Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Konspirasi
Di sebuah mansion mewah yang remang-remang, cahaya lampu gantung redup menerangi ruangan kerja luas yang dipenuhi furnitur mahal dan rak buku klasik.
Seorang pria berusia 50-an duduk di kursi kulit hitam dengan sandaran tinggi, mengisap cerutunya dengan tenang. Di depannya, setumpuk dokumen berserakan di meja kayu mahoni, menandakan betapa sibuknya ia saat ini
Tok… tok… tok…
Pintu di ketuk cepat 2 kali, menandakan melaporkan misi terbaru.
"Masuk" Ucap Pria itu
Dari pintu bayangan gelap memasuki ruangan itu, beberapa sosok berbaju hitam berjalan dan berhenti untuk berlutut di hadapan pria sendiri itu. Salah satu dari mereka, dengan suara yang dalam dan penuh hormat, mulai berbicara.
"Tuan Armand, kami datang untuk melaporkan perkembangan misi." Ucap Salah satu orang yang datang.
Ia mengetuk meja dengan jarinya, lalu bersandar santai.
"Bagus. Katakan padaku, bagaimana kerja si sopir itu? Apakah rencana kita sudah berhasil?" suaranya penuh percaya diri, seolah kemenangan sudah di tangannya.
Namun, pasukan bayangan itu saling bertukar pandang, ragu untuk berbicara. Salah satu dari mereka akhirnya menunduk lebih dalam dan dengan suara pelan berkata:
"Tuan… target selamat."
"APA?!"
Suara Armand menggema di seluruh ruangan. Wajahnya yang tenang berubah muram, tatapan matanya menjadi tajam bagaikan belati. Ia meremas cerutunya dengan kasar, lalu melemparkannya ke asbak kristal hingga bara apinya padam seketika.
"Bagaimana bisa?!" suaranya kini dipenuhi amarah. "Kalian bilang semuanya sudah direncanakan dengan matang! Lalu kenapa bocah itu masih hidup?!"
Para pasukan bayangan tetap menunduk, tak berani menatap mata tuan mereka yang kini dipenuhi kebencian.
"Tampaknya ada seseorang yang ikut campur dalam rencana kita, Tuan… seseorang yang tidak kita perhitungkan, ia membawa anak itu ke rumah sakit, namun kami tidak bisa mengejarnya karena ramai dengan penduduk dan warga kota." salah satu dari mereka menjawab dengan suara bergetar.
Armand mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
"Felix… Aku pastikan kau akan kalah!"
Armand menyeringai tipis,
"Tampaknya aku harus turun tangan sendiri nanti untuk memastikan rencana ini berhasil. Jika orang yang ganggu itu masih hidup, maka rencanaku akan gagal lagi, aku akan pastikan lain kali tidak ada lagi keajaiban yang menyelamatkan bocah itu." Ucap Felix
Ia lalu menatap tajam ke arah pasukannya.
"Cari tahu siapa yang membantu bocah felix itu. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi pastikan kali ini orang tidak akan lolos!"
Armand menarik napas panjang, berusaha meredam amarahnya. Namun, wajahnya tetap dingin dan penuh kebencian. Ia lalu menatap salah satu anak buahnya yang berlutut di depannya.
"Dan satu lagi…" katanya dengan nada rendah, tapi mengandung ancaman yang mengerikan. "Singkirkan sopir truk itu. Jangan tinggalkan bukti sedikit pun." lanjutnya.
Anak buahnya menelan ludah, memahami betapa seriusnya perintah itu. "Baik, Tuan. Kami akan memastikan dia tidak pernah berbicara kepada siapa pun."
Armand menyeringai tipis, lalu kembali bersandar di kursinya.
"Bagus. Aku tidak suka ada jejak yang bisa mengarah padaku. Jika orang itu masih bernafas, maka dia adalah ancaman. Pastikan dia 'menghilang' selamanya." Ucap Armand
Anak buahnya segera berdiri dan menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan Armand yang kini kembali termenung.
"Cepat atau lambat, Felix! kau akan terpuruk dalam kesedihan. Dan saat itulah aku akan mengambil posisi nomor satu darimu, HAHA."
gumamnya pelan disertai tawa, tapi penuh kebencian.
"Aku akan membuatmu kehilangan segalanya, bahkan orang-orang yang paling kau cintai, perlahan dan perlahan.."
Dengan itu, Armand mengambil segelas anggur merah di sampingnya, menyesapnya perlahan, dan tersenyum dingin.
"Kita tidak bisa menyingkirkan Felix secara terang-terangan," kata Riza datang dari pintu dan duduk di sebelah armand sambil menyesap kopi yang memang sudah di sediakan armand.
"Jika pejabat kota mencium rencana kita, maka kita berdua akan tamat." lanjutnya.
Riza adalah orang yang berkerja sama dengan Armand untuk melakukan hal keji yang berhubungan dengan Felix Nargawan.
Armand mengangguk, menyadari kebenaran kata-kata dari Riza.
"Tapi aku tidak perlu terburu-buru," ujar armand dengan nada licik.
"Aku akan mengikis kekuasaannya sedikit demi sedikit, membuatnya jatuh perlahan, hingga pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain menyerahkan semuanya padaku."
Riza tertawa kecil. "Aku suka cara berpikirmu, Armand. Perlahan tapi mematikan.
Armand menyeringai "Bukan armand kalau ga mematikan Haha" Tawanya menggema di Ruang Kerja itu.
- Di lain sisi -
Rian melihat notifikasi dan tersenyum tipis. "Hehe, ini artinya aku bisa mendapatkan barang dagangan dengan modal yang jauh lebih kecil. Peluang bisnis semakin terbuka lebar." pikirnya.
Ia berpamitan kepada Mak Lilis yang masih terharu dan bersyukur atas bantuannya.
“Santai aja mak, semoga usahanya semakin maju ya, Bu, dan anaknya semoga sehat kembali.”
"Pamit mak, mau balik dicariin ibuk dirumah" ujar Rian menunduk sedikit dan kakinya melangkah pergi menjauhi dari gerobak mak lilis.
"Iya, nak" ucap Mak Lilis yang melihat arah jauhnya rian sudah pergi.
Setelah berjalan beberapa menit, Rian tiba di sebuah taman kecil yang sepi untuk menenangkan hatinya.
Tidak ada orang lain di sana, karena hari ini adalah hari kerja bagi kebanyakan orang. Namun, untuk siswa SMA kelas 2 seperti dirinya, mereka sedang libur selama satu bulan karena kelas 3 sedang menjalani ujian tertulis dan praktik.
Rian duduk di salah satu bangku taman, menghela napas panjang. Banyak hal yang terjadi hari ini.
Dari menyelamatkan Sasha, mendapatkan tantangan dari Felix, hingga menyelesaikan misi yang membukakan jalannya untuk membangun bisnis.
"Aku punya akses ke toko grosir sistem… Sekarang tinggal memanfaatkannya dengan benar."
Rian mulai berpikir bagaimana langkah selanjutnya. "Aku sudah punya uang Rp.50.000.000 dari bantu Sasha, sekarang tinggal mengisinya dengan barang dari toko grosir sistem. Pasti harganya lebih murah, dan keuntungannya pasti lebih besar dari ambil dari supplier."
Saat sedang berpikir serius, tiba-tiba seseorang mendekatinya dari belakang.
"Sendirian aja?"
Suara lembut itu terdengar familiar. Rian menoleh dan melihat…
Rian menoleh dan melihat Nadia berdiri di belakangnya, tersenyum kecil.
"Sendirian aja?" ulang Nadia, duduk di sebelah Rian tanpa menunggu jawaban.
Rian menghela napas, "Iya, lagi mikirin sesuatu."
Nadia meliriknya dengan tatapan penasaran. "Hm.. Mikirin apa tuh?
"Mikirin aku yah rian?" godanya dengan nada jahil.
Rian terdiam sejenak, lalu menggeleng sambil tersenyum kecil. "hehe, dikit sih. Tapi bukan itu. Aku rencananya mau buka usaha, tapi masih bingung nad." ucap Rian.
"Kenapa bingung rian, ikutin aja apa kata hatimu." Ucap Nadia.
"Hm, iya sih aku mikirnya mau buka toko pakaian gitu lho tapi ya.. kurang modal gitu." Ucap Rian.
"Lho, kamu lupa ya?" Ucap Nadia.
"Hah, lupa apa? Rian bingung dengan perkataan nadia.