MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
BAB 22
Emira berjalan cepat menuju lobi utama, wajah lelahnya berseri seri, kepang rambutnya menari nari seiring dengan irama langkahnya, seperti mengulang memori kala di Singapura, Reza selalu menyempatkan diri menjemput nya usai ia menyelesaikan tugas di rumah sakit, maklum saja tempat tinggal mereka di gedung apartemen yang sama, hanya beda unit saja.
Dan kali ini pun Reza datang karena kini mereka sudah tinggal kembali di Jakarta usai menyelesaikan masa kuliah.
Lelaki tampan itu bersandar di sisi kiri mobilnya, penampilannya sudah tak rapi seperti ketika ia menjumpai klien kliennya, namun demikian sang penerus HS Grup ini tetap terlihat tampan dari berbagi sudut.
#Nasib mujur Emira dikelilingi para lelaki 2T tajir dan tampan..
Wajahnya tersenyum ketika gadis yang ia tunggu menampakkan wajahnya.
“Sorry lama …” ucap Emira.
Reza mengusap puncak kepala Emira, seperti kebiasaannya dahulu ketika menjemput sang pujaan hati sepulang dari rumah sakit. “bagaimana hari ini?” tanya Reza.
“Lumayan lah, walaupun seniorku agak sedikit jutek,” Aku Emira, ia tak tega mengatakan pada Reza, bahwa kini Arjuna berada sangat dekat dengannya.
“Oh iya? tapi kamu tak terintimidasi kan?”
“Nggak dong …”
“Good, seperti inilah gadis yang kucintai, tak memiliki rasa takut pada orang orang yang menindasnya.” Reza kembali mengusap sayang puncak kepala Emira.
“Eh kamu katanya ada rapat?”
“Selesai lebih cepat, kamu tahu, keahlian utamaku adalah bernegosiasi, jadi gak ada istilah klien rewel ingin ini itu tanpa solusi.”
“Good … beruntung sekali gadis yang akan jadi kekasihmu.”
Wajah Reza merona bahagia, pujian kecil Emira ternyata masih sanggup membuat hatinya di penuhi kupu kupu yang berterbangan bahagia.
“Yah … dan kamulah gadis yang beruntung tersebut.”
Emira hanya tersenyum kecil, tak menolak ataupun meng iyakan, bukan bermaksud memberi harapan palsu, tapi Emira tak sanggup bila harus jujur dan akhirnya menyakiti perasaan Reza.
Siapa sangka jika sikap manis itu tak luput dari perhatian Juna, Lelaki itu menatap Emira dan Reza dengan pandangan yang entah, kemudian memilih pergi daripada memikirkan dia yang mulai merisaukan hati.
“Makan yuk … laper nih,”
“Emang tadi gak makan siang?” tanya Reza.
“Makan sih, tapi dikit, keburu bertugas lagi.” jawab Emira dengan wajah cemberut.
Dengan sigap Reza membukakan pintu mobil untuk Emira, gadis itu dengan riang duduk di kursi penumpang, melupakan soal lahan parkir yang esok hari menjadi bahan taruhan, dan pastinya perdebatan yang penting gak penting diantara keduanya, karena sudah jelas mobil Emira akan tetap berada di rumah sakit hingga esok hari.
.
.
.
Ayam geprek menjadi pilihan mereka, karena Emira yang memintanya, tiba tiba saja ia teringat setiap kalimat pedas yang terucap dari bibir Juna, dan ingin rasanya ia menyuapkan ayam geprek level 100 ke mulut Juna, agar pria itu tak lagi sanggup mengucap kalimat pedas.
Emira tampak sangat menikmati sensasi pedas dari makanan dihadapannya, makanan yang sempat viral beberapa tahun lalu ini, memang menjadi makanan favorit keduanya, maklum, pernah tinggal di negara tetangga, makanan yang mudah cara membuatnya hanya ayam geprek, itupun keduanya harus menghebohkan dapur apartemen Emira, karena Emira tak terlalu mahir untuk urusan dapur.
“Pelan pelan makannya, jika makan seperti ini, kamu terlihat seperti belum makan selama berhari hari.” tegur Reza, ketika Emira nampak seperti orang kelaparan ketika menyantap makanannya.
“Huh … haah … pedes” Emira mendesis sendiri, merasakan sensasi panas pedas nikmat yang kini menggoyang lidahnya.
“Ini minum dulu.” Reza menyodorkan air putih hangat kehadapan Emira, dan tanpa menunggu lama, Emira segera menyesap cairan bening tersebut, dan beberapa saat kemudian, “haaaah ….” sembur Emira dengan wajah memerah. “Kenapa memberiku air panas?”
“Bukan panas sayang, itu air hangat.” jawab Reza santai.
“Aaaahhh apa ajalah, dasar jail.” Emira menyaambar es teh manis milik Reza.
“Minum air hangat sayang, pedasnya akan cepat hilang.” tegur Reza kalem.
“Hoax … menghilangkan pedas yah dengan minuman dingin.” sanggah Emira.
Jika sudah demikian Reza tak akan lagi meladeni kengeyelan gadis di hadapannya tersebut.
Tak sampai lima belas menit, keduanya menyelesaikan acara makan tersebut, kini mereka tengah menikmati Es teler di gelas masing masing sambil berbincang ringan.
“Kasihan mami Elena, pasti kesepian makan malam sendiri.”
“Hahaha … teman teman mami banyak, kalau aku gak pulang mami pasti ngungsi ke rumah om Bagus dan numpang makan disana.” jawab Reza santai.
“Siapa om Bagus?”
“Sahabat rasa sodara, mami, papi, om Bagus dan om Priyo, mereka bersahabat sejak di bangku kuliah”
“Ooohhh … jadi mami Elena menikah dengan sahabatnya.”
“Hmmm ... papi jatuh cinta sama mami gara gara pernah nolong mami yang mau lompat pagar sekolah karena terlambat.”
“Huuuu … papi Haris romantis ternyata, bener gak?”
“Gimana yah jawabnya, namanya orang bucin yah gitu lah, kadang agak berlebihan.”
“Berlebihan dalam hal?"
"Dua hari lagi papi pulang ke Jakarta, jika sampai papi pulang ke Jakarta itu artinya mami sudah lebih dari dua minggu berada di indonesia, dan papi gak bisa lama lama jauh dari mami, bisa mendadak meriang gak jelas.”
hahahaha … keduanya tertawa.
“Oh iya, nanti pas papi pulang, mami bilang mau undang kamu makan malam.”
Deg … Emira menelan ludah nya, di undang makan malam itu berarti ada sesuatu.
'Entah apa yang akan terjadi nanti, jangan di pikirkan sekarang,' monoloh Emira.
Keesokan hari nya, Arjuna benar benar meradang tak terima, karena lahan parkir favoritnya, masih terisi mobil yang sama, dan makin kesal ketika ia melihat Emira datang dengan menggunakan taxi, Arjuna mengepalkan kedua tangannya, 'tak terima gadis yang bersepakat dengannya, nyatanya berani berbuat curang.
.
.
.
Entah kapan prahara tempat parkir akan berakhir. 🤪
💙💙💙