NovelToon NovelToon
ANAK MAMA

ANAK MAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Kehidupan di Kantor
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Kunci

Malam "panas" antara Danar dan Luna, menjadi awal kisah mereka. Banyak rintangan serta tragedi yang harus mereka lalui. Masa lalu mereka yang kelam akankah menjadi batu sandungan terbesar? atau malah ada hamparan bukit berbatu lainnya yang terbentang sangat panjang hingga membuat mereka harus membuat sebuah keputusan besar dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Kunci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 09.

Suasana pagi di gedung ABS sangat hening, karena memang baru Luna dan segelintir karyawan bagian kebersihan yang datang dan mulai bekerja. Perempuan yang selalu mengepang rambutnya itu terlihat baru saja memindai kartu tanda pengenalnya dan bermaksud maksud berjalan menuju lift, namun langkah terhenti oleh sesosok yang tiba - tiba memeluknya dari belakang.

"Kalau mau bilang makasi, nggak perlu. Anggap aja kita impas...," jawab Luna dengan senyum tipisnya.

Ningning sosok yang memeluk Luna, perlahan dilepas kedua tangannya dari pinggang teman satu divisinya itu. Mereka berdiri sejajar kemudian, jemari tangan Ningning memainkan ujung seragamnya dengan sesekali melirik Luna yang sedari tadi sudah melihatnya.

"Na, terimakasih dan juga maaf, gara - gara aku, kamu sekarang...," ucap Ningning yang terhenti setelah dipeluk dari samping oleh Luna.

"Udah Ning, nggak usah diinget - inget lagi, sekarang yang perlu kamu inget jangan pernah ngurusin yang bukan urusan kamu. Pak Danar nggak akan ngasih kamu kesempatan ke 2. Oke..," ucap Luna dengan mengelus pelan satu lengan temannya itu sembari masuk ke dalam lift.

Ningning mengangguk dengan wajah tersenyum tipis.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di ruangan divisi mereka, setelah meletakkan tas Luna dan Ningning berjalan ke ruangan lebih luas untuk melakukan briefing pagi. Namun, pagi itu nampak berbeda karena orang yang berkumpul bukan hanya anggota divisi kebersihan, ada beberapa orang yang berwajah muda. Mereka berdiri tepat disamping Ibu Rahma berjajar dengan rapi. Diantaranya terlihat seorang perempuan muda dengan rambut lurus dan hitam, berbando sederhana berwarna violet tersenyum kearah Luna.

"Nah, orang yang kita tunggu sudah datang Mbak...," ujar Ibu Rahma secara tiba - tiba dan membuat Luna juga beberapa teman se divisinya terkejut dan mereka langsung mengarahkan pandang ke perempuan manis itu.

Anggukan pelan dilakukan perempuan berambut pendek itu, dengan senyum lebih lebar dari sebelumnya juga lebih hangat.

"Selamat pagi semua. Pasti kalian bertanya - tanya, siapa orang yang ada disebelah saya ini?" ucap Ibu Rahma lagi sembari melihat kearah perempuan berperawakan kurus dan lebih tinggi sedikit dari Luna itu.

Semua anak buahnya menyambut sapaan wanita pendek itu dan juga menjawab dengan gelengan kepala mereka hampir bersamaan. Lalu perempuan muda nan cantik itu agak maju setelah diberi kode anggukan kepala oleh Ibu Rahma. Senyum ramah nan hangatnya terus ditebar dengan pandangan yang melihat ke semua mata anggota divisi yang juga menjadi tanggung jawabnya.

"Selamat Pagi rekan - rekan sekalian. Perkenalkan nama saya Mutiara. Saya adalah wakil dari Pak Nurdin dan dibelakang saya adalah rekan satu divisi saya, kedatangan kami pagi ini untuk memberitahukan soal kontrak kerja yang sudah kami kirimkan ke email rekan - rekan sekalian, tolong dibaca baik - baik sebelum kalian tanda tangani. Kami akan tunggu rekan - rekan mengirim kembali kontrak tersebut paling lambat hari Senin minggu depan. Jika ada hal lain yang kurang jelas, rekan - rekan sekalian bisa langsung datang kebagian HRD...," jelas Mutiara dengan suara jelas dan lugas.

Semua anggota divisi kebersihan hanya mengangguk, begitupun dengan Luna. Setelahnya pengarahan pagi itu kembali dialihkan kepada Ibu Rahma hingga selesai.

"Maaf, mbak Luna...," Mutiara tiba - tiba muncul di dekat Luna yang baru saja akan mengambil alat kerjanya. Perempuan muda itu mengurungkan niatnya dan merubah posisi tubuhnya menghadap kearah Mutiara.

"Bisa ikut saya ke kantor?" tanya sekaligus pinta Mutiara.

"Bisa, Mbak...," jawab Luna dengan gestur agak merunduk dan anggukan kepala sesaaatnya.

Keduanya berjalan menuju ke divisi HRD, setelah sampai di ruangan Mutiara, Luna pun dipersilahkan untuk duduk. Disaat Mutiara menatap layar komputer, Luna melihat sesaat kondisi ruangan perempuan berambut lurus itu. Pandangannya tertambat pada sebuah foto, dimana foto itu membuat pupilnya membesar.

"Pak Danar itu Kakak Sepupu saya...," ucap Mutiara yang membuat Luna terkejut lalu tersipu malu karena ketahuan menyisir ruangan salah satu atasannya itu tanpa ijin. Mutiara kini sudah duduk di depan Luna sambil menggeser berkas sedikit tebal dan memperlihatkannya pada Luna.

"Mbak Luna pasti sudah tahu, soal kontrak khusus yang diminta Pak Danar kemarin? Nah, ini adalah salinan beserta beberapa aturan tambahan yang terikat oleh pasal - pasal hukum serta besaran gaji yang akan Mbak terima. Tidak lupa juga dengan desk job yang akan Mbak lakukan, silahkan dibawa pulang untuk dipelajari, jika ada yang mau ditanyakan atau ada yang kurang berkenan. Mbak Luna bisa langsung menghubungi Bapak Danar, karena kontrak kerja ini dibuat langsung oleh beliau dan kami hanya sebagai pihak pen jembatan...," jelas Mutiara.

Luna tidak begitu terkejut, tanpa membaca perempuan itu mengambil berkas tersebut lalu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Setelah lebih dari 4 jam kerja, Luna pun beristirahat. Perempuan itu memilih roooftop sebagai tempatnya menghilangkan rasa lelahnya. Disela - sela mengunyah makanannya, dia membuka salinan kontrak kerja yang diberikan oleh Mutiara. Awalnya semua nampak biasa saja, hingga ada beberapa beban kerja yang tidak biasa dan juga nominal pendapatan yang akan dia terima.

Burr...

Semburan cukup hebat dikeluarkan Luna tatkala dia membaca ada yang janggal dari kalimat kontrak tersebut.

"Hah? Rumah pribadi? Setiap weekend?" gumamnya sambil mengusap bibirnya yang basah.

Bola mata Luna berputar sesaat sambil berpikir. Suara animasi uang masuk ke dalam laci kasir terus berbunyi, tatkala dibayangkan jumlah nol dari bayaran yang akan diterima perempuan itu setiap bulan.

"Segini, belum bonus. Heum, tapi mesti banget ngadepin Si Gorila hampir setiap hari. Lagian kenapa, bersih - bersih rumahnya mesti banget harus ada dia? Ck...," Luna melanjutkan monolog dengan nada suara agak kesalnya.

Dielus bukti tanda tangan yang telah dilakukannya dengan hati cukup berat, lalu dilipat dan dimasukkan kertas kontrak itu dengan pandangan pasrah dilanjutnya kegiatan makan siang hari itu.

xxxxxxxx

Danar dan Sang Ibu berada di satu ruangan yang sama, tatapan kejam dan dingin keduanya terlihat. Tanpa ada yang mau mengalah untuk melepas pandangan itu, namun perlahan Ibu Rania akhirnya mengalah dengan mengalihkan pandangan dan memutar kursi rodanya. Tapi baru berjalan beberapa meter, gerakan rodanya terhenti.

"Aku hanya berjanji dinner kemarin, bukan membangun rumah tangga dengan Nadia apalagi berencana menjadi bagian Keluarga Moelyoto..." ucap Danar agak keras juga terdengar kesal.

Helaan napas sesat dilakukan Sang Ibu yang kemudian satu jemarinya memainkan tombol dipegangan tangan kursi rodanya, jadilah kembali mereka saling tatap. Kedua jemari Ibu Rania sudah terkait satu sama lain di depan dadanya, dipandang Sang Anak dengan pandangan lebih hangat.

"Son, coba kamu pikir. Kalau Keluarga Perkasa bersatu dengan Keluarga Moelyoto. ABS akan menjadi perusahaan raksasa dan juga men - dunia. Hehm, sebaiknya kamu pikirkan baik - baik and we can tak jagain later ya...," ucap Ibu Rania dengan bermaksud pergi, tetapi lagi - lagi niatnya terhenti karena balasan dari Sang Anak,

"Aku nggak perlu sampai menjual diri hanya untuk membuat ABS men - dunia. I said no, it Just no...,"

Danar tetap bersiteguh dengan hatinya, namun tidak begitu dengan Sang Ibu. Anggukan penuh arti dilakukan oleh wanita berambut pendek ikal itu.

"Kalau Mama bilang Nadia akan menjadi menantu Keluarga Perkasa, maka dia akan menjadi menantu Mama...," kalimat yang terdengar cukup mengerikan, terbaca dari raut wajah serta gestur tulang wajah Ibu Rania yang bersungguh - sungguh karena dia punya kuasa.

Danar sendiri tidak gentar dengan ancaman Sang Ibu, lelaki itu melepas kacamata minusnya dan mendorong sedikit kursi yang di dudukinya. Satu senyum miring dilepasnya dengan memiringkan sedikit kepalanya dan satu alis yang naik serta kedua tangannya bersekap, dipandangi santai wajah penuh emosi Sang Ibu.

"Kita lihat Ma, siapa yang akan menang...," ucapnya dalam hati.

********

1
Mak e Tongblung
beberapa kali "mengangguk" kok "menganggur" , tolong diperhatikan thor
Kata Kunci: 🙇‍♀️🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!