NovelToon NovelToon
Si Kembar Milik Raja Perang

Si Kembar Milik Raja Perang

Status: tamat
Genre:Tamat / Time Travel / Anak Kembar / Raja Tentara/Dewa Perang / Roh Supernatural
Popularitas:674k
Nilai: 4.8
Nama Author: Risa Jey

Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.

Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.

Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berburu Siluman

NB: Bab sebelumnya telah direvisi, mohon dibaca kembali agar nyambung dengan kelanjutan di bab ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

*

“Jadi apa yang harus kita lakukan dengannya? Membunuhnya?” tanya Meng Lusi setelah nanti menginterogasinya.

Yang Bai tentu saja tidak ingin mati lebih awal bahkan berusaha memikirkan cara untuk terbebas dari akar api spiritual. Namun usahanya sia-sia. Meski hanya diikat apa adanya, ia tak bisa melepaskan diri sama sekali. Tubuhnya terlalu lemah saat ini akibat efek kutukan.

Shin Kaichen tidak berniat membunuhnya terlalu dini. Dia ingin menanyakan sesuatu tentang klan penyihir serta kutukan yang menimpa Negara Angin Utara saat ini.

“Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya. Jadi lebih baik mengurungnya lebih dulu,” jawabnya.

“Hah! Percuma saja menanyaiku. Aku tidak akan membuka mulut. Bunuh saja aku.” Yang Bai menggertakkan gigi.

Tanpa diduga, Meng Lusi mengeluarkan botol giok kecil dari saku gaunnya. Yang Bai mengerutkan kening, sedikit curiga. Entah kenapa ia merasa jika dalam botol itu tak ada yang baik untuknya. Bahkan Shin Kaichen bertanya tentang isi botol kecil itu.

“Oh, ini racun. Ini racun ular milik Sunni. Dia bilang racunnya sudah cukup untuk membunuh siluman tingkat menengahi ke bawah.”

“…” Yang Bai teringat dengan binatang spiritual yang menyerangnya hari itu.

Wanita cantik hari itu adalah jelmaan ular putih spiritual, penjaga mata air spiritual. Membayangkan jika racunnya akan masuk ke tubuhnya sendiri, Yang Bai benar-benar takut sekarang. Ia hanya siluman tingkat menengahi. Bagaimana bisa tahan dengan racunnya?

Belum lagi jika dia sampai diracun lagi kali ini, kekuatannya akan lumpuh. Mungkin dia akan menjadi siluman cacat tanpa kemampuan. Entah itu sulit berubah menjadi sosok manusia atau tidak bisa lagi mengambil wujud ular. Siapa tahu.

“Haruskah aku mencoba racunnya kali ini? Sebenarnya Sunni jarang menggunakan racunnya selama ini karena aku tidak pernah menemui bahaya apapun. Tapi sekarang aku punya kesempatan untuk menggunakan racunnya. Ini sebuah kehormatan. Aku akan berterima kasih pada Sunni nanti,” jelas Meng Lusi seolah-olah bukan masalah besar.

Tapi bagi Yang Bai saat ini, racun di tangan Meng Lusi seperti sabit dewa kematian yang akan segera menebas lehernya.

Melihat apa yang direncanakan Meng Lusi, tentu saja Shin Kaichen tahu apa tujuannya. Ia tersenyum dan mengikuti alur permainannya.

“Kalau begitu cobalah sedikit. Jangan membuatnya mati, buat dia kesakitan saja dan kita akan mengurungnya dulu. Tunggu perburuan siluman selesai dan kita akan menginterogasinya. Jika dia masih tidak mau bicara, bunuh saja dan hilangkan bukti. Racun Sunni harusnya sangat efektif.”

“…” Yang Bai yang lagi-lagi tidak dianggap di depan mereka hampir mau pingsan.

Sial! Pasangan manusia apa yang ditemuinya hari ini. Kenapa dia harus sial setiap kali keluar?

“Tu-tunggu! Bunuh aku tapi jangan gunakan racun. Apakah kalian mengerti apa maksudku?” Yang Bai mencoba untuk meringankan kematiannya.

“Kamu akan mati tapi masih ingin bernegosiasi? Bukankah tidak tahu malu?” Meng Lusi menatapnya dengan ketidaksenangan. Ia membuka tutup botol giok dan bersiap untuk membiarkan Yang Bai menelannya setetes.

Tentu saja Yang Bai langsung berkeringat dingin dan meronta seperti cacing yang kepanasan. Dia benar-benar tidak mau mencoba racun itu sama sekali. Namun Meng Lusi juga bukan wanita biasa. Ia langsung memberikan setetes racun berwarna ungu gelap itu ke mulut Yang Bai.

“Ti-tidak! Tidak, tunggu! Jangan la-lakukan!” Yang Bai bersusah payah untuk memalingkan wajah atau menutup mulutnya rapat-rapat.

Tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Ia terlalu lemah hingga Meng Lusi berhasil memberi setetes racun ke mulutnya. Yang Bai ingin menangis tapi tidak bisa. Merasakan racun ular mematikan meluncur ke tenggorokannya, ia langsung batuk, berusaha untuk memuntahkannya.

Sayangnya racun tersebut langsung menyebar dengan cepat. Membuat Yang Bai berteriak kesakitan dan kulitnya dipenuhi dengan garis-garis hitam menyerupai akar. Ditambah lagi tanda kutukan di dadanya semakin menyiksa.

Yang Bai tak tahan lagi, dia ambruk dan akhirnya jatuh pingsan. Sakit sekali hingga rasanya ingin mati sungguhan.

Setelah Yang Bai pingsan, Meng Lusi dan Shin Kaichen menghela napas lega.

“Waktu berburu kita jadi terbuang cuma-cuma hanya karena masalah siluman ini. Bagaimana menanganinya?” tanya Meng Lusi.

“Kalau soal itu serahkan saja pada bawahanku.” Shin Kaichen menjentikkan jarinya dan dua penjaga gelap langsung muncul di belakangnya. “Bawa dia dan jaga dengan baik.”

“Ya!” Dua penjaga gelap itu langsung menghampiri Yang Bai dan membawanya seperti menggotong hewan buruan besar.

Sebenarnya Meng Lusi tidak menyadari ada penjaga gelap yang mengikuti diam-diam. Tapi itu juga wajar, mengingat Shin Kaichen adalah seorang pangeran sekaligus raja perang. Bagaimana mungkin bepergian seorang diri tanpa ada pengawalan.

Setelah masalah Yang Bai selesai, keduanya pergi melanjutkan perburuan.

“Siluman di sini, apakah sama seperti Yang Bai yang bisa berubah menjadi manusia?” tanyanya.

Shin Kaichen menaikkan sebelah alisnya. Dia berjalan beriringan dengan Meng Lusi ketika jalannya cukup dilewati dua orang.

“Sebenarnya tidak banyak siluman yang mampu berubah menjadi manusia. Kebanyakan dari mereka hanya akan menyamar sedikit demi sedikit menjadi hewan lainnya. Entah itu menjadi besar atau kecil, tergantung kemampuannya tersendiri. Yang Bai adalah siluman tingkat menengah yang selangkah lagi mencapai tingkat tinggi.

Jika dia bisa menyerap aura mata air spiritual, maka dia akan dipromosikan menjadi siluman tingkat atas. Dengan begitu, dia akan memiliki wilayahnya sendiri.”

Shin Kaichen menjelaskan dengan sabar. Meng Lusi mulai memikirkannya. Ini pertama kali dia mengikuti perburuan seperti ini.

“Ternyata seperti itu. Lalu kenapa kamu membawa busur tanpa anak panah?”

Meng Lusi tidak terlalu memperhatikan busur panah yang dibawa Shin Kaichen sebelumnya. Pria itu biasanya akan membawa pedang di pinggangnya. Tapi ia baru tahu jika ada busur panah di punggungnya yang tidak terlalu mencolok.

“Oh, ini … kamu akan tahu nanti.”

Tapi tak lama kemudian, Shin Kaichen berhenti tiba-tiba dan matanya menyipit. Tiba-tiba saja ia mengambil busur panah dan menarik talinya. Meng Lusi bingung. Apa yang dilakukannya?

Tapi ketika tali busur ditarik, aura di sekitar busur panah berubah. Ada cahaya terbentuk menjadi anak panah berwarna putih. Embusan angin terbentuk di sekitar tubuh Shin Kaichen hingga membuat helaian rambut Meng Lusi sedikit berkibar.

Wanita itu terkejut. Shin Kaichen menggunakan ilmu tenaga dalamnya untuk membentuk anak panah spiritual. Ini sangat jarang terjadi. Ternyata bukan busur panah biasa.

Anak panah itu langsung dilepaskan dan melesat ke depan secepat kilat. Kemudian terjadi ledakan di udara dan terdengar teriakan menyakitkan seorang wanita.

“AHH! Dasar manusia sialan!!” geram seorang wanita yang langsung muncul dari udara kosong tak jauh di depan mereka.

Meng Lusi tidak merasakan adanya dinding pembatas atau array di depan. Tapi setelah panah spiritual di lepaskan, ia bisa melihat adanya array yang hancur.

1
asam jawa
aku gemes sama Sunni 🤭
asam jawa
setelah sekian lama ku buka lagi aplikasi nya🤭
Jakaria Hidayat
Luar biasa
Binti
menarik 💪💪💪
Riva84
mampir thoorr
M27
apa ga ada karya yg baru, thor? semua karya² mu sudah clear dibaca huhuhuhhu
wakwau@manisq
cakep... banget...
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
auto ngakak bayangin exprezi Dazuang🤣🤣
siti fatimah
Luar biasa
RusNa ANtox DEwi
baguss
R. Kamal
cumi ... cuma mimpi yaaaa...
R. Kamal
Sirnaaaaaaa
dafa ramadhan
keren
Sonya Kapahang
Aaahhh Tamat.. Semoga secepatnya ad karya baru ya, Kak Risa.. ❤
Sonya Kapahang
Kasian jg sm An Ding.. Sebenernya baik tp krn saking baiknya itu jd dimanfaatin sm Rayu Yan..
L A
👏👏👏👏
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025
Hening Aryanti
Yah, udah ending aja, syedih g bisa ketemu sama Lulu lagi huhuhu 😭😭😭 Semangat kak Jey, ku tunggu karyamu selanjutnya
R. Kamal
lanjutkeun....
M27
up banyak² thor, please.. dah makin seru ini thor...
Lyvia
luar biasa 😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!