Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa bersalah
Maaf..
Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan tanpa bisa aku ungkapkan.
juga terimakasih untuk semua hal yang sudah kamu lakukan untukku..
Aku tak punya keberanian untuk datang dan berkata selamat tinggal.. aku hanya takut kembali menjadi egois, dan kembali menahanmu.
Terimakasih sudah menepati janji kamu pada Queen, juga untuk pria brengsek itu, meski itu sebenarnya belum cukup menurutku, hehe..harusnya dia lebih menderita bukan, karna sudah menyiakan Queen.
Sebentar lagi putusan cerai kita keluar, kamu bebas sekarang Bagas.
Maaf juga aku gak bisa membuat Kanaya kembali sama kamu, aku sudah menjelaskan semuanya sama Aya,,semoga kamu mau berjuang lebih keras untuk Aya dan aku selalu mendoakan kalian agar selalu bahagia.
Maaf sudah membuat keadaan rumit diantara kalian.
Maafkan aku..kami pergi
Anina dan Queen
.
.
.
Bagas menyusuri rumah Anina yang sudah kosong, Anina sudah pergi entah kemana, Anina bahkan meninggalkan semua pemberian Bagas, mobil, ATM, dan rumah.
Bagas menghela nafasnya, yang Bagas khawatirkan adalah Queen bagaimana bisa Anina membawa Queen tanpa uang.
Dari luar rumah terdengar ketukan pintu, bahkan semakin lama terdengar seperti gedoran.
Bagas berjalan bermaksud untuk membuka pintu, namun ternyata pintu sudah dibuka lebih dulu oleh asisten rumah tangga yang dipekerjakan Bagas untuk mengurus Anina, Bagas mematung melihat siapa yang datang dan masih berdiri beberapa meter di depannya.
"Mana Anina..?" tak ada jawaban dari Bagas, Bagas hanya memperhatikan wajah itu, wajah yang amat Bagas rindukan. "Aku bilang mana Anina sialan?" teriaknya.
"Sudah pergi Naya" Kata Bagas yang sudah bisa mengembalikan raut nya kembali ke wajah tenang.
"Kemana dia pergi?" Kanaya menghampiri Bagas yang malah duduk tenang di atas sofa.
"Aku tidak tau"
"Apa maksudmu tidak tau, bagaimana bisa kau suaminya kan seharusnya tau, Astaga.. pergi kemana dia" Kanaya mondar mandir saat nomer ponsel Anina yang baru di dapatnya sudah tak aktif, tadi terakhir kali Kanaya bertemu Anina,Kanaya termenung beberapa saat sebelum menyadari bahwa Anina akan benar benar pergi, setidaknya Kanaya harus tau kemana Anina pergi dan memastikan dia baik baik saja, agar ia tak merasa bersalah karna telah membenci nya selama ini.
"Duduk lah Naya, kamu tidak lelah berdiri seperti itu"
Kanya sama sekali tak hiraukan Bagas malah terus menekan ponselnya berulang kali menghubungi nomer Anina yang sudah jelas tidak aktif sedari tadi.
Bagas yang merasa diabaikan pun tak tinggal diam, dan langsung menarik Kanaya agar terduduk,Kanaya berontak bagaimana tidak Bagas menariknya agar terduduk dipangkuannya.
"Apa yang kau lakukan breng sek"
Bagas mengeratkan tangannya di pinggang ramping Kanaya "Sebentar saja, tolong izinkan sebentar saja.. aku merindukan kamu....., Naya ku"lirihnya Kanaya berhenti berontak dan membiarkan Bagas memeluknya, nafas Bagas yang berhembus dan membuat tengkuk Kanya hangat sekaligus panas.
"Semua selesai Naya, bisakah aku kembali?" Bagas menggeleng sambil terkekeh "Tidak lagi pula sudah aku jelaskan bahwa kita tak pernah putus bukan, jadi.."
Kanaya bangun sekuat tenaga dan berhasil, Kanaya membelalakan matanya tak percaya "Masih tentang itu,? dengar Bagas ada atau tidak nya kata putus itu, seharusnya dengan kamu menikahi Anina itu berarti hubungan di antara kita sudah berakhir"
"Tapi aku terpaksa..dan kamu tau itu"
Kanaya mengeryit "Sudah terlambat, seandainya kalian jujur waktu itu, tanpa menyakiti ku.. mungkin jalannya akan berbeda, tapi kalian memilih diam"
Bagas menggeleng "Lalu harusnya apa yang aku lakukan, membiarkan Anina mati bunuh diri dan itu semua hanya karna aku yang tak bisa menjaganya malam itu hingga di berakhir diranjang pria yang sama sekali tak dikenalnya"
"Apa yang harus aku lakukan saat pisau itu akan mengakhiri hidupnya terlebih bukan hanya dia yang mati, tapi bayi yang tak bersalah itu, setelah malam itu aku selalu dihantui rasa bersalah karna Anina kehilangan kesuciannya karna kecerobohan ku lalu mendapati Anina depresi dan bunuh diri karna ternyata malam itu membuatnya hamil"
"Aku mencintaimu sungguh, tapi aku juga tak bisa berkata jujur, aku hanya takut Anina semakin terpuruk dan terus menyalahkan ku"
Nafas Bagas tersengal saat mengatakannya panjang lebar.
"Lalu kenapa?, setidaknya kamu beritahu aku" Kanaya menunduk tak dapat dipungkiri ia juga merasa bersalah, karna ikut memaksa Anina pergi, karna dirinya yang tak bisa menemani Bagas malam itu.
Bagas menggeleng "Bagaimana aku bicara,bahkan aku terlalu takut untuk melihat mata kamu, aku takut melihat kenyataan bahwa kamu membenciku Naya, ya aku akui semua hal bodoh yang sudah aku lakukan dulu aku menyesal, karna aku mungkin bisa menghilangkan rasa bersalahku terhadap Anina tapi aku berakhir dengan rasa bersalahku terhadap kamu"
____________________
Like..
komen..
vote.
Terimakasih sudah membaca🙏