Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatakan cinta
Tiba di rumah Sofi langsung ngelayat masuk ke kamarku. Pasti habis ini aku bakal diintograsi.
" Sini mbak duduk, adikmu ini akan mendengarkan ceritamu yang kau tutupi itu."
" apaan sih dik, mbak gak punya cerita rahasia kok, apa yng harus mbak ceritain ke kamu hm?"
" Itu si Andi Andi tadi itu, kok mbak gak pernah cerita kalau lagi deket dengan seseorang?"
" owh, mbak sama Andi itu kenal dari telpon, cuma teman ngobrol aja, gak ada yang spesial."
" Yakin mbak?"
" Iya yakin, mbak aja baru ketemu tadi sama orangnya, kenalnya sich udah lumayan lama.
"Tapi aku gak yakin mbak... aku tuch lihat tadi waktu Andi itu ngeliatin mbak, bedagitu kayaknya..."
" Beda bagaimana maksudnya?"
" Ada sesuatu sepertinya. Kayaknya sih dia itu naksir sama mbak, iya gak sich? mbak udah pernah nikah lho, masa' gak tau bedain pandangan orang yang lagi jatuh cinta sama orang yang biasa aja gitu?
"Aku mana berani mandangin lawan jenis dek?"
" Ya, ok ok tidak usah dilihat pandangannya kalau gitu gimana dengan sikapnya ketika di telpon?
" ya jujur sich, memang dia sering ngubungin mbak duluan. Basa basi ngasih perhatian gitu, tapi menurut mbak itu wajar kan karna kita berteman."
"Ah parah kamu mbak, berarti dia itu memang ada rasa sama mbak. Sofi yakin dech pokoknya."
"Kalau menurutmu nih ya dik, tadi kan kamu lihat tuch interaksinya, dia orangnya gimana menurut adik?
" emm, orangnya sih kayaknya baik, kan aku baru ketemunya sekali, tapi dari cara ngomongnya orangnya itu baik tapi sepertinya tipe yang agresif gitu. Ya maksutnya dia itu orangnya gak pasif gitu mbak, suka menghidupkan suasana. Ngerti kan maksudku?"
"Iya ngerti. Jadi kalau semisal suatu saat dia nyatain perasaannya ke mbak nih, diterima gak?"
"Ya itu mah terserah mbak, mbak pasti tau yang terbaik untuk diri mbak sendiri, lagian tidak ada salahnya mencoba menerima perasaan orang lain mbak, jadi mbak gak kaget kalau nikah lagi hehe. Itu pun juga kalau mbak punya perasaan yang sama. Cie, nanya-nanya gitu, mulai ada rasa ya?"
"Kan nanya aja dik, ya udah sana gih balik ke kamarnya mbak mau bobo siang."
"Udah jam 2 ini mbak kok bobo sih, kan akau masih pingin cerit.."
"Sambung nanti malem ya ceritanya, makasih adikku yang cantik udah nemenin aku hari ini."
"Iya sama-sama, bilang aja mau telponan kamu mbak." Sofi berbicara sambil beranjak lari dari kamarku. Aku hanya geleng kepala mendengar ocehannya.
Aku akui sejak pertemuan dengan Andi tadi, ada rasa yang berbeda. Mungkin aku sudah mulai menyukai Andi atau bahkan lebih dari sekedar suka.
...****************...
satu minggu setelah pertemuan, selama itu Andi semakin sering mengirim pesan kepadaku. Dan tepat siang tadi saat dia menelponku dia menyatakan perasaannya kepadaku.
flash back on
"Assalamu'alaikum,, calon makmum".ucap Andi dari seberang sana.
"Wa'alaikum salam."
"Kok gak dibales calon imam gitu Rai?"
"Apaan sih, mulai dech resenya."
" mKok rese sih Rai, aku serius lhoo. Rai tolong dengerin aku ngomong, boleh aku ngomong dari hati ke hati sama kamu?" moode seriusnya muncul.
"Dari tadi kan udah ngomong di?
"Tapi kali ini ngomongnya lebih serius, maaf ngomongnya dari telpon, karna kamu susah sekali diajak ketemu lagi."
"Iya di silahkan kalau mau ngomong, saya siap jadi pendengar setia."
"Kalau jadi pacarku siap gak Rai?"
" e..." saat hendak menjawab andi memotong " stop Rai jangan dijawab dulu, aku belum selesai ngomong."
" oke lanjutkan..." ucapku.
" Rai jujur aku ini sebenarnya ada rasa sama kamu, aku nyaman sama kamu. Kamu nyambung banget kalau diajak ngobrol, dan lagi setelah ketemu sama kamu aku makin yakin kalau aku memang benar-benar suka dan cinta sama kamu. Aku memang tidak yakin kamu mau menerima perasaanku, tapi lebih baik aku jujur meski bakal ditolak daripada aku diam dan menyesal."
seerrr... ada rasa sejuk yang menembus hati, bak bunga disiram air hujan. Baru kali ini ada seseorang yang mengungkapkan perasaannya kepadaku, aku bingung. Tali tak bisa kupungkiri, hatiku juga merasakan hal yang sama.
" mBukankah kamu tahu statusku di?
"Iya aku tau statusmu, lalu apa ada yang salah dengan perasaanku? tolong lupakan dulu statusmu aku tak masalah dengan itu, jadi kamu jangan merasa minder. Aku bisa menerima masa lalumu, sekarang aku tanya apa kamu punya perasaan yang sama denganku?"
" hemm." gumamku, karna sebenarnya aku merasa terkejut dan malu.
"Kok jawabnya cuma hemm Rai? yang jelas dong, aku kan gak mau salah mengartikan"
Dengan hati berdebar dan mulut yang kaku, aku jawab kembali pertanyaannya.
"emm, Iya aku ada perasaan yang sama, tapi maaf aku tidak berani untuk pacaran sperti anak jaman sekarang. Biarkan perasaan kita mengalir apa adanya dengan komitmen saling menjaga hati . Aku masih fokus dengan kuliahku, tinggal dua smester lagi. Tapi kalau kamu keberatan kamu boleh mundur dan kita tetap berteman seperti biasa, lupakan perasaan kita sebelum terlanjut jauh."
"Tidak Rai aku tidak keberatan. Aku ikut apa maumu, brarti perasaanku diterima kan?"
" iya aku terima."
"Alhamdulillah, terima kasih Rai"
" Iya sama."
Semoga keputusanku kali ini tidak salah.
flashback off
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari demi hari kami lalui dengan saling memberi perhatian dari telpon. Setelah pernyataan cintanya, kami hanya bertemu satu kali itu pun di kampus, karna aku sudah mulai sibuk dengan PPL dan seminar. Andi tidak mempermasalahkan itu. Sekedar info, Andi adalah anak bungsu dari enam bersaudara, Ayahnya sudah meninggal. Usia andi dua tahun lebih tua dariku, dia bekerja di Shorum mobil. Dan aku baru tau kalau Andi mendapat nomerku dari teman kuliahku.
Sejak kami memutuskan untuk menjalin hubungan kami merubah panggilan, aku panggil dia mas dan dia panggil aku dek. Tidak ada kendala dalam hubungan kami, karna memang kami jalani dengan santai. Orang tuaku juga tau kalau aku punya teman dekat, mereka tidak mempermasalahkan. Karna melihat dari masa laluku yang pernah gagal, mereka membebaskan aku untuk memilih. Lagi pula belum ada keseriusan yang menjurus pada pernikahan, aku dan Andi masih jalan santai. Aku belum mengenalkan Andi kepada orang tuaku, karna aku rasa belum waktunya.
See you again kakak, terima kasih atas dukungannya 😍🤗