bella di paksa ibu tirinya menikahi paktua kaya demi uang yang di janjikan pak tua itu. namun siapa sangka, saat di sebuah hotel, dia memberontak berusaha kabur dari paktua itu hingga bella bersembunyi di sebuah ruangan yang sedikit gelap bella kira di dalam ruangan itu tidak ada siapa siapa. ternyata seorang lelaki sedang sempoyongan karena pengaruh obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasbyhasbi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Familiar
Sepulangnya dari kantor perusahaan Siliwangi, Bella pergi ke restaurant untuk mengisi perut yang keroncongan. Karena setelah ini Bella juga harus pergi ke perusahaan Anderson, perusahaan milik keluarga Stefan. Ayah Stefan menunjuk Bella untuk mengelola perusahaannya setahun ini. Tuan Anderson saat ini sedang sibuk dengan perusahaan di Singapur.
Di sebuah restaurant
"Bella...!" kaget Fani melihat sosok Bella yang sudah bertahun tahun tidak bertemu. Tak menyangka, jika Bella masih hidup.
"Siapa ya...?" Bella pura pura tidak mengenalinya.
"Jangan sok gak ngenalin gue deh, gue ini saudara Lo."
"Maaf, saya tidak punya saudara seperti anda." ucap Bella santai dan menyantap steak yang ia pesan.
"Belagu Lo, kemana aja enam tahun ini Lo baru muncul hah?"
"Bukan urusan anda!"
"oh, atau jangan jangan Lo sekarang sibuk kerja ngelonte ya, nemenin om om kaya."
Braak..... Ucapan Fani membuat Bella emosi.
"Apa urusan anda mengurusi hidup saya? saya tidak menerima masukan dari anak haram seperti anda! Membuat mood makan saya hilang!" Bella bangkit dari duduknya hendak keluar dari restoran itu.
"Heeh Bella! Ayah sakit tuh di rawat di rumahsakit Mahesa." teriak Fani.
Bella memberhentikan langkahnya, berbalik ke arah Fani.
"Anda anak kesayangannya, rawatlah ayahmu dengan baik." ucap Bella dan berlalu pergi.
Di perjalanan dalam mobil, Bella memikirkan ucapan Fani saat di restoran mengenai ayahnya. Ada rasa rindu ingin bertemu, karena sudah enam tahun dia berpisah dengan ayahnya semenjak ayahnya pergi ke luar kota untuk pekerjaan dan Bella kabur dari tanah Air. Namun rasa kekecewaan Bella terhadap ayah nya sulit untuk di lupakan, Ayahnya terlalu membiarkan Bella di sakiti ibu juga adik tirinya. Tak pernah ada sedikit kepercayaan untuk Bella.
"Aku akan pergi kerumah sakit Mahesa dulu, menjenguk ayah diam diam." Gumam Bella sembari menyetir mobil ke arah rumah sakit.
Rumah sakit Mahesa......
Perempuan itu menuju ke ruangan rawat ayahnya yang di arahkan oleh salah satu perawat. Dia melihat dari balik kaca pintu ayah nya yang terbaring lemas.
"Ayahmu terserang penyakit kanker hati stadium tiga." ucap salah seorang perawat yang mengantar Bella.
"sejak kapan sus..?." ucap Bella tak percaya bahwa ayahnya punya penyakit hati.
"sudah setahun ini tuan Mahendra di rawat di rumah sakit ini." jelas perawat itu.
"memangnya tidak ada penanganan yang lebih sus?"
"Kami dari pihak rumah sakit selalu menyarankan untuk menjalani operasi. Namun pihak keluarga selalu menolak karena masalah keuangan." jelas perawat itu lagi.
Bella heran, kenapa ibu tirinya melarang operasi untuk ayah. Jika masalah biaya, bukannya perusahaan ayah Mahendra cukup besar. Tidak akan habis jika hanya untuk satu kali operasi.
Ada rasa kasihan di hati Bella pada ayahnya, melihat keadaan ayahnya yang kini begitu kurus, terbaring di ranjang rumah sakit.
"ayah selalu memanjakan mereka, inilah balasan mereka untuk mu." ucap Bella, tak terasa air matanya berhasil jatuh dari pelupuk matanya. Tak kuasa melihat keadaan ayah, Bella pergi meninggalkan ruangan itu.
*
*
Kediaman Mahendra...
"Ma.... Ma...!" teriak Fani mencari ibunya.
"Apasih Fan? teriak teriak." Ucap Dina menghampiri, menggendong anak kecil, yakni anak dari Fani.
"Bella ma, Bella muncul."
"ah mana mungkin Bella tiba tiba muncul, dia sudah enam tahun ini menghilang." Dina tidak percaya.
"Beneran ma, tadi aku ketemu Bella di restoran."
"kamu gak salah lihat."
"enggak ma, jelas itu Bella. Aku takut kedatangan Bella kali ini mau merebut perusahaan Mahendra." Khawatir Fani.
"kamu tenang dulu, jangan panik. Jika itu memang Bella, ibu tak akan biarkan dia merebut perusahaan dari kita."
Setelah Mahendra di rawat di rumah sakit, perusahaan di kelola oleh Zay suami Fani. Bukannya semakin maju, perusahaan Mahendra kini malah semakin turun, kerena dana perusahaan yang selalu di ambil banyak tiap bulannya. Alhasil hutang perusahaan kini semakin membengkak.
********
Di perusahaan Anderson.
Bella kini duduk di sebuah kursi besar di ruangan CEO, ruangan miliknya. Kini bumi sedang berpihak padanya, karena bukan hanya menjadi ahli pengembang teknologi terkenal saja, perempuan itu juga menjadi wakil CEO perusahaan Anderson. sebuah pencapaian yang luar biasa.
"Buk, ini adalah catatan meeting hari ini." seorang asisten menyodorkan buku catatan meeting.
Bella membuka catatan itu, ia terkejut melihat jadwal meeting yang begitu padat. Baru pertama kerja sudah di buat pening dengan jadwal.
"ini gak salah Nayra?" Tanya Bella tak percaya.
"tidak buk, semua itu wajib anda temui."
" fyuh... Baiklah. Kita berangkat sekarang." Ucap Bella, dia bangkit dari duduknya karena waktu sudah menunjukan pukul sebelas siang, pertemuan klien yang pertama pukul sebelas tiga puluh.
Di sebuah kafe....
"kita berjumpa lagi nona ....." ucap Ray.
"Anda CEO perusahaan Anderson?" Tanya Richard.
"untuk sementara ini, saya yang mengurus perusahaan Anderson." Sahut Bella
"wah....Anda hebat nona, bisa memimpin sebuah perusahaan besar." ucap Ray kagum, di balas senyuman oleh Bella.
" baik, kita mulai meeting nya sekarang." ucap Bella, Richard mengiyakan.
Satu jam berlalu, mereka telah selesai dengan meeting nya. Kini mereka berjalan beriringan meninggalkan kafe menuju parkiran mobil.
"aw .." Sontak kaki perempuan itu terkilir akibat sepatu hak tinggi yang di pakainya, namun beruntung Richard langsung menangkap tubuhnya yang hampir jatuh.
Sepersekian detik, dua pasang mata saling menatap, saling menukar hembusan nafas karena jaraknya terlalu dekat.
"ehem.. Hem...emmm ." Ray melihat situasi itu terus berdehem.
Mereka saling membenarkan posisi.
"Maaf...." ucap Bella pada Richard. Richard hanya diam dengan wajah cool nya tanpa respon.
'kenapa aroma tubuhnya terasa familiar, juga aku gak merasa terganggu dengan kedekatan tubuhnya.' gumam Richard dalam hati. Ia merasa seperti pernah bertemu sebelumnya.
'apa mungkin.... Ah gak mungkin, bukannya Bianca yang tidur bersamaku malam itu." Richard berusaha menyangkal.
"hey! kenapa bengong? ayo balik." Ray membuyarkan lamunan nya dengan menepuk pundak Richard.