NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Ditentang Takdir

Ketika Cinta Ditentang Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Persahabatan / Angst / Romansa / Roh Supernatural / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Bayu, seorang penyanyi kafe, menemukan cinta sejatinya pada Larasati. Namun, orang tua Laras menolaknya karena statusnya yang sederhana.

Saat berjuang membuktikan diri, Bayu tertabrak mobil di depan Laras dan koma. Jiwanya yang terlepas hanya bisa menyaksikan Laras yang setia menunggunya, sementara hidup terus berjalan tanpa dirinya.

Ketika Bayu sadar dari koma, dunia yang ia tinggalkan tak lagi sama. Yang pertama ia lihat bukanlah senyum bahagia Laras, melainkan pemandangan yang menghantam dadanya—Laras duduk di pelaminan, tetapi bukan dengannya.

Dan yang lebih menyakitkan, bukan hanya kenyataan bahwa Laras telah menikah dengan pria lain, tetapi juga karena pernikahan itu terpaksa demi melunasi hutang keluarga. Laras terjebak dalam ikatan tanpa cinta dan dikhianati suaminya.

Kini, Bayu harus memilih—merebut kembali cintanya atau menyerah pada takdir yang terus memisahkan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Tabiat

Mobil melaju dengan tenang di bawah langit malam yang mulai gelap. Lampu-lampu jalanan menyinari interior kendaraan, memperlihatkan ekspresi Laras yang tetap datar, sementara Edward duduk di sampingnya, mengemudi dengan santai.

Laras akhirnya membuka suara, nadanya blak-blakan tanpa basa-basi. "Kalau Pak Edward punya niat mendekati saya, lebih baik lupakan saja."

Edward meliriknya sekilas sebelum kembali menatap jalan. "Kenapa begitu?"

Laras menyilangkan tangan di dadanya. "Saya sudah melabuhkan hati pada seseorang."

Edward mengulas senyum tipis, lalu menggeleng kecil. "Maksudmu pria yang koma itu?"

Laras menoleh cepat, menatapnya dengan tatapan dingin. "Ternyata Pak Edward sudah banyak menggali informasi tentang saya," ujarnya dengan nada sinis.

Edward tertawa pelan. "Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh, Laras."

Laras menyipitkan matanya. "Tidak ada yang perlu dikenal lebih jauh. Kalau Anda sudah tahu, sebaiknya mundur saja. Saya tidak tertarik dengan permainan ini."

Edward menghela napas, lalu meliriknya dengan ekspresi tenang, seolah sedang berbicara pada seorang gadis naif yang belum mengerti dunia. "Move on, Laras. Kau melabuhkan hati pada seseorang yang bahkan tak tahu di mana dia sekarang. Pria yang koma dan entah bisa bangun atau tidak. Kau ingin menunggu sesuatu yang bahkan tidak pasti?"

Laras mengepalkan tangannya, menahan amarah yang mulai naik ke permukaan. "Apa urusan Anda dengan perasaan saya?"

Edward tersenyum. "Karena aku pria yang realistis. Dan aku ingin kau."

Laras tersentak, jantungnya berdetak lebih cepat. Tapi bukan karena tersentuh—melainkan karena perasaan tidak nyaman yang semakin kuat.

Edward melanjutkan dengan nada tenang tapi penuh keyakinan. "Aku bisa memberimu segalanya, Laras. Apapun yang kau inginkan. Uang, kenyamanan, perlindungan, bahkan kasih sayang. Asalkan kau mau menjadi wanitaku."

Laras menatapnya dengan ekspresi dingin. Matanya penuh perlawanan. "Saya bukan wanita yang bisa dibeli dengan uang dan kenyamanan, Pak Edward."

Edward tertawa lagi, seolah tidak terganggu oleh penolakan Laras. "Kau hanya belum melihat apa yang bisa aku tawarkan."

Laras mengepalkan tangannya semakin erat. "Dan Anda hanya belum tahu sekeras apa saya menolak sesuatu yang tidak saya inginkan."

Kali ini, Edward menoleh lebih lama, sorot matanya penuh ketertarikan. Seolah semakin Laras menolak, semakin ia ingin menaklukkan gadis itu.

Mobil berhenti di lampu merah. Hening sejenak di antara mereka, hanya suara detik-detik lampu lalu lintas yang terdengar.

Laras menarik napas panjang. "Kalau memang Anda pria realistis, seharusnya Anda sadar bahwa tidak semua hal bisa dibeli atau dimiliki. Saya bukan bagian dari permainan Anda, Pak Edward."

Lampu hijau menyala, dan Edward kembali menjalankan mobil.

Ia tersenyum kecil, lalu berkata pelan, "Kita lihat nanti, Laras."

Laras menatap ke luar jendela, berusaha menenangkan hatinya. Tapi ia tahu, Edward bukan pria yang mudah menyerah.

Dan itu membuatnya semakin tidak nyaman.

***

Pagi itu, Laras baru saja sampai di kantor. Ia menaruh tas di meja, menghela napas panjang sebelum duduk. Namun, sebelum sempat membuka laptop, Desi tiba-tiba muncul dan berdiri di samping mejanya dengan ekspresi serius.

Laras mengangkat alis. "Ada apa? Kok serius banget?"

Desi tidak langsung menjawab. Matanya meneliti wajah Laras sejenak sebelum akhirnya berkata dengan nada hati-hati, "Aku lihat kamu jalan sama Pak Edward kemarin."

Laras mengerutkan kening. Ia memang pergi dengan Edward, tapi kenapa Desi terlihat seolah itu adalah masalah besar?

"Kamu ada hubungan apa dengan dia?" lanjut Desi, suaranya sedikit lebih pelan, seolah takut ada yang mendengar. "Apa kamu tahu siapa dia sebenarnya?"

Laras semakin bingung. "Maksud kamu?"

Desi menatap Laras tajam. "Dia itu buaya darat. Casanova. Baru beberapa bulan memimpin perusahaan, tapi namanya sudah terkenal karena—" Desi berhenti sejenak, ragu untuk melanjutkan, sebelum akhirnya mendesah. "Dia tidur dengan banyak klien. Bahkan karyawannya sendiri. Dengan uangnya, dia bisa melakukan apa saja."

Laras terdiam. Ia memang sudah merasakan aura pria itu yang penuh percaya diri dan terlalu agresif mendekatinya. Tapi apa yang dikatakan Desi lebih dari sekadar pria yang suka menggoda wanita.

"Aku nggak ngasih tahu ini karena aku iri atau gimana," lanjut Desi. "Aku tahu kamu bisa menarik perhatian pria kaya. Tapi sebagai teman, aku cuma nggak mau kamu jatuh di tangan pria seperti itu. Meski dia masih lajang dan nggak punya kekasih, dengan tabiatnya yang seperti itu... hanya wanita matre yang mau menjalin hubungan dengannya."

Laras tetap diam. Ia bukan tipe yang mudah percaya gosip, tapi perkataan Desi terasa lebih dari sekadar rumor murahan.

Desi mendesah. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa menyelidikinya sendiri. Tapi ada satu hal yang lebih aneh lagi."

Laras akhirnya menatap Desi penuh perhatian. "Apa?"

Desi menatap ke sekeliling, memastikan tidak ada yang menguping, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Laras.

"Sifatnya itu… sama persis dengan Pak Edwin."

Laras mengerutkan kening. "Edwin?"

Desi mengangguk. "Mantan CEO perusahaan itu. Beberapa bulan lalu dia hilang dalam kecelakaan laut. Nggak ada yang tahu di mana dia sekarang, jasadnya pun nggak ditemukan."

Jantung Laras berdegup lebih cepat. Ia mungkin tidak terlalu peduli dengan CEO perusahaan lain, tapi nama Edwin bukan nama yang asing baginya.

Desi melanjutkan dengan suara pelan namun penuh penekanan, "Yang lebih aneh lagi… meski mereka orang yang berbeda, banyak yang bilang suara mereka sama. Identitas dan wajah mereka beda, tapi tetap ada sesuatu yang terasa… janggal."

Laras menegang. Kepalan tangannya mengeras di bawah meja.

Edwin…

Pria yang bertanggung jawab atas koma-nya Bayu.

Pria yang seharusnya sudah mati.

Tapi sekarang, ada seseorang bernama Edward yang muncul entah dari mana, dengan kepribadian yang persis sama—bahkan suaranya pun dikatakan mirip.

Ada sesuatu yang tidak beres.

Perasaan Laras semakin tidak enak tentang Edward. Entah siapa dia sebenarnya, satu hal yang jelas—dia bukan pria biasa.

***

Laras baru saja pulang kerja dengan wajah letih. Namun, begitu masuk ke dalam rumah, ia langsung disambut dengan tatapan tajam dari ayahnya, Darma, yang duduk di kursi ruang tamu.

"Laras, duduk!" perintah Darma dengan nada serius.

Laras menghela napas, melepas tasnya ke sofa lalu duduk tanpa berkata apa-apa. Ia sudah bisa menebak ini pasti ada hubungannya dengan Edward.

"Kemarin malam, kamu bersikap tidak sopan pada Pak Edward," tegur Darma. "Kamu menolaknya mentah-mentah. Itu namanya arogan!”

Laras mengangkat wajahnya. "Aku tidak menyukai Edward, Yah. Aku juga tidak mau memberikan harapan palsu padanya. Kalau memang nggak suka, buat apa aku berpura-pura?"

Wati, ibunya, yang sedari tadi diam akhirnya ikut bicara. "Jangan terlalu sombong, Laras," katanya sambil melirik putrinya dengan tatapan penuh teguran. "Kita ini cuma orang biasa. Harusnya kamu bersyukur pria seperti Edward tertarik padamu. Itu rezeki, bukan malah ditolak!"

Meski dalam hatinya Wati lebih ingin Edward menyukai Sherin, tetap saja dia tidak mau kesempatan ini lepas begitu saja.

Sherin, yang duduk tak jauh dari sana, menyilangkan tangan di dadanya dan menyeringai kecil. "Jangan-jangan Kak Laras cuma sok jual mahal biar Pak Edward makin penasaran?" katanya dengan nada sinis.

Laras mendesah panjang. Ia sudah lelah dengan cara pikir keluarganya yang selalu memandang segalanya dari sisi materi.

"Aku tidak mau punya hubungan dengan buaya darat seperti Edward," kata Laras tegas.

Darma, Wati, dan Sherin sama-sama terdiam sejenak.

"Laras, kamu nggak boleh menuduh sembarangan," kata Darma akhirnya.

"Aku nggak asal bicara, Yah," balas Laras dengan nada tajam. "Aku sudah cari tahu tentang dia. Gosip tentang Edward bukan sekadar omong kosong. Dia pakai uang dan jabatannya buat tidur dengan klien dan karyawannya! Masa Ayah mau aku dekat dengan laki-laki macam itu?" Laras menatap Darma penuh selidik. "Dan aku nggak yakin Ayah benar-benar nggak tahu soal tabiatnya itu."

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
abimasta
selamatka laras dar keegoisan ortunya bayyuu dan habisi edward yg sudah menabrakmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamatkan laras, Bayu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes bayu kembali... 😭😭😭😭😭... selamatkan juga laras dari kejahatan Edward & Sherin, bayu...
syisya
ayo bay muncullah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah Edward memang se maha Kuasa itu? tak adakah hukum untuknya? bisa semena-mena begitu?
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Edwin
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Beni
abimasta
laras lagi yang jadi korban
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa yg laras khawatirkan pun terjadi. lekaslah sembuh bayuuu... boni & laras butuh hadirmuuuu
Dek Sri
lanjut
syisya
belum tau aja tu darma&wati kalau calon mantu yg selama ini kalian tidak restui itu adalah pewaris tunggal, bos besar..hidup laras nantinya akan bahagia tanpa dia tau perjuangan hubungan mereka selama ini tidak sia" bahwa bayu sebenarnya adalah anak orang kaya..sabar ya bon sebentar lagi semoga semua perbuatan baikmu akan dibalas oleh bayu karna dia tidak akan benar" meninggalkanmu yg sudah dianggap seperti saudara
Vincen Party
tenanglah....Bayu psti akan DTG genti membantumu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bagus laras. ayo bayu, cari solusi. semangat!
Vincen Party
jujur.....maaf TPI q GK suka cerita Edwar terlalu byk Thor.....tlng fokus ke bayu dan boni
abimasta
jangan sampai laras jatuh ke tangan edward
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu, kenapa kau tak meminta papamu mempertemukanmu dengan boni & laras?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga laras berhasil menyelamatkan adiknya. semangat laras
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ini bukan naif tapi tamak. mereka akan terjebak edward
syisya
dasar matre, nanti kalau habis manis sepah dibuang baru nangis" kau sherin 🤭
syisya
sudah jatuh tertimpa tangga ya bon, semoga Bayu cepat pulih agar bisa membantu keadaan Boni🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!