khawatir. Namaku Hesti," ucap perempuan yang mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari Dira.
Sementara itu, Selvi baru sampai di rumahnya setelah mengantarkan Rieke pulang terlebih dahulu. Selvi langsung di sambut oleh Bi Narti, ibunya Dira yang sudah lama bekerja sebagai pembantu di rumahnya.
"Pulangnya sendirian Non?"
"Iya Bi, Rieke langsung pulang ke rumah, Dira juga sudah aku antar pulang ke rumah. Bibi ngga usah khawatir," jawab Selvi tanpa merasa bersalah.
"Oh ... Ya sudah. Makasih ya Non Selvi. Bibi sangat senang karena Non Selvi baik banget sama Dira," ucap Bi Narti tulus.
"Sudahlah Bi, bibi 'kan sudah dianggap seperti keluarga sendiri di rumah ini. Jadi Dira juga sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri," ucap Selvi sopan. "Aku langsung ke atas ya Bi, mau istirahat. Oh ya Bi ... Tadi waktu aku ngantar Dira, ada anak laki-laki yang sedang menunggu Dira di rumah. Jadi nanti kalau bibi pulang Dira tidak ada di rumah, mungkin dia sedang pergi bersama laki-laki itu," ucap Selvi sebelum pergi. Lalu dia pun menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua rumahnya sambil menahan senyumnya.
Bi Narti mengangguk sambil memandangi sosok Selvi yang berjalan menjauh. Sungguh dia terkagum-kagum dengan anak majikannya yang selain cantik juga sangat baik hati dan sopan. Setidaknya begitulah yang terlihat di dari luar.
Beberapa hari kemudian ...
"Hey ... dekil!!!" Baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, Dira sudah mendapatkan sambutan dari Selvi. Semua orang yang berada di dalam kelas langsung menoleh ke sumber suara kecuali Dira.
"Aku memanggilmu, Dekil!!!"
Terpaksa Dira menoleh karena dia tahu panggilan itu ditujukan untuknya. "Ada apa Selvi?" tanyanya tanpa berani menatap Selvi.
"Panggil Nona! Kamu hanya anak pembantu di rumahku, ingat itu!" Beginilah aslinya sikap Selvi jika di luar rumah terutama saat bersama teman-temannya. Kasar, sombong dan seenaknya, berbeda sekali jika di depan orang yang lebih tua atau orang asing.
"Iya, ada apa Non Selvi?" ulang Dira sambil terus menunduk.
"Kamu lihat ini?" Selvi menunjukkan sebuah tas selempang kecil. "Ini adalah kado dari ibumu." Selvi melemparkan tas itu tepat di wajah Dira. Semalam dia merayakan pesta ulang tahun yang sangat meriah, dan hanya Dira sendiri yang tidak di undang. Tetapi Selvi mengatakan kepada Narti jika Dira juga diundang hanya saja Dira yang tidak mau datang.
"Apa ibumu pikir aku mau memakai tas seperti itu?" Bicara dengan menunjukkan mimik jijik melihat tas itu.
"Di tong sampah mana ibumu memungutnya?" timpal Rieke terkekeh. "Tas seperti itu cocoknya dipakai orang-orang dekil seperti kamu. Lihat, warnanya saja sama dengan warna kulitmu yang kusam dan dekil." Satu kelas tertawa mendengar kata-kata Rieke. Entah apa alasan mereka menganggap kata-kata itu lucu hingga patut ditertawakan.
"Lagian ibumu seharusnya sadar diri dimana posisinya. Dia itu hanya pembantu di rumah Selvi, sok-sokan ngasih kado segala. Daripada buat beli kado mending duitnya buat kamu perawatan biar nggak dekil kaya gitu," timpal yang lain yang diikuti dengan gelak tawa seluruh kelas.
Dira memungut tas kecil itu lalu duduk ke kursinya, berusaha mengabaikan orang-orang yang masih menertawakannya. Ini hanya sebuah contoh kecil dari apa yang biasa Dira alami di sekolah. Hampir setiap hari dia menerima hinaan seperti ini. Kadang dia biasa saja meladeninya tetapi kadang-kadang Dira tidak kuat dan ingin berhenti bersekolah.
Di kunci di dalam toilet sekolah adalah hal biasa bagi Dira. Tetapi Dia tidak lagi berteriak minta tolong atau menggedor pintu, tidak ada gunanya. Nanti petugas kebersihan sekolah akan mengeluarkannya secara tidak sengaja ketika akan membersihkan area toilet.
Sering sekali Selvi makan dan ketika tidak ada tisu untuk membersihkan tangannya yang kotor dia mengelap tangannya di baju seragam yang sedang dipakai. Tetapi itu hanya dianggap sepele bagi Dira. Hal seperti itu tidak membuatnya sakit hati.
Perbuatan paling keji yang Selvi dan Rieke lakukan kepada Dira adalah ketika mereka menyingkap rok yang sedang dipakai Dira di depan anak-anak laki-laki di kelasnya. Tidak lupa kedua gadis itu merekam dan menyebarkan videonya di seluruh sekolah. Tetapi bukan kata maaf yang keluar dari mulut mereka. Justru Selvi dan Rieke mengatakan jika Dira tidak perlu malu karena bahkan jika Dira telanjang pun tidak ada yang tertarik untuk melihatnya karena tubuh Dira yang dekil.
Tidak ada yang membantu Dira waktu itu, bahkan semua orang tertawa terbahak-bahak melihatnya. Saat itu, ingin rasanya Dira menghilang dari muka bumi ini. Dia benar-benar merasakan malu yang luar biasa bahkan sampai tidak berani berangkat sekolah berhari-hari lamanya. Ibunya tidak tahu menahu soal ini karena Dira hanya mengatakan jika dirinya tidak berangkat sekolah karena tidak enak badan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Anonymous
f
2024-10-28
0
Anonymous
t
2024-08-27
0
Happy Family
Dira kan? bukan Gita...kan?
2024-08-14
0