NovelToon NovelToon
Manuver Cinta Elang Khatulistiwa

Manuver Cinta Elang Khatulistiwa

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.

Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MANUVER CINTA ~PART 23

Boleh dong senyam-senyum jijay? Karena itu yang Zea lakukan saat ini, berada di boncengan motor Saga sepaket bisa greeep--e- greppee, ya meskipun pada kenyataannya ia tak berani sampai pegang-pegang keluar dari jalur ujung seragam tebal nan kasar Sagara.

Zea tak mau dianggap gadis tak tau diri, yang memakai kesempatan dalam kesempitan, buat peluk-peluk apalagi sampai pegang yang lain-lain, kesempitan karena memang keduanya lagi dempet-dempetan di atas jok motor.

Untung saja bibirnya memakai liptin dan lipbalm. Jika tidak, mungkin sudah kering diterpa angin. Hanya saja, mungkin saat ini giginya yang kering karena sejak tadi ia cengar cengir mirip onta nyemil. Kemanapun Saga membawa, ia ikut asal bersama si ganteng kalem ini, hingga tak sadar jika keduanya sudah keluar dari kawasan komplek militer itu.

"Sering nongkrong dimana sama Cle?" tanya Sagara.

"Ya?" Zea mendadak be go plus budeg kalo deket-deket cowok keren begini.

"Oh, di cafe Route 78...atau ngga di Bintang buck, atau Sola ria...tempat pizza...banyak lah!" jawab Zea menyadarkan pikirannya, wake up girl! TerSaga-Saga boleh be go jangan! Ia menjawab begitu enteng, se enteng kapas penutup idung mayit.

Sagara mengangguk, anak jaman sekarang memang tongkrongannya cukup nguras kantong, padahal makanannya terbilang cuma secuil atau secangkir, tapi mereka rela merogoh kocek sampe emak mesti jual sawah cuma demi jajan kue sepotong plus kopi secangkir serta tersemat julukan hedon.

...TAHU PETIS CANG SOLEH...

Zea mendongak melihat kemana sang arjuna membawa, "ini cafe apa? Baru tau?!"

"Bisa baca?" tanya Sagara memarkirkan motornya. Roman-romannya makanan murmer, Zea menggidikan bahunya.

"Bisa. Tahu Petis Cang Soleh...." balasnya menunjuk papan nama rumah makan yang menjual berbagai makanan berbahan petis.

"Pinter. Hebat! Ini, resto yang sering abang sama kawan-kawan datangi kalo mau makan di luar atau nongkrong, kamu suka abang kan? Berarti harus tau abang suka makan apa dan dimana...." Saga menjempoli Zea.

Alis Zea terangkat, "seriusan?! Abang suka makan disini?!" tanya nya tak percaya, unbelievable! Meski Zea tak sampai melotot sampe matanya menggelinding menggantikan yoyo anak-anak.

Sagara mengangguk melepas helmnya. "Oke dicatat!" jawab Zea melebarkan senyum. Ada beberapa pengunjung berseragam loreng juga disini, mungkin karena memang rumah makan ini cukup dekat dengan pangkalan militer, namun tak sedikit pula warga biasa yang datang untuk makan ditempat bahkan dibungkus.

Gadis itu mengedarkan penglihatan demi menyapu pandangan seluruh inci rumah makan yang terbilang sederhana. Bukan sofa empuk atau kursi mahal, hanya kursi biasa dengan kadar empuk 0 persen, oke! Zea masih bisa memberikan toleransinya.

Langkahnya sedikit memelan mengekori Sagara, ragu? Tidak! Diajakin makan di pinggir kali juga ia jabanin, cuma merasa takjub saja ia bisa semanut ini pada Sagara.

Sagara meminta Zea duduk di meja yang nampak kosong tanpa penghuni lalu ia memesan langsung ke arah meja kasir, sesekali Saga bertegur sapa dengan rekan sesama prajurit yang ia kenal.

Zea menopang dagunya dengan tangan, menjatuhkan netranya pada menu andalan yang dipajang di atas dinding sebagai referensi pesanan.

"Tahu petis?!" gumamnya tak percaya, "enak gitu?"

"Rujak petis, cendol nangka, selendang mayang, singkong keju...dimana red velvetnya?" gumamnya bertanya sendiri.

Sagara terlihat melipat dompet coklatnya lalu memasukan kembali ke dalam saku belakang, sepertinya ia pesan sekaligus membayar biar begitu habis langsung pulang.

"Setau gue, keluarga Clemira sama bang Saga orang berada deh...aneh aja sih, sukanya beginian!" Zea memainkan tusuk gigi yang ada di dalam tempatnya. Terang saja, tempat ini jauh dari kata mewah, tak ada AC atau ruangan yang terbilang dingin menusuk layaknya di restoran cepat saji atau cafe yang biasa di datangi Zea, hanya ada kipas angin yang sengaja menempel di atas kepala untuk mendinginkan ruangan.

Lalat aja masih bisa pada masuk, ditambah tempatnya yang lebih mirip warteg cukup bikin Zea mempertanyakan kemampuan finansial Sagara.

Sagara sudah kembali dan duduk di sebrang Zea, mendengus geli melihat si princess yang shock abis karena harus mengubah haluan tempat tongkrongannya.

"Pernah kesini?" tanya Saga, sontak saja Zea langsung menggeleng.

"Kalo gitu harus cobain makanan disini, pasti suka."

Zea nyengir kuda dibuatnya, "may be. Ngga ada coffee latte gitu bang, yang pake latte art gitu loh!" ujarnya merujuk pada es cendol di dalam gelas. Ia geli saja dengan tampilan cendol yang berenang-renang mirip lintah di dalem kolam bakau.

Pelayan dengan peluh dan wajah berminyaknya datang menghampiri, "misi om, rujak petis, tahu petis plus lontong, singkong mekar keju sama es cendol nangkanya...." ia menaruh setiap isian nampan yang dibawanya dengan luwes, cekatan dan cepat sembari mengabsen pesanan Saga satu persatu, mungkin kalo bisa akan ia lempar piring tahu kaya lagi lempar frisbee ke arah meja Zea.

"Siap, makasih bang."

Sagara mendorong piring tahu dan sambal petis serta lontong ke arah depan Zea.

"Coba,"

Zea memanjangkan lehernya demi melihat sambal kehitaman yang menemani sang tahu dengan tak yakin, "ini apa? Enak?!"

"Coba aja."

Tangan-tangan berkuteks'nya itu mencomot tahu dengan cara dijiwir kaya jiwir punggung kucing lalu memoteknya dan mencocolkannya pada sambal petis. Ia melahapkannya ke dalam mulut, "ngga beracun kan?" kunyahnya, Nyamm enak juga!

Sagara tertawa, "kalo dalam waktu 5 menit kamu ngerasa mual terus sesak bilang abang," jawab Sagara, dihadiahi tatapan melotot Zea, "kalo kaya gitu, fix! Abang tanggung jawab nikahin Zea!" jawabnya memancing gelengan kepala Sagara yang sudah terkekeh geli, minta dinikahi apakah ia tau bagaimana kehidupan seorang prajurit, diajakin makan petis saja kaya diajakin survival makan ular sawah, gimana kalo diajak ke tanah air bagian yang sulit akan modernisasi? Atau tidak terjamah modernisasi, apakah Zea akan mati?

Awalnya Zea hanya menggigit sebagian kecil saja, merasai...takut jika makanan itu akan membuat lidahnya kelu atau justru dirinya keracunan dan kejang-kejang di tempat kaya kesurupan, bibirnya mengatup demi menyembunyikan lidah yang ternyata telah terlena dengan rasanya, kok enak! Matanya melirik horor ke arah tahu dan lumuran sambal petis.

Nyatanya, kini gadis itu sudah dengan lahapnya memakan setiap potongan-potongan tahu itu hingga tak bersisa dalam piringnya, pipinya menggembung menampung setiap tahu yang dikunyahnya, bahkan ia menji lat lelehan sambal petis yang mengucur di jemarinya, sungguh menggemaskan dan menggugah selera, sepertinya Zea cocok jadi pembawa acara jajan di tv-tv, karena kini Sagara jadi ikut lapar dibuatnya.

Sagara kembali tertawa kecil, "keracunan ngga?" tanya nya mencibir, gadis itu mengunyah begitu menggemaskan, tangannya cukup berminyak dari tahu goreng.

"Keracunan! Keracunan pesona abang!" kekehnya, sedetik kemudian Zea menggeleng cepat, "enak ternyata. Apa namanya ini?" Zea menyibakan anak rambut yang mencuat keluar dari ikatan dengan kelingkingnya mengingat sang angin sore begitu nakal menerpa.

"Tahu petis," jawab Saga singkat melahap tahu dalam sekali suapan dan mengunyahnya cepat kemudian beralih pada lontong dan rujak petis, sesekali ia mengaduk es cendol dan menyeruputnya.

"Abang mau tanya sama kamu, kenapa kamu bisa suka abang sampai senekat itu buat menyatakan perasaan di depan orang banyak?" tanya Sagara, sampai sekarang ia tak cukup paham dengan kenekatan Zea.

"So simple, abang ganteng, abang keren pas lagi terbangin pesawat, siapa yang gagal suka coba?!" jawab Zea sesimpel itu.

Sagara mengangkat alisnya tak percaya, hanya dengan alasan itu Zea menyukai dan rela menurunkan harga dirinya.

"Kamu suka abang, apa kamu tau kehidupan abang seperti apa?" cecar Saga seolah rasa penasaran akan Zea semakin menumpuk.

Zea mengangguk, "tau. Ze sering liat om Ray nugas. Denger juga dari Cle kalo om Ray tugas lapangan di luar, keren banget!" Gadis itu kini beralih penasaran dengan rasa singkong mekar, "emhhh enak!" serunya membeliakan mata seperti baru saja menemukan makanan terenak sepanjang sejarah.

"Lebih enak mana ini sama red velvetnya kamu?" tanya Sagara.

"Ck. Ya bedalah enaknya!" jawab Zea.

"Emang yang kamu tau tugas om Ray kaya apa?" tanya Saga lagi.

"Palingan juga berenang di laut buat perang, nyelamatin sandera...kaya di game-game yang aku mainin!" gidiknya acuh lebih memilih khusyuk memakan singkong.

Saga mendengus prihatin, "karakter game kamu kalo mati bisa hidup lagi, Ze."

Awalnya ia ingin memberikan hati dan membalas perasaan gadis ini, berharap Zea akan mengerti dengan kondisi dan kehidupannya kelak, karena bagi Saga menjalin sebuah hubungan adalah suatu keseriusan.

Tapi rupanya Zea tak benar-benar tau dengan kehidupan militer. Zea hanya tau kehidupan militer versi luarnya saja. Jelas! Apa yang Saga harapkan, Zea bukan berasal dari lingkungan militer. Ia juga hanya remaja yang mungkin saja besok menemukan sosok idaman lain di versi berbeda. Bagaimana jika ternyata Zea tak bisa menerima duka kehidupan seorang prajurit? Maka sampai kapanpun jalan mereka tak akan pernah bertemu jadi satu tujuan.

"Kamu tau kalo tentara itu gajinya minim? Kamu tau kalo kehidupan tentara itu penuh bayangan semu? Yang ngga tau besok masih bernafas atau tidak? Penuh perjuangan, pengorbanan baik itu dirinya atau keluarganya?"

Zea mendongak mengernyit menatap Sagara, sedetik kemudian gadis itu tertawa, "ah masa! Abang lebay deh kayanya...sengaja nih bilang kaya gitu, biar Ze ngga suka sama abang lagi!" Zea menepis udara.

Benar, Zea tak tau sepenuhnya kehidupan duka menjadi prajurit dan keluarganya, terlebih seperti dirinya yang kemungkinan besar sebentar lagi akan dipromosikan masuk ke dalam pasukan khusus.

Zea menyelesaikan kunyahannya lalu menarik tissue yang tak selembut pipi Ashanty dari meja kemudian ia mengelap tangan berminyaknya dan minum.

Gadis itu melipat tangannya lalu menatap Sagara dengan sorot mata datar, "abang ngga perlu bilang gini sampe nakut-nakutin Zea tentang kehidupan prajurit cuma buat memberikan kode kalo abang nolak Zea, bang. Zea ngga apa-apa asli deh! Lagian Zea mungkin ngga akan tahan kalo mesti ditinggal mati, atau ditinggal tanpa kabar....kalo memang itu bener!"

Saga mengangguk paham, ia yang semula ingin kembali membuka mulutnya kemudian mengurungkannya kembali, rupanya maksud hatinya diterima lain oleh Zea. Mungkin pandangan, visi, misinya dan Zea berbeda.

"Zea seneng, abang udah ngga dingin kaya waktu awal kita ketemu....ini juga jalan jajan pertama kita yang ngga akan pernah Zea lupain bang," angguk Zea berusaha nampak dewasa.

Saga kini memasang tampang serius dan datar, bagaimana ini? Ia kadung membuka hati untuk Zea....tapi nyatanya gadis itu menolak untuk memahami kehidupan prajurit. Apakah Saga harus mengubur perasaan terhadap gadis nekat itu, atau justru kembali bermanuver merebut hati Zea?

1
Kiki Nurjanah
Luar biasa
Agustina Kusuma Dewi
no dont u do that
Agustina Kusuma Dewi
kuapokkk
Agustina Kusuma Dewi
aszzzyyeekkkk..masukkk dan
Agustina Kusuma Dewi
kalimat syair chantik ketika berhubungan halal.. maszzukkk
Agustina Kusuma Dewi
mamae
Agustina Kusuma Dewi
awawwww..matoa..mau
Agustina Kusuma Dewi
kuah ikan kuning suka, tp papeda sampe skrg perkawinan kami 21th, hehhehe..ga bgtu.tp kl colo cola sambal mah ayuk
Agustina Kusuma Dewi
awww..seng ada lawan lay..
p.su..juga org timur sono lay.. ga item bgt juga.. ambon manise batu ampat kita puny pung rumah
Agustina Kusuma Dewi
ihhh. sayangnya ga ada visual cha tiknya
Agustina Kusuma Dewi
bisa, kasih aje alasan kado meried entar sam komandan
8G-Carrisa Talitha Sinaga
ka g ada lanjutanny nih,,sampai baby lahir giti,,😉
Ani
😂😂😂😂😂😂senjata makan tuan niat hati pengen ngerjain malah dikerjain
Mmh Alfatih
berasa nonton film barat deh tegang banget
Christine Liq
Luar biasa
Bilqis Nabilla
ceritanya bagus sekali
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
Fidelia Jika
sangat baik dan menarik untuk di baca, boleh jadi drama filem pendek
Fidelia Jika
tunggu karya kamu lagi Thor
Ujung Harapan
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!