Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Di dalam ruangan IGD...
"Makasih dok, udah bantu kami menangani pasien malam ini. Untung ada dokter, jadi semuanya benar-benar terkendali dengan baik.." ucap Rafdelia santun kepada Tony sembari membuka handscoon ditangannya.
"It's ok dok, Saya kan kepala dokter disini. udah seharusnya saya turun tangan jika kondisinya seperti tadi, mumpung ada disini." jawab Tony dengan senyum berlesung pipinya.
Rafdelia duduk di kursi, sedangkan Tony ikut duduk di kursi didepannya yang biasa untuk pasien konsultasi.
"Maaf, dokter kok masih di rumah sakit ya malam-malam begini?" tanya Rafdelia lembut.
"Iya, saya masih memeriksa berkas-berkas laporan yang udah numpuk. Takut besok gak terkejar." jawab Tony santai.
"Dokter sibuk banget ya... Gak capek dok?" Rafdelia tersenyum lembut"Saya masih muda dan masih singel. Jadi dimanfaatin lah... Besok kalau udah berkeluarga, gak bisa gini lagi. Harus bisa bagi waktu buat kerjaan dan buat keluarga yang paling utama." Tony menjawab lagi, entah mengapa ia merasa nyaman mengobrol bersama Rafdelia yang hangat itu.
"Dokter benar! Saya setuju keluarga prioritas utama. Tapi dokter sekarang juga gak boleh terlalu memforsir tenaga, tatap harus cukup istirahat. Kalau sekarang tenaganya terlalu terkuras, udah berumur dikit malah jadi penyakitan. Kan kasian anak istri juga... Hehe.." Rafdelia tertawa kecil menampilkan barisan gigi putihnya, membuatnya terlihat menggemaskan.
Deg! Tony seperti merasa ada desiran aneh di dadanya.
"Gila, ternyata benar yang dikatakan Valdo. Rafdelia bisa menyihir semua orang dengan tatapan dan senyuman nya." Tony membatin.
"Assalamualaikum." ucapnya membuat semua yang ada diruangan kaget. Para perawat yang masih sibuk mondar mandir mengecek pasien diruang besekat gorden itu, pun kaget karena ada big boss mereka malam-malam. Begini. Kesibukan yang mereka hadapi membuat mereka tidak sempat membaca pesan di grup wa bahwa ada sidak mendadak. Untungnya mereka sedang sibuk bekerja saat itu, jadi mereka merasa aman dalam pantauan bos besar. Begitulah pikir mereka saat ini.
Tak terkecuali dengan Rafdelia dan Tony...
"Lho, pak Zein ada disini.." Tony berdiri hormat layaknya anak buah dengan atasan dan mempersilahkan Zein duduk.
Begitu pula Rafdelia, langsung berdiri dan tersenyum kikuk. Ia berusaha bersikap hormat layaknya Kepada atasan dan pura-pura tidak saling mengenal.
"Makasih dokter Tony. Sepertinya keadaan disini sudah aman ya? Tadi saya dengar ada pasien korban kecelakaan sekeluarga. Bagaimana kondisinya?" tanya Zein bersikap profesional.
"Benar pak, ada pasien korban kecelakaan tadi. Tapi sudah terkendali dengan baik, saya membantu disini mumpung masih berada di rumah sakit." jawab Tony.
"Kondisi pasien ada yang luka parah sehingga harus segera dilakukan operasi pak, sekarang kamu sedang menunggu persiapan dari kamar OK dulu. Dan Pasien dengan luka kecil sudah teratasi. tadi sudah diobati lukanya dan tidak perlu dilakukan rawat inap." tambah Rafdelia.
"Oh baiklah. Kalau begitu dokter Tony sudah bisa saya bawa ya. Bisa kita keruangan dokter sekarang?" ucap Zein antara meminta atau memerintah. Ia tidak suka Tony berlama-lama disana. Ia takut Rafdelia akan buka suara tentang pernikahan mereka. Lagi-lagi Zein berpikir seperti itu.
"Oh tentu saja pak Zein. Marii.." Tony mempersilahkan Zein berjalan terlebih dahulu.
"Saya keruangan dulu ya dok. Kalau ada apa-apa beri tahu saya ya.." ucap Tony sambil menatap lembut Rafdelia.
Rafdelia yang agak canggung dengan tatapan Zein yang tajam padanya setelah ucapan Tony barusan hanya mengangguk.
Setelah Zein dan Tony keluar ruangan, Rafdelia sedikit lega. Tapi ia merasa heran mengapa malam-malam begini Zein kerumah sakit.
"Duh dok.. Tumben banget pak Zein Hadiputra ada disini. Ternyata menurut grup rumah sakit, beliau sepertinya sedang melakukan sidak mendadak." tiba-tiba Lala, seorang perawat yang dari tadi bersama pasien disalah satu ruang bersekat itu menghampiri Rafdelia. Begitupun dua perawat lainnya Boby dan Viko, duduk bersama Rafdelia karena mereka telah selesai mengurus pasien dan tinggal menunggu konfirmasi dari ruang Ok untuk membawa pasien yang akan dioperasi kesana.
"Sidak? Emang sering begini ya?" tanya Rafdelia.
"Sidak mendadak sih sering juga dok, tapi bukan pak Zein langsung melainkan orang yang udah ditunjuk untuk melaksanakan nya tanpa ada karyawan yang tau sehingga benar-benar mendadak tanpa ada persiapan dari karyawan." jawab Boby.
"Dok, tadi dokter Tony perhatian banget sama dokter.. Tatapannya itu lho, dalem banget... Biasanya dokter Tony gak terlalu mau ngobrol berlama-lama sama siapa saja. Tapi tadi sama dokter kayaknya dia nyaman banget yaa..." goda Lala pada Rafdelia.
Boby dan Viko tertawa serentak.
"Iyalah, kamu aja nyaman sama dokter, senang kalau udah dinas bareng dokter Rafdelia..." ucap Viko.
"Gak apa dok, dokter Tony masih singel kok. Kalau beliau suka, terima saja. Cakep kan, berduit lagi." tambah Boby sambil mengacungkan jempol.
Rafdelia menapok jidatnya. Ia lalu geleng-geleng kepala..
"Kemarin ada pasien ganteng, pada bilang dia suka sama saya. Sekarang dokter Tony. Ampun deh, jangan bikin gosip yang enggak-enggak dong.. Saya gak nyaman nih, ampunn..." rengek Rafdelia pasang wajah yang terlihat menggemaskan sambil menyatukan kedua telapak tangannya ke depan dada.
serentak semua yang ada didekatnya tertawa melihat wajahnya Rafdelia yang lucu.